Simak Saran Ahli Gizi Untuk Adopsi Diet sebagai Gaya Hidup
30 October 2024 |
07:17 WIB
Kesadaran untuk menerapkan gaya hidup sehat perlu dipupuk sejak dini. Selain untuk mencegah risiko penyakit, kebiasaan hidup sehat dapat bermanfaat bagi kebugaran tubuh dan kesejahteraan mental dalam jangka panjang, sehingga kita dapat lebih optimal dalam menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari.
Beberapa faktor kunci hidup sehat tentu tak lepas dari asupan yang berhubungan dengan pola diet. Sayangnya, diet acap kali dipandang hanya diperlukan bagi mereka yang berlebihan berat badan atau obesitas. Padahal, diet merupakan komitmen menjaga keseimbangan pola makan yang berkaitan dengan gaya hidup berkelanjutan. Berkomitmen dalam diet juga menjadi bagian dari kesehatan preventif.
Baca juga: Efektivitas Diet Americano untuk Menurunkan Berat Badan, Bagaimana Cara Kerjanya?
Ahli Gizi di YCLINIC Yovi Yoanita menjelaskan, diet yang baik merupakan bagian dari gaya hidup berkelanjutan yang harus diterapkan oleh siapa saja dan tidak hanya terbatas pada mereka yang berjuang dengan kelebihan berat badan.
Bagi Yovi, diet haruslah bersifat holistik, alami, dan konsisten. Artinya, diet yang sehat bukan hanya mengurangi asupan kalori, tetapi juga mempertimbangkan jenis makanan yang dikonsumsi. “Kita perlu mengenali bagaimana makanan memengaruhi tubuh kita, baik secara fisik maupun emosional,” jelas Yovi.
Hal itu dinilai penting karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa pola makan bisa berkontribusi pada masalah hormonal dan stres, yang pada gilirannya memengaruhi kesehatan mental dan fisik.
Yovi juga menekankan bahwa tujuan dari diet seharusnya untuk mencapai hidup yang lebih baik. Diet yang baik tidak hanya tentang penurunan berat badan, tetapi lebih kepada menciptakan fondasi untuk hidup yang lebih sehat sebagai langkah prevensi dan investasi sehat di masa tua.
"Kalau kita tidak punya fondasi untuk melakukan hidup yang baik, mencapai tujuan badan yang sehat itu akan susah,” katanya. Ini menekankan bahwa diet bukanlah tindakan sementara, melainkan perubahan gaya hidup yang perlu diterapkan secara berkelanjutan.
Salah satu poin menarik yang disampaikan Yovi adalah pentingnya mengenali tipe hormon tubuh manusia. Sebab, tiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap makanan tertentu. Mengenali tipe hormon ini penting untuk memahami pemilihan diet yang paling sesuai dengan kebutuhan tubuh .
Konsep diet terbilang kompleks dan tidak hanya berkutat pada pengurangan kalori. Ini juga yang menjelaskan bahwa diet tidak terus berputar pada paradigma penurunan berat badan. Yovi menjelaskan bahwa pola makan seimbang juga bergantung pada pemilihan bahan makanan yang tepat untuk menjaga keseimbangan nutrisi.
Selain itu, letak keseimbangan gaya hidup yang baik juga bergantung pada kesehatan mental dan pikiran. Bagaimana pola makan dan stress dapat memberikan dampak yang besar, baik positif atau negatif juga kerap disepelekan. “Stres sendiri masuk dalam faktor penting yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang,” imbuhnya.
Ketika mengalami stres, tubuh manusia melepaskan hormon kortisol yang dapat meningkatkan nafsu makan, terutama untuk makanan yang manis dan tinggi lemak. Ini dapat menyebabkan siklus makan berlebihan (binge eating) yang sering kali tidak disadari.
"Kalau ada sedikit-sedikit lapar, itu sudah tanda-tanda insulin tinggi,” katanya. Penting untuk membedakan antara lapar fisik dan lapar emosional agar manusia tidak jatuh ke dalam perangkap makan berlebihan akibat stres.
Baca juga: 7 Makanan yang Wajib Dihindari saat Menjalani Diet Keto, Roti sampai Nasi Merah
Dia menegaskan bahwa mengadopsi pola makan yang holistik dan alami, serta memahami kebutuhan tubuh adalah bentuk bahwa manusia mendengar kebutuhan tubuhnya sendiri. Sebab diet berhubungan dengan mengubah kebiasaan yang juga diawali dari mindset. “Dengan mengubah pola makan dan gaya hidup, kita tidak hanya berinvestasi dalam penampilan fisik kita, tetapi juga dalam kualitas hidup yang lebih baik,” katanya.
Yovi berharap, paradigma diet yang seringkali diasosiasikan dengan usaha menurunkan berat badan saja ini mulai bergeser menjadi kebiasaan memulai gaya hidup sehat bagi siapa saja, baik mereka yang sedang dalam masa kelebihan berat badan atau dalam kondisi fisik ideal.
Editor: Fajar Sidik
Beberapa faktor kunci hidup sehat tentu tak lepas dari asupan yang berhubungan dengan pola diet. Sayangnya, diet acap kali dipandang hanya diperlukan bagi mereka yang berlebihan berat badan atau obesitas. Padahal, diet merupakan komitmen menjaga keseimbangan pola makan yang berkaitan dengan gaya hidup berkelanjutan. Berkomitmen dalam diet juga menjadi bagian dari kesehatan preventif.
Baca juga: Efektivitas Diet Americano untuk Menurunkan Berat Badan, Bagaimana Cara Kerjanya?
Ahli Gizi di YCLINIC Yovi Yoanita menjelaskan, diet yang baik merupakan bagian dari gaya hidup berkelanjutan yang harus diterapkan oleh siapa saja dan tidak hanya terbatas pada mereka yang berjuang dengan kelebihan berat badan.
Bagi Yovi, diet haruslah bersifat holistik, alami, dan konsisten. Artinya, diet yang sehat bukan hanya mengurangi asupan kalori, tetapi juga mempertimbangkan jenis makanan yang dikonsumsi. “Kita perlu mengenali bagaimana makanan memengaruhi tubuh kita, baik secara fisik maupun emosional,” jelas Yovi.
Hal itu dinilai penting karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa pola makan bisa berkontribusi pada masalah hormonal dan stres, yang pada gilirannya memengaruhi kesehatan mental dan fisik.
Yovi juga menekankan bahwa tujuan dari diet seharusnya untuk mencapai hidup yang lebih baik. Diet yang baik tidak hanya tentang penurunan berat badan, tetapi lebih kepada menciptakan fondasi untuk hidup yang lebih sehat sebagai langkah prevensi dan investasi sehat di masa tua.
"Kalau kita tidak punya fondasi untuk melakukan hidup yang baik, mencapai tujuan badan yang sehat itu akan susah,” katanya. Ini menekankan bahwa diet bukanlah tindakan sementara, melainkan perubahan gaya hidup yang perlu diterapkan secara berkelanjutan.
Salah satu poin menarik yang disampaikan Yovi adalah pentingnya mengenali tipe hormon tubuh manusia. Sebab, tiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap makanan tertentu. Mengenali tipe hormon ini penting untuk memahami pemilihan diet yang paling sesuai dengan kebutuhan tubuh .
Konsep diet terbilang kompleks dan tidak hanya berkutat pada pengurangan kalori. Ini juga yang menjelaskan bahwa diet tidak terus berputar pada paradigma penurunan berat badan. Yovi menjelaskan bahwa pola makan seimbang juga bergantung pada pemilihan bahan makanan yang tepat untuk menjaga keseimbangan nutrisi.
Selain itu, letak keseimbangan gaya hidup yang baik juga bergantung pada kesehatan mental dan pikiran. Bagaimana pola makan dan stress dapat memberikan dampak yang besar, baik positif atau negatif juga kerap disepelekan. “Stres sendiri masuk dalam faktor penting yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang,” imbuhnya.
Ketika mengalami stres, tubuh manusia melepaskan hormon kortisol yang dapat meningkatkan nafsu makan, terutama untuk makanan yang manis dan tinggi lemak. Ini dapat menyebabkan siklus makan berlebihan (binge eating) yang sering kali tidak disadari.
"Kalau ada sedikit-sedikit lapar, itu sudah tanda-tanda insulin tinggi,” katanya. Penting untuk membedakan antara lapar fisik dan lapar emosional agar manusia tidak jatuh ke dalam perangkap makan berlebihan akibat stres.
Baca juga: 7 Makanan yang Wajib Dihindari saat Menjalani Diet Keto, Roti sampai Nasi Merah
Dia menegaskan bahwa mengadopsi pola makan yang holistik dan alami, serta memahami kebutuhan tubuh adalah bentuk bahwa manusia mendengar kebutuhan tubuhnya sendiri. Sebab diet berhubungan dengan mengubah kebiasaan yang juga diawali dari mindset. “Dengan mengubah pola makan dan gaya hidup, kita tidak hanya berinvestasi dalam penampilan fisik kita, tetapi juga dalam kualitas hidup yang lebih baik,” katanya.
Yovi berharap, paradigma diet yang seringkali diasosiasikan dengan usaha menurunkan berat badan saja ini mulai bergeser menjadi kebiasaan memulai gaya hidup sehat bagi siapa saja, baik mereka yang sedang dalam masa kelebihan berat badan atau dalam kondisi fisik ideal.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.