EKI Dance Company Buka Festival Musikal Indonesia 2024 dengan Lakon Perempuan Punya Cerita
26 October 2024 |
16:00 WIB
EKI Dance Company mengajak publik kembali menerka-nerka sekaligus melihat kerentanan perempuan yang masih terus terjadi lewat lakon bertajuk Perempuan Punya Cerita. “Perempuan bisa apa?” menjadi pertanyaan yang terus dimunculkan hampir di sepanjang adegan di atas panggung.
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dengan keras menempel di kepala sepanjang menonton pertunjukan berkonsep musikal ini pada Jumat malam (25/10/2024) di Ciputra Artpreneur Theater. Pementasan ini merupakan bagian dari pertunjukan Panggung Gala Festival Musikal Indonesia 2024.
Perempuan Punya Cerita merupakan pertunjukan yang diadaptasi dari film antologi berjudul sama yang dirilis pada 2007 lalu. Dalam versi filmnya, terdapat empat cerita perempuan yang berbeda-beda, yakni Cerita Pulau, Cerita Yogyakarta, Cerita Cibinong, dan Cerita Jakarta.
EKI Dance Company mementaskan cerita versi ketiganya, yakni Cerita dari Cibinong yang dalam filmnya disutradarai oleh Nia Dinata. Tim produksi EKI lantas menyuguhkannya dengan wajah yang lebih modern, tetapi tak begitu saja memutus benang merahnya.
Baca juga: Keseruan Lintas Melawai Hari Pertama, Festival Musik Nuansa Retro Era 1980-an
Lakon Perempuan Punya Cerita – Cerita dari Cibinong, menyuguhkan cerita pilu tentang Minah, bocah belia anak seorang pembersih WC di klab dangdut bernama Jami. Suatu ketika, Jami begitu terluka ketika putri semata wayangnya itu ‘dikerjain’ oleh Narto, yang sebenarnya adalah kekasihnya sendiri.
Bocah kecil itu jelas tak berdaya. Dia hanya pasrah saat dipaksa di bawah ancaman. Melihat putrinya dinodai, emosi Jami membuncah. Namun, Narto lebih perkasa darinya. Jami pun memilih kabur membawa anaknya.
Lepas dari mulut buaya, kini di depan justru menganga mulut singa. Jami dan Minah kemudian bertemu dengan Bang Mansur, makelar yang sering membawa perempuan daerah ke Jakarta dengan berbagai modusnya.
Menyaksikan pentas Perempuan Punya Cerita seperti dijejali ribuan kisah yang mengerucut pada satu persoalan: betapa perempuan kerap menjadi korban ketidakberdayaan. Bahkan, kegetiran dan kesunyian itu, yang meski pertama kali diangkat film pada 2007 lalu itu, kini ketika dipentaskan lewat teater musikal pun terasa masih relevan.
Penggambaran Jami, seorang ibu yang bekerja keras untuk putrinya merupakan gambaran perjuangan perempuan yang sering dilihat sehari-hari. Namun, berjuang pun rasanya seolah tak cukup bagi perempuan.
Misalnya, dalam adegan Bang Mansur meminta izin ke Jami untuk membawa putrinya ke Jakarta, Jami dengan tegas menolak. Dia merasa Mae masih terlalu belia untuk pergi seorang diri. Namun, Cici, sahabat Jami di Klab Dangdut, justru membuat manipulasi, hingga akhirnya Mae pun tetap ikut bersama bang Mansur.
Pertunjukan ini dengan gemilang mencoba mengetengahkan kembali isu-isu kerentanan perempuan, stigma, diskriminasi yang masih dialami oleh perempuan yang tak berkesudahan. Dalam beberapa adegan, pentas juga menyentil soal pendidikan seksualitas yang terkadang juga masih dianggap tabu.
Ironinya, ragam cerita soal kekerasan atau pelecehan seksual dari dulu sampai sekarang pun tampak tak terlihat perbedaannya. Ya, realitas kehidupan nyatanya demikian.
Di tengah pelik yang terjadi, secuil pertanyaan “perempuan bisa apa?” kembali terdengar, lewat dialog antar pemain, lewat bisikan hingga nyanyian yang menjadi pernyataan tegas yang memantik nurani setiap yang menonton.
Lewat pementasan ini, masalah-masalah yang sebenarnya begitu dasar kembali terangkat ke permukaan dan tentu saja, harapannya terputus di era sekarang.
Seperti pementasan lainnya, EKI Dance Company juga penuh totalitas memainkan lakon Perempuan Punya Cerita. Tata panggung yang dihadirkan begitu megah. Di beberapa bagian, pertunjukan juga mengombinasikan permainan akting secara langsung dan berbasis video yang unik.
Iringan musik yang megah ditambah tata lampu yang apik juga menciptakan pementasan yang intim, dekat, dan intens. Empat aktor utama dalam pementasan, Ara Ajisiwi sebagai Jami, Dabriel Harvianto sebagai Mansur, Nala Amrytha sebagai Cicih, dan Selina Karen serta Leandra Aruna sebagai Minah remaja dan kecil benar-benar menjiwai karakternya.
Eksekutif Produser Aiko Senosoenoto mengatakan dipilihnya pentas Perempuan Punya Cerita punya perjalanan yang panjang. Selain karena dirinya merasa naskahnya masih begitu relevan untuk sekarang, cerita tentang perempuan juga begitu sentimental baginya juga kelompok EKI Dance Company.
Aiko bercerita setelah Rusdy Rukmarata, pendiri EKI Dance Company wafat, ada banyak kebingungan yang terjadi. Dulu, ketika terjadi kebingungan dalam berbagai hal misalnya, dirinya dan para anggota akan langsung menyerahkannya ke Rusdy untuk menakhodainya.
Namun, hal itu tak bisa terjadi lagi. Perenungan ini kemudian membawa Aiko pada satu hal. Dia merasa perempuan tak seharusnya seperti itu. Sekarang, sudah zamannya perempuan harus berani dan bertanggung jawab. Kisah Perempuan Punya Cerita dinilai memiliki semangat dan visi yang sama seperti yang terjadi di EKI Dance Company ini.
Sebagai informasi, Festival Musikal Indonesia (FMI) 2024 kembali digelar tahun ini dengan menampilkan karya-karya musikal dari berbagai musisi dan pekerja kreatif di Indonesia, mulai 25-27 Oktober 2024 di Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Menjadi gelaran ketiga, Festival Musikal Indonesia tahun ini akan menampilkan sembilan grup musikal hasil kurasi para kurator. Mereka adalah ADPRO, Aulion, EKI Dance Company, Studio Amarana, Fantasi Tuli, CBHS, Kelompok Pojok, Sekolah Seni Tubaba, dan Waktunya Main.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dengan keras menempel di kepala sepanjang menonton pertunjukan berkonsep musikal ini pada Jumat malam (25/10/2024) di Ciputra Artpreneur Theater. Pementasan ini merupakan bagian dari pertunjukan Panggung Gala Festival Musikal Indonesia 2024.
Perempuan Punya Cerita merupakan pertunjukan yang diadaptasi dari film antologi berjudul sama yang dirilis pada 2007 lalu. Dalam versi filmnya, terdapat empat cerita perempuan yang berbeda-beda, yakni Cerita Pulau, Cerita Yogyakarta, Cerita Cibinong, dan Cerita Jakarta.
EKI Dance Company mementaskan cerita versi ketiganya, yakni Cerita dari Cibinong yang dalam filmnya disutradarai oleh Nia Dinata. Tim produksi EKI lantas menyuguhkannya dengan wajah yang lebih modern, tetapi tak begitu saja memutus benang merahnya.
Baca juga: Keseruan Lintas Melawai Hari Pertama, Festival Musik Nuansa Retro Era 1980-an
Pentas Perempuan Punya Cerita EKI Dance Company (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Bocah kecil itu jelas tak berdaya. Dia hanya pasrah saat dipaksa di bawah ancaman. Melihat putrinya dinodai, emosi Jami membuncah. Namun, Narto lebih perkasa darinya. Jami pun memilih kabur membawa anaknya.
Lepas dari mulut buaya, kini di depan justru menganga mulut singa. Jami dan Minah kemudian bertemu dengan Bang Mansur, makelar yang sering membawa perempuan daerah ke Jakarta dengan berbagai modusnya.
Menyaksikan pentas Perempuan Punya Cerita seperti dijejali ribuan kisah yang mengerucut pada satu persoalan: betapa perempuan kerap menjadi korban ketidakberdayaan. Bahkan, kegetiran dan kesunyian itu, yang meski pertama kali diangkat film pada 2007 lalu itu, kini ketika dipentaskan lewat teater musikal pun terasa masih relevan.
Penggambaran Jami, seorang ibu yang bekerja keras untuk putrinya merupakan gambaran perjuangan perempuan yang sering dilihat sehari-hari. Namun, berjuang pun rasanya seolah tak cukup bagi perempuan.
Misalnya, dalam adegan Bang Mansur meminta izin ke Jami untuk membawa putrinya ke Jakarta, Jami dengan tegas menolak. Dia merasa Mae masih terlalu belia untuk pergi seorang diri. Namun, Cici, sahabat Jami di Klab Dangdut, justru membuat manipulasi, hingga akhirnya Mae pun tetap ikut bersama bang Mansur.
Pertunjukan ini dengan gemilang mencoba mengetengahkan kembali isu-isu kerentanan perempuan, stigma, diskriminasi yang masih dialami oleh perempuan yang tak berkesudahan. Dalam beberapa adegan, pentas juga menyentil soal pendidikan seksualitas yang terkadang juga masih dianggap tabu.
Ironinya, ragam cerita soal kekerasan atau pelecehan seksual dari dulu sampai sekarang pun tampak tak terlihat perbedaannya. Ya, realitas kehidupan nyatanya demikian.
Di tengah pelik yang terjadi, secuil pertanyaan “perempuan bisa apa?” kembali terdengar, lewat dialog antar pemain, lewat bisikan hingga nyanyian yang menjadi pernyataan tegas yang memantik nurani setiap yang menonton.
Lewat pementasan ini, masalah-masalah yang sebenarnya begitu dasar kembali terangkat ke permukaan dan tentu saja, harapannya terputus di era sekarang.
Pentas Perempuan Punya Cerita EKI Dance Company (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Iringan musik yang megah ditambah tata lampu yang apik juga menciptakan pementasan yang intim, dekat, dan intens. Empat aktor utama dalam pementasan, Ara Ajisiwi sebagai Jami, Dabriel Harvianto sebagai Mansur, Nala Amrytha sebagai Cicih, dan Selina Karen serta Leandra Aruna sebagai Minah remaja dan kecil benar-benar menjiwai karakternya.
Eksekutif Produser Aiko Senosoenoto mengatakan dipilihnya pentas Perempuan Punya Cerita punya perjalanan yang panjang. Selain karena dirinya merasa naskahnya masih begitu relevan untuk sekarang, cerita tentang perempuan juga begitu sentimental baginya juga kelompok EKI Dance Company.
Aiko bercerita setelah Rusdy Rukmarata, pendiri EKI Dance Company wafat, ada banyak kebingungan yang terjadi. Dulu, ketika terjadi kebingungan dalam berbagai hal misalnya, dirinya dan para anggota akan langsung menyerahkannya ke Rusdy untuk menakhodainya.
Namun, hal itu tak bisa terjadi lagi. Perenungan ini kemudian membawa Aiko pada satu hal. Dia merasa perempuan tak seharusnya seperti itu. Sekarang, sudah zamannya perempuan harus berani dan bertanggung jawab. Kisah Perempuan Punya Cerita dinilai memiliki semangat dan visi yang sama seperti yang terjadi di EKI Dance Company ini.
Sebagai informasi, Festival Musikal Indonesia (FMI) 2024 kembali digelar tahun ini dengan menampilkan karya-karya musikal dari berbagai musisi dan pekerja kreatif di Indonesia, mulai 25-27 Oktober 2024 di Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Menjadi gelaran ketiga, Festival Musikal Indonesia tahun ini akan menampilkan sembilan grup musikal hasil kurasi para kurator. Mereka adalah ADPRO, Aulion, EKI Dance Company, Studio Amarana, Fantasi Tuli, CBHS, Kelompok Pojok, Sekolah Seni Tubaba, dan Waktunya Main.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.