Film produksi AI (Sumber gambar: Unsplash/Barbara Zandoval)

Daftar Film Produksi AI yang Tayang di Jakarta Film Week 2024

26 October 2024   |   14:20 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Ada yang menarik dari gelaran Jakarta Film Week 2024. Festival yang baru memasuki edisi keempat ini tidak hanya menampilkan film-film terkurasi produksi sineas, tetapi juga film yang dalam produksinya melibatkan teknologi artificial intelligence (AI).

Festival ini akan memberikan ruang sekaligus gambaran pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI di dalam industri film saat ini. Gebrakan baru itu hadir lewat program baru mereka bertajuk Cinema in AI.

Hal yang lebih menarik, film-film produksi AI pun sudah cukup semarak. Beberapa film diproduksi di Amerika Serikat, Prancis, Korea Selatan, hingga Inggris. Di Festival ini, juga hadir satu film produksi AI dari Indonesia yang digarap Motulz Anto. Berikut adalah daftar film berbasis AI yang tayang di Jakarta Film Week 2024: 

Baca juga: Ulasan Global Short Official Selection 3 di Jakarta Film Week, Kisah-kisah Manusia & Harapannya


1. Where Do Grandmas Go When They Got Lost

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Where Do Grandmas Go When They Got Lost merupakan film karya sutradara Leo Cannone. Film yang diproduksi Prancis ini mengeksplorasi tema Fantasi dengan berdurasi 2 menit saja. Leo adalah sutradara yang menempuh pendidikan di seni dan sinema di Paris. Hari ini, dia memanfaatkan teknologi artificial intelligence, menjelajahi medium baru untuk memperluas imajinasinya.

Film Where Do Grandmas Go When They Got Lost membawa premis unik. Film ini akan hadir melalui sudut pandang seorang anak. Seiring berjalannya waktu, film ini akan mengupas persoalan yang aneh dan mengharukan tentang ke mana nenek-nenek kita pergi saat mereka tersesat.


2. Perjalanan Waktu TVRI  

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Perjalanan Waktu TVRI merupakan film karya sutradara Motulz Anto. Film yang diproduksi Indonesia ini mengeksplorasi tema fantasi dengan berdurasi 27 menit. Motulz adalah seorang creative advisor yang berdomisili di Jakarta. Sebelumnya, dia sempat menjadi art director dalam produksi video klip, produser sinetron, art designer untuk film layar lebar Hollywood.

Lewat film ini, Motul akan bercerita tentang perjalanan panjang TVRI dengan banyak serangkaian peristiwa dan tokoh sejarah di dalamnya. Hingga suatu ketika, TVRI pun ikut mengalami satu titik sejarah besar Indonesia, seperti reformasi 1998. Kini TVRI terus bertahan di tengah kemajuan zaman.
 

3. Under The Sign of The Moon 

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Under The Sign of The Moon merupakan film karya sutradara Park Seong-won. Film yang diproduksi Korea Selatan ini mengeksplorasi tema Fantasi dengan berdurasi 5 menit. Seong-won adalah sutradara yang dikenal lewat video eksperimental, video musik, dan film pendek. 

Karya ini merupakan adaptasi dari dongeng terkenal Korea bertajuk Gyeonu and Jiknyeo. Film ini akan menyampaikan pesan bahwa meskipun dunia berubah, cinta tidak akan berubah. Sama seperti bulan, yang selalu membesar dan mengecil, tetapi tetap sama.
 

4. Treta 

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Treta merupakan film karya sutradara Francesco Siro Brigiano. Film yang diproduksi Italia ini mengeksplorasi tema fantasi dan misteri dengan berdurasi 3 menit. Francesco adalah sutradara yang dikenal dengan produksi untuk opera, acara internasional, konser, iklan, video musik, dan film pendek yang didistribusikan di platform seperti Amazon Video.

Lewat film Treta, Francesco ingin mengetengahkan kembali wajah dunia distopia dengan tokoh badut di dalamnya. Premisnya cukup unik, tentang hati manusia yang tidak pernah terpuaskan, seperti sebuah keinginan yang dalam, mirip jurang tergelap.
 

5. Snowfall 

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Snowfall merupakan film karya sutradara Junwon Bae. Film yang diproduksi Korea Selatan ini mengeksplorasi tema horor dan hal-hal gaib lain dengan berdurasi 14 menit. Jun adalah sutradara muda yang belakangan mulai naik daun berkat film pendeknya Silence (2023) dan Snowfall (2024) meraih penghargaan di berbagai festival, termasuk Bucheon International Fantastic Film Festival. 

Film Snowfall akan mengambil latar 1999. Film ini bercerita tentang Yuko yang tidur di bawah pegunungan bersalju. Karena dia tak kembali, Soyo menunggu Yuko, tetapi mayatnya sudah tertimbun salju. Kisah kehilangan dan perenungan ini akan menelusuri keheningan dan duka dalam lanskap salju yang unik. 

Baca juga: Program-program Menarik di Road to Jakarta Film Week 2024, Ada Pemutaran Eksklusif


6. One More Pumpkin 

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

One More Pumpkin merupakan film karya sutradara Hansl Von Kwon. Film yang diproduksi Korea Selatan ini mengeksplorasi tema horor dan kematian dengan berdurasi 3 menit. Hansl merupakan sutradara sekaligus CEO dari perusahaan produksi STUDIO FREEWILLUSION Inc yang bergerak di bidang konten video yang dihasilkan oleh AI.

Film ini bercerita tentang sepasang suami istri tua yang tengah mengelola perkebunan labu di sebuah desa di pedalaman Korea. Kata orang-orang, usia mereka sudah sangat tua, bahkan hingga dua abad. Tentu saja, malaikat maut tidak akan membiarkannya terlalu lama lagi. Akhirnya, sang utusan mengunjungi petani itu untuk mengambil alih jiwa mereka.


7. Mic Mac at Cirque Du Freak  

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Mic Mac at Cirque Du Freak merupakan film karya sutradara Ethereal Gwirl and Lemoon. Film yang diproduksi Amerika Serikat dan Prancis ini mengeksplorasi tema fantasi dengan berdurasi 3 menit. Ethereal merupakan usaha seni kolaboratif yang didirikan oleh Dina Lockamy, seorang seniman AI yang berbasis di New York. 

Film ini bercerita tentang Kingston, seekor ular sirkus kesayangan yang mengalah pada kompleksitas superioritasnya, sehingga menampakkan sifat aslinya secara histeris. Dikuasai oleh keangkuhannya, dia tidak menyadari di mana dia salah dan malah merayap pergi menyisakan luka karena diasingkan delusi sendiri.
 

8. Kiss/Crash 

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Kiss/Crash merupakan film karya sutradara Adam Cole. Film yang diproduksi Inggris ini mengeksplorasi tema fantasi dengan berdurasi 1 menit. Cole adalah sutradara yang dikenal dengan karyanya yang meneliti kompleksitas keintiman dan identitas di era digital, menciptakan pengalaman imersif dan interaktif yang memproyeksikan hasrat dalam bayang-bayang representasi artifisial.

Film ini bercerita tentang sebuah AI yang berulang kali mengubah insiden tabrakan mobil dengan ciuman. Dalam prosesnya, AI ini mengeksplorasi tema hasrat dan kesenjangan yang melebar antara pengalaman nyata dan representasi artifisial pada era digital.
 

9. Improvement Cycle 

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Improvement Cycle merupakan film karya sutradara Hiroki Yamaguchi. Film yang diproduksi Jepang ini mengeksplorasi tema fantasi dengan berdurasi 6 menit. Dia adalah sutradara yang mulanya dikenal lewat Bloody Chainsaw Girl (2016), tetapi mulai tahun ini dirinya membuat filmnya menggunakan Generative AI

Lewat film ini, Hiroki mencoba mempertanyakan kembali negaranya, masa depan, dan memori yang dilahirkan kembali dari otak manusia yang sudah punah. Sementara itu, para alien terus bekerja sama diam-diam, mengumpulkan, dan merekam ingatan-ingatan dari seluruh dunia. Apa tujuan mereka?
 

10. Generation  

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

(Sumber gambar: website Jakarta Film Week)

Generation merupakan film karya sutradara Riccardo Fusetti. Film yang diproduksi Britania Raya ini juga mengeksplorasi tema Fantasi dengan berdurasi 2 menit. Sebelum mulai menggeluti sinema AI, Riccardo memang sebelumnya telah lama berkecimpung di dunia penulisan dan penyutradaraan di London.

Presis cerita film Generation cukup sederhana, meski ini adalah film bergenre fantasi. Film ini akan menawarkan sebuah perjalanan singkat menyusuri pengalaman manusia sebagaimana yang dilihat oleh pandangan artificial intelligence

Baca juga: Cek Sinopsis Sampai Jumpa, Selamat Tinggal yang Jadi Pembuka Jakarta Film Week 2024

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Cek Jadwal dan Lokasi CFD Jabodetabek Minggu 27 Oktober 2024

BERIKUTNYA

Puncak IN2MF 2024 Siap Digelar, Angkat Modest Fashion Ramah Lingkungan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: