Bimbel Pra Sekolah Kian Diminati, Peran Orang Tua Tetap Penting bagi Tumbuh Kembang Anak
23 October 2024 |
13:00 WIB
Tren bisnis bimbingan belajar (bimbel) untuk anak usia dini terus berkembang beberapa waktu terakhir. Tingginya persaingan untuk memasuki sekolah, hingga meningkatnya kesadaran orang tua untuk mengasah ketrampilan buah hati ditengarai menjadi salah satu faktor menjamurnya bisnis ini.
Adanya variasi program yang ditawarkan hingga pengembangan karakter juga membuat masyarakat berbondong-bondong memasukkan anak mereka ke bimbel. Terlebih dengan adanya metode pembelajaran yang interaktif dan menarik, seperti gamifikasi, yang dapat meningkatkan motivasi siswa.
Direktur Pengembangan Yayasan Pengembangan Anak Indonesia, biMBA AIUEO, Imam Sutrisno mengatakan, tren bisnis bimbingan belajar pra sekolah non formal memang terus bergeliat. Bertambahnya jumlah keluarga muda yang tinggal di perkotaan juga membuat persaingan bisnis ini kian kompetitif.
"Memasukan anak ke bimbel ini menjadi bentuk persiapan orang tua agar anak mereka memiliki keterampilan dasar, seperti membaca dan menulis. Momen ini sangat dibutuhkan oleh keluarga-keluarga baru, yang merasa pendidikan pada fase ini sangat penting," katanya.
Baca juga: Segudang Manfaat Mengajak Anak Bermain Sambil Belajar di Playground
Menjadi bimbel yang fokus untuk meningkatkan minat baca, biMBA AIUEO yang kini telah memiliki ratusan cabang itu juga diklaim menggunakan metode belajar yang menyenangkan. Bahkan, keinginan belajar harus datang sendiri dari murid alih-alih mengikuti keinginan para motivator atau guru.
Adapun untuk mengelaborasi kurikulum tersebut, para guru atau motivator juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memvariasikan kegiatan belajar di dalam kelas. Caranya dengan mengedepankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, agar anak-anak tidak cepat bosan dan jenuh.
"Jadi metodenya harus menyenangkan. Tidak boleh ada pemaksaan sekecil apa pun. Bahkan ketika ada gerakan guru yang membuat anak menjadi tidak nyaman, ini juga tidak sesuai dengan metode kami," imbuhnya.
Berdasarkan data Kemendikbudristek, pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 saat ini terdapat 436.707 sekolah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, mayoritas sekolah merupakan Sekolah Dasar (SD), yakni sebanyak 149.225 unit.
Posisinya diikuti oleh Taman Kanak-kanak (TK) dengan jumlah 97.225 unit. Kemudian, 82.981 Kelompok Bermain (KB), Sekolah Menengah Pertama (SMP) 42.907 unit, Satuan PAUD Sejenis (SPS) 19.926 unit, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 14.573 unit.
Namun, meningkatnya kesadaran tersebut menurutnya tidak diiringi pemahaman yang sangkil dari orang tua asuh. Karena, sebagai orang tua, mereka juga memiliki peran penting untuk memahami pola tumbuh kembang anak saat di rumah. Termasuk pendidikan yang bisa meningkatkan potensi buah hati, atau minat mereka terhadap berbagai hal.
"Padahal yang terpenting dari orang tua itu justru melakukan pola asuh yang lebih happy. Termasuk mengajarkan bagaimana caranya berteman, berinovasi, peningkatan psikomotorik, dan pembiasaan-pembiasaan baik sejak usia dini, ketimbang calistung," katanya.
Menurut Ubaid, menumbuhkan minat baca anak memang sah-sah saja dilakukan. Kendati begitu, momen ini juga harus disesuaikan dengan kondisi setiap anak. Pasalnya, kecerdasan setiap anak berbeda-beda dan tidak dapat diukur hanya dari indikator bahwa mereka sudah bisa membaca, berhitung, atau menulis saat masuk sekolah dasar.
Keadaan itulah yang menurutnya juga menjadi salah satu masalah di Tanah Air pada kemudian hari. Yaitu, meski anak-anak Indonesia sudah mampu membaca dan menulis, akan tetapi kemampuan literasinya untuk memahami ide-ide secara lebih luas berbanding jauh dengan negara-negara lain di dunia.
"Saat pra sekolah itu tidak harus baca, tulis, dan menghitung (calistung). Kalaupun dikenalkan, ya hanya sekadar kenal saja. Bukan menjadi capaian di tahun pertama harus bisa membaca dan yang lain. Kalau mereka tidak bisa calistung, ya tidak apa-apa," katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Adanya variasi program yang ditawarkan hingga pengembangan karakter juga membuat masyarakat berbondong-bondong memasukkan anak mereka ke bimbel. Terlebih dengan adanya metode pembelajaran yang interaktif dan menarik, seperti gamifikasi, yang dapat meningkatkan motivasi siswa.
Direktur Pengembangan Yayasan Pengembangan Anak Indonesia, biMBA AIUEO, Imam Sutrisno mengatakan, tren bisnis bimbingan belajar pra sekolah non formal memang terus bergeliat. Bertambahnya jumlah keluarga muda yang tinggal di perkotaan juga membuat persaingan bisnis ini kian kompetitif.
"Memasukan anak ke bimbel ini menjadi bentuk persiapan orang tua agar anak mereka memiliki keterampilan dasar, seperti membaca dan menulis. Momen ini sangat dibutuhkan oleh keluarga-keluarga baru, yang merasa pendidikan pada fase ini sangat penting," katanya.
Baca juga: Segudang Manfaat Mengajak Anak Bermain Sambil Belajar di Playground
Menjadi bimbel yang fokus untuk meningkatkan minat baca, biMBA AIUEO yang kini telah memiliki ratusan cabang itu juga diklaim menggunakan metode belajar yang menyenangkan. Bahkan, keinginan belajar harus datang sendiri dari murid alih-alih mengikuti keinginan para motivator atau guru.
Adapun untuk mengelaborasi kurikulum tersebut, para guru atau motivator juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memvariasikan kegiatan belajar di dalam kelas. Caranya dengan mengedepankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, agar anak-anak tidak cepat bosan dan jenuh.
"Jadi metodenya harus menyenangkan. Tidak boleh ada pemaksaan sekecil apa pun. Bahkan ketika ada gerakan guru yang membuat anak menjadi tidak nyaman, ini juga tidak sesuai dengan metode kami," imbuhnya.
Berdasarkan data Kemendikbudristek, pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 saat ini terdapat 436.707 sekolah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, mayoritas sekolah merupakan Sekolah Dasar (SD), yakni sebanyak 149.225 unit.
Posisinya diikuti oleh Taman Kanak-kanak (TK) dengan jumlah 97.225 unit. Kemudian, 82.981 Kelompok Bermain (KB), Sekolah Menengah Pertama (SMP) 42.907 unit, Satuan PAUD Sejenis (SPS) 19.926 unit, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 14.573 unit.
Keluarga Jadi Fondasi Utama
Pengamat pendidikan sekaligus Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, mengatakan maraknya bimbel pra sekolah menandakan adanya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini yang terus meningkat di Tanah Air.Namun, meningkatnya kesadaran tersebut menurutnya tidak diiringi pemahaman yang sangkil dari orang tua asuh. Karena, sebagai orang tua, mereka juga memiliki peran penting untuk memahami pola tumbuh kembang anak saat di rumah. Termasuk pendidikan yang bisa meningkatkan potensi buah hati, atau minat mereka terhadap berbagai hal.
"Padahal yang terpenting dari orang tua itu justru melakukan pola asuh yang lebih happy. Termasuk mengajarkan bagaimana caranya berteman, berinovasi, peningkatan psikomotorik, dan pembiasaan-pembiasaan baik sejak usia dini, ketimbang calistung," katanya.
Menurut Ubaid, menumbuhkan minat baca anak memang sah-sah saja dilakukan. Kendati begitu, momen ini juga harus disesuaikan dengan kondisi setiap anak. Pasalnya, kecerdasan setiap anak berbeda-beda dan tidak dapat diukur hanya dari indikator bahwa mereka sudah bisa membaca, berhitung, atau menulis saat masuk sekolah dasar.
Keadaan itulah yang menurutnya juga menjadi salah satu masalah di Tanah Air pada kemudian hari. Yaitu, meski anak-anak Indonesia sudah mampu membaca dan menulis, akan tetapi kemampuan literasinya untuk memahami ide-ide secara lebih luas berbanding jauh dengan negara-negara lain di dunia.
"Saat pra sekolah itu tidak harus baca, tulis, dan menghitung (calistung). Kalaupun dikenalkan, ya hanya sekadar kenal saja. Bukan menjadi capaian di tahun pertama harus bisa membaca dan yang lain. Kalau mereka tidak bisa calistung, ya tidak apa-apa," katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.