Survei PISA 2022 menunjukkan bahwa secara internasional terjadi penurunan hasil belajar akibat pandemi. (Sumber gambar: Ed Us/Unsplash)

Survei PISA 2022: Dunia Alami Penurunan Hasil Belajar Akibat Learning Loss selama Pandemi

05 December 2023   |   21:49 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja mengumumkan hasil survei internasional Programme for International Student Assessment (PISA) 2022. Survei tiga tahunan itu menunjukkan bahwa secara internasional, terjadi penurunan hasil belajar akibat pandemi.

Meski begitu, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik sebanyak 5-6 posisi dibandingkan dengan 2018. Peningkatan peringkat ini menunjukkan ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi learning loss akibat pandemi.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menjelaskan hasil survei tersebut disimpulkan lantaran berubahnya kebijakan pembelajaran saat pandemi di dunia, yang lebih memprioritaskan perlindungan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Proses pembelajaran inilah yang menjadi data survei PISA. 

Baca juga: 5 Kebiasaan Efektif untuk Belajar Bahasa Inggris

Data PISA 2022 di Indonesia diambil pada Mei-Juni 2022 tepat setelah pandemi Covid-19. Selama pandemi, Indonesia menerapkan metode pembelajaran dari rumah selama 8 bulan mulai dari Maret-November 2020, dilanjutkan dengan pembelajaran tatap muka terbatas selama 17 bulan yakni November-April 2022. Baru pada 22 April 2022, pembelajaran tatap muka dilaksanakan secara penuh.

"Tentunya yang dihadapi seluruh dunia akibat dari berbagai macam antisipasi dan prioritas pada kesehatan adalah turunnya kualitas pembelajaran, dan karena itu menyebabkan learning loss terbesar dalam skala dunia," katanya dalam webinar Perilisan Hasil PISA 2022, Selasa (5/12/2023). 
 

Literasi Membaca

Nadiem juga memaparkan untuk literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dari 2018. Skor literasi membaca internasional di PISA 2022 rata-rata menurun 18 poin, sementara Indonesia turun 12 poin, sehingga dapat dikatakan lebih baik dari rata-rata global.

"Ini benar-benar dari 80% negara peserta PISA 2022 mengalami penurunan skor pada literasi membaca dibandingkan PISA 2018. Jadi, ini benar-benar suatu hal yang dihadapi seluruh dunia," katanya. 
 

Literasi Matematika

Peningkatan skor juga dialami Indonesia dari bidang literasi matematika atau numerasi. Untuk bidang ini, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dibandingkan pada PISA 2018. Skor literasi matematika internasional di PISA 2022 rata-rata menurun 21 poin, sementara Indonesia turun 13 poin, sehingga dapat dikatakan lebih baik ketimbang rerata dunia. 

Adapun, sebanyak 82% peserta PISA 2022 mengalami penurunan skor literasi matematika dibandingkan PISA 2018.


Literasi Sains

Skor literasi sains di Indonesia juga mengalami peningkatan. Untuk bidang ini, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 6 posisi dibandingkan pada PISA 2018. Skor literasi sains internasional di PISA 2022 rata-rata menurun 13 poin, sementara Indonesia turun 12 poin. Adapun, sebanyak 52% peserta PISA 2022 mengalami penurunan skor literasi sains dibandingkan PISA 2018.

"Jadi yang benar-benar terdampak atau terpukul paling besar secara global itu sebenarnya adalah literasi membaca," kata Nadiem.
 

Sistem belajar daring menciptakan learning loss. (Sumber gambar: Thomas Park/Unsplash)

Sistem belajar daring menciptakan learning loss. (Sumber gambar: Thomas Park/Unsplash)

Untuk diketahui, PISA adalah studi internasional yang menilai kualitas sistem pendidikan dengan mengukur hasil belajar yang esensial untuk berhasil di abad ke-21. Survei ini dilaksanakan setiap tiga tahun sekali oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

PISA akan mengukur tingkat literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun. Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara yang terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra.

"Literasi membaca dan matematika atau numerasi itu adalah cara murid-murid memproses informasi, melakukan critical thinking, problem solving, dan kemampuan bernalar," kata Nadiem.

Indonesia sendiri mengikuti PISA sejak pertama kali diselenggarakan pada 2000. Keikutsertaan PISA memungkinkan Indonesia memantau kualitas pendidikannya dari waktu ke waktu, dan membandingkannya dengan negara lain. Adapun, sejak 2021, Indonesia melengkapi PISA dengan Asesmen Nasional (AN) untuk menilai kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.

Sampel PISA dipilih secara acak oleh OECD agar mewakili populasi siswa usia 15 tahun di tiap negara. Sementara itu, sampel di Indonesia berasal dari seluruh wilayah di Nusantara termasuk daerah-daerah tertinggal, yang terdiri dari 413 sekolah/madrasah, 14.340 siswa, serta 54 persen SMA/SMK/MA dan 48 persen SMP/MTS.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Limbah Tekstil Jadi Sorotan, Fesyen Berkonsep Sustainable Makin Dilirik

BERIKUTNYA

Eksplorasi Rasa Otentik Amerika Latin di Sudestada Jakarta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: