Rayakan Hari Batik, Mercure Karawang Ajak Para Ibu Membatik Bersama
21 October 2024 |
21:33 WIB
Meski Hari Batik Nasional yang jatuh tiap 2 Oktober telah lewat, gegap gempita perayaan batik masih terus terasa. Semangat Hari Batik juga dihadirkan Mercure Karawang berkolaborasi dengan Accor Live Limitless dalam acara KarnavALL Batik Indonesia. Adapun agenda tahunan ini berlangsung sepanjang Oktober setiap tahunnya.
Dalam satu bulan penuh, hotel di bawah naungan Accor Live Limitless berlomba menunjukkan kreasi batik sekaligus mewadahi UMKM dengan produk-produk wastra batik untuk merayakan kekayaan budaya batik Indonesia. KarnavALL Batik Indonesia diselenggarakan Mercure Karawang dengan agenda membatik bersama.
Baca juga: 5 Strategi Jitu Agar Batik Disukai Generasi Muda
Membawa komunitas Serafina dan menggandeng Kreasi Tuli Indonesia, acara ini bertujuan tidak hanya untuk menghibur tetapi juga untuk mendidik peserta mengenai pentingnya batik sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Salah satu daya tarik utama dari kegiatan ini adalah sesi membatik yang melibatkan para ibu di sekitar Karawang.
.
Dalam acara tersebut, tampak para ibu bersemangat mengikuti sesi membatik mulai dari proses memanaskan lilin hingga mencanting. Menariknya, pola-pola batik indah yang dituangkan dalam kain-kain ini merupakan hasil desain seorang desainer muda bernama Akelya Naraya. Peggiat mode yang masih bersia 14 tahun tersebut sudah kepincut batik sejak usia 8 tahun.
Akelya menceritakan bahwa inspirasi di balik desain batiknya berasal dari sejarah lokal yang mungkin telah terlupakan. "Biasanya inspirasi aku dari sejarah-sejarah Karewang yang udah tertinggal," ungkapnya.
Dia berfokus pada cerita-cerita seperti Ayam Ciparage dan Candi Jiwa yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Karawang. Dengan mengangkat tema-tema ini, Akelya berharap dapat menghidupkan kembali ingatan kolektif masyarakat tentang sejarah dan budaya daerah mereka.
"Sejak 2018, aku punya guru desain yang kebetulan pembatik. Dia bilang, 'coba main batik dong.' Dari situ, aku semakin tertarik untuk belajar," jelas Akelya. Dukungan dari keluarganya, terutama ibunya, juga memainkan peran penting dalam perjalanan kreatifnya.
Proses kreatif yang dilakukan Akelya menunjukkan bahwa batik bukan sekadar seni, tetapi juga medium untuk bercerita. Menurutnya, merancang batik dengan filosofi yang kuat bisa menggugah generasi masa kini dengan sejarah terdahulu. Akelya ingin menunjukkan kedalaman pemikirannya dalam setiap karya yang dihasilkan dengan inspirasi sejarah lokal yang hampir dilupakan.
Akelya juga menjelaskan proses pembuatan batiknya. Dia membedakan antara batik cap dan batik tulis yang tiap jenisnya memiliki karakteristik dan teknik yang berbeda. Untuk batik cap, Akelya menyebut bisa memproduksi hingga 20 lembar dalam seminggu. Sementara itu, pembuatan batik tulis membutuhkan waktu lebih lama yakni sekitar sebulan untuk satu kain. Dalam pembuatan batiknya, Akelya juga dibantu puluhan teman disabilitas dari Kreasi Tuli Indonesia.
Selama 6 tahun menggeluti fesyen dan batik, Akelya tidak hanya fokus pada pembuatan batik, tetapi juga aktif mengajak teman-teman seusianya untuk lebih menghargai dan mencintai batik sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia.
Baca juga: Hypeprofil: Pipiet Noorastuti Co-founder Nona Rara Batik yang Peduli Perajin Daerah
Dalam pandangannya, batik adalah simbol kekayaan budaya yang harus dikenali dan dihormati oleh generasi muda. "Itulah budaya kita, sejarah kita. Seluruh sejarah kita ada batik di dalamnya," kata Akelya. Akelya berharap, batik bisa makin dihargai generasi muda dan terkenal hingga mancanegara.
Kegiatan membatik yang diadakan dalam acara KarnavALL Batk Indonesia menunjukkan betapa pentingnya melestarikan batik sebagai warisan budaya. Agenda membatik yang diadakan Mercure Karawang diharapkan juga menjadi platform yang efektif untuk memperkenalkan batik kepada masyarakat luas, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk aktif terlibat dalam pelestarian budaya.
Editor: Fajar Sidik
Dalam satu bulan penuh, hotel di bawah naungan Accor Live Limitless berlomba menunjukkan kreasi batik sekaligus mewadahi UMKM dengan produk-produk wastra batik untuk merayakan kekayaan budaya batik Indonesia. KarnavALL Batik Indonesia diselenggarakan Mercure Karawang dengan agenda membatik bersama.
Baca juga: 5 Strategi Jitu Agar Batik Disukai Generasi Muda
Membawa komunitas Serafina dan menggandeng Kreasi Tuli Indonesia, acara ini bertujuan tidak hanya untuk menghibur tetapi juga untuk mendidik peserta mengenai pentingnya batik sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Salah satu daya tarik utama dari kegiatan ini adalah sesi membatik yang melibatkan para ibu di sekitar Karawang.
.
Agenda membatik bersama di Lobby Mercure Karawang (Sumber gambar: Indah Permata Hati/Hypeabis.id)
Akelya menceritakan bahwa inspirasi di balik desain batiknya berasal dari sejarah lokal yang mungkin telah terlupakan. "Biasanya inspirasi aku dari sejarah-sejarah Karewang yang udah tertinggal," ungkapnya.
Dia berfokus pada cerita-cerita seperti Ayam Ciparage dan Candi Jiwa yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Karawang. Dengan mengangkat tema-tema ini, Akelya berharap dapat menghidupkan kembali ingatan kolektif masyarakat tentang sejarah dan budaya daerah mereka.
"Sejak 2018, aku punya guru desain yang kebetulan pembatik. Dia bilang, 'coba main batik dong.' Dari situ, aku semakin tertarik untuk belajar," jelas Akelya. Dukungan dari keluarganya, terutama ibunya, juga memainkan peran penting dalam perjalanan kreatifnya.
Proses kreatif yang dilakukan Akelya menunjukkan bahwa batik bukan sekadar seni, tetapi juga medium untuk bercerita. Menurutnya, merancang batik dengan filosofi yang kuat bisa menggugah generasi masa kini dengan sejarah terdahulu. Akelya ingin menunjukkan kedalaman pemikirannya dalam setiap karya yang dihasilkan dengan inspirasi sejarah lokal yang hampir dilupakan.
Akelya juga menjelaskan proses pembuatan batiknya. Dia membedakan antara batik cap dan batik tulis yang tiap jenisnya memiliki karakteristik dan teknik yang berbeda. Untuk batik cap, Akelya menyebut bisa memproduksi hingga 20 lembar dalam seminggu. Sementara itu, pembuatan batik tulis membutuhkan waktu lebih lama yakni sekitar sebulan untuk satu kain. Dalam pembuatan batiknya, Akelya juga dibantu puluhan teman disabilitas dari Kreasi Tuli Indonesia.
Agenda membatik bersama di Lobby Mercure Karawang (Sumber gambar: Indah Permata Hati/Hypeabis.id)
Baca juga: Hypeprofil: Pipiet Noorastuti Co-founder Nona Rara Batik yang Peduli Perajin Daerah
Dalam pandangannya, batik adalah simbol kekayaan budaya yang harus dikenali dan dihormati oleh generasi muda. "Itulah budaya kita, sejarah kita. Seluruh sejarah kita ada batik di dalamnya," kata Akelya. Akelya berharap, batik bisa makin dihargai generasi muda dan terkenal hingga mancanegara.
Kegiatan membatik yang diadakan dalam acara KarnavALL Batk Indonesia menunjukkan betapa pentingnya melestarikan batik sebagai warisan budaya. Agenda membatik yang diadakan Mercure Karawang diharapkan juga menjadi platform yang efektif untuk memperkenalkan batik kepada masyarakat luas, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk aktif terlibat dalam pelestarian budaya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.