Cek 5 Karya Seni Langka dalam Pameran Flaneur di Galeri Nasional Indonesia
Menjadi pameran yang termutakhir, ekshibisi ini menghadirkan lebih dari 50 karya seni rupa, baik dua dan tiga dimensi buah tangan para perupa lintas generasi. Yaitu meliputi periode akhir abad ke-19 hingga akhir abad ke-20, yang memperlihatkan transformasi dan dinamika seni rupa Indonesia di kancah dunia.
Beberapa seniman yang terlibat di antaranya adalah Raden Saleh, Basoeki Abdullah, S. Sudjojono, Agus Djaya, Affandi, dan Kartono Yudhokusumo. Ada juga perwakilan dari para seniman kontemporer seperti Heri Dono, Mella Jaarsma, Entang Wiharso, Krisna Murti, Astari Rasjid, dan seniman nyentrik Nasirun.
Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, dihelatnya pemeran koleksi tersebut merupakan wujud komitmen mereka dalam menghadirkan pengalaman museum yang dinamis dan terbuka bagi semua kalangan. Momen ini juga menjadi bentuk transparansi setelah GNI mendapat hibah 2 karya seni dari seniman Entang Wiharso.
Baca juga: Pameran 'Flaneur: Kembara Lintas Dunia' di Galeri Nasional, Transformasi Seni Rupa Indonesia
Tak hanya itu, untuk menambah pengalaman pengunjung, pameran ini juga dilengkapi dengan program publik bertajuk Ruang Aktivitas Anak dan Keluarga (RAK). Program ini akan menyajikan berbagai aktivitas kreatif yang melibatkan komunitas dan publik dalam menciptakan karya seni, mulai dari lukis kreatif, hingga seni cetak menggunakan material ramah lingkungan.
"Selain menyelenggarakan pameran karya-karya seniman kebanggaan Indonesia, kami juga menghadirkan program publik yang dirancang untuk anak-anak dan keluarga, menjadikan museum sebagai tempat yang ramah anak dan inklusif," imbuhnya.
Lantas, seperti apa citraan visual yang dapat Genhype nikmati dalam pameran ini? Dihimpun Hypeabis.id selama media preview, berikut lima di antaranya yang dapat menjadi alasan kalian untuk segera berkunjung ke pameran ini.
1. Belajar Antri Kepada Semut (1996), Krisna Murti
Sejumlah pengunjung mengamati karya Krisna Murti dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)
Sepintas, lewat karya berdurasi 60 menit situ, sang seniman seperti mengkritik para penguasa, yang seharusnya belajar dari rakyat. Singa yang identik sebagai makhluk buas, seolah juga menjadi idiomatika dan satirisme Krisna dalam mengkritik kebijakan yang diambil oleh mereka.
Sensasi puitis yang dihadirkan lewat ogoh-ogoh dan televisi, simbol tradisional dan modernisme, juga memberikan citraan artistik yang khas."Jadi di karya ini ada filosofinya bahwa singa nonton semut itu, walaupun di makhluk buas, tapi bisa belajar dari semut," kata kurator Alam Wisesha.
2. Persembahan untuk Batara Guru (1999), Nasirun
Lukisan karya Nasirun dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)
Secara umum, lukisan ini memang mengimak sosok Batara Guru, salah satu dewa penting dalam mitologi Hindu, terutama dalam konteks kebudayaan Jawa dan Bali. Sang Hyang Guru dikenal sebagai pemimpin para dewa dan sering kali diidentifikasi sebagai manifestasi dari Dewa Siwa, sumber segala kebijaksanaan.
"Nasirun ini mewakili seniman yang karyanya banyak dikoleksi di luar negeri dan menjadi konsumsi para kolektor di sana. Padahal, dia tidak pernah menggunakan gambar-gambar yang di luar Jawa. Itu menjadi tanda bahwa karya-karyanya juga sangat diminati, meskipun berangkat dari kelokalan," imbuh Alam Wisesha.
3. Gadis (1947), Basuki Resobowo
Lukisan Gadis karya Basuki Resobowo dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)
Lukisan Gadis, (cat minyak pada kanvas, 49x49 cm, 1947) menurut beberapa sumber dilukis oleh Basuki Resobowo saat pecah Revolusi Indonesia. Hingga hari ini, juga belum diketahui siapa model sosok gadis yang dilukis oleh salah satu pelopor dunia film di Indonesia itu. Potret gadis yang dilukis menggambarkan sosok dara dengan raut nelangsa.
Dalam catatan Hypeabis.id, pameran mengenai tokoh satu ini sebelumnya juga sempat dihelat di GNI pada 2021. Kala itu, seteleng ini merupakan bagian dari rangkaian program Lokakarya Kuratorial Galeri Nasional Indonesia 2021: Kurasi Kurator Muda, yang mencoba menyelami kekaryaan dan artistik Basuki Resobowo.
4. The Fire Eaters (2011), Mella Jaarsma
Seorang pengunjung memotret karya Mella Jaarsma dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)
Hadirnya berbagai merek obat kuat tersebut seolah menjadi bentuk kritik Mella terhadap dominasi laki-laki. Proses membordir emblem-emblem merek obat kuat ini juga dapat dibaca sebagai upaya Mella dalam melancarkan kritik pada dominasi patriarki dalam kultur dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
"Proses membordir emblem-emblem merk obat kuat ini dapat dibaca sebagai upaya Mella dalam melancarkan kritik pada dominasi laki-laki, terutama aspek konstruksi dalam masyarakat," tulis laman media sosial Galeri Nasional.
5. Potret Diri (1962), Harijadi Sumodidjojo
Potret Diri karya Harijadi Sumodidjodjo dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)
Ihwal pemilihan sosok Hariadi sebagai poster pameran ini menurut Alam Wisesha juga cukup unik. Sebab, lukisan tersebut merupakan salah satu karya yang dipamerkan di Masters of Modern Indonesian Portraiture, di National Portrait Gallery, Australia pada 2014.
Menurut Alam Wisesha, proyek tersebut merupakan pameran keliling Galeri Nasional Indonesia yang dikembangkan secara kolaboratif untuk dipamerkan di luar negeri."Waktu itu pameran tersebut diinisiasi oleh GNI dengan menampilkan sekitar 30 karya potret seniman Indonesia. Hariadi ini juga penting karena sempat melawat ke Meksiko untuk belajar permuseuman," katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.