Sejumlah pengunjung mengamati karya dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Cek 5 Karya Seni Langka dalam Pameran Flaneur di Galeri Nasional Indonesia

19 October 2024   |   06:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Galeri Nasional Indonesia kembali menggelar pameran temporer dengan memacak sepilihan koleksi mereka pada pertengahan Oktober tahun ini. Mengambil tajuk Flaneur: Kembara Lintas Dunia, seteleng ini dapat Genhype nikmati di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia (GNI) pada 15 Oktober hingga 11 November 2024.

Menjadi pameran yang termutakhir, ekshibisi ini menghadirkan lebih dari 50 karya seni rupa, baik dua dan tiga dimensi buah tangan para perupa lintas generasi. Yaitu meliputi periode akhir abad ke-19 hingga akhir abad ke-20, yang memperlihatkan transformasi dan dinamika seni rupa Indonesia di kancah dunia. 

Beberapa seniman yang terlibat di antaranya adalah Raden Saleh, Basoeki Abdullah, S. Sudjojono, Agus Djaya, Affandi, dan Kartono Yudhokusumo. Ada juga perwakilan dari para seniman kontemporer seperti Heri Dono, Mella Jaarsma, Entang Wiharso, Krisna Murti, Astari Rasjid, dan seniman nyentrik Nasirun.

Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, dihelatnya pemeran koleksi tersebut merupakan wujud komitmen mereka dalam menghadirkan pengalaman museum yang dinamis dan terbuka bagi semua kalangan. Momen ini juga menjadi bentuk transparansi setelah GNI mendapat hibah 2 karya seni dari seniman Entang Wiharso. 

Baca juga: Pameran 'Flaneur: Kembara Lintas Dunia' di Galeri Nasional, Transformasi Seni Rupa Indonesia
 

Tak hanya itu, untuk menambah pengalaman pengunjung, pameran ini juga dilengkapi dengan program publik bertajuk Ruang Aktivitas Anak dan Keluarga (RAK). Program ini akan menyajikan berbagai aktivitas kreatif yang melibatkan komunitas dan publik dalam menciptakan karya seni, mulai dari lukis kreatif, hingga seni cetak menggunakan material ramah lingkungan. 

"Selain menyelenggarakan pameran karya-karya seniman kebanggaan Indonesia, kami juga menghadirkan program publik yang dirancang untuk anak-anak dan keluarga, menjadikan museum sebagai tempat yang ramah anak dan inklusif," imbuhnya.

Lantas, seperti apa citraan visual yang dapat Genhype nikmati dalam pameran ini? Dihimpun Hypeabis.id selama media preview, berikut lima di antaranya yang dapat menjadi alasan kalian untuk segera berkunjung ke pameran ini. 
 

1. Belajar Antri Kepada Semut (1996), Krisna Murti 

aha

Sejumlah pengunjung mengamati karya Krisna Murti dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Instalasi yang terdiri dari 6 ogoh-ogoh Bali serupa singa di depan televisi ini merupakan karya perupa Krisna Murti (1957-2023). Mereka ditampilkan sedang menonton video dokumenter pasukan semut yang tengah bekerja, lewat grafik-grafik berwarna biru di dalam kaca tabung. 

Sepintas, lewat karya berdurasi 60 menit situ, sang seniman seperti mengkritik para penguasa, yang seharusnya belajar dari rakyat. Singa yang identik sebagai makhluk buas, seolah juga menjadi idiomatika dan satirisme Krisna dalam mengkritik kebijakan yang diambil oleh mereka. 

Sensasi puitis yang dihadirkan lewat ogoh-ogoh dan televisi, simbol tradisional dan modernisme, juga memberikan citraan artistik yang khas."Jadi di karya ini ada filosofinya bahwa singa nonton semut itu, walaupun di makhluk buas, tapi bisa belajar dari semut," kata kurator Alam Wisesha. 
 

2. Persembahan untuk Batara Guru (1999), Nasirun 

Krisna Murti

Lukisan karya Nasirun dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti) 

Lukisan berdimensi 150x250 cm ini merupakan karya Nasirun, seniman asal Cilacap, Jawa Tengah yang kini berkarya di Yogyakarta. Karya bertarikh 1999 itu merupakan hibah dari Nasirun pada Galeri Nasional Indonesia pada 2013, yang diharap dapat menjaga marwah GNI sebagai representasi salah satu galeri dan museum terbaik Indonesia.

Secara umum, lukisan ini memang mengimak sosok Batara Guru, salah satu dewa penting dalam mitologi Hindu, terutama dalam konteks kebudayaan Jawa dan Bali. Sang Hyang Guru dikenal sebagai pemimpin para dewa dan sering kali diidentifikasi sebagai manifestasi dari Dewa Siwa, sumber segala kebijaksanaan. 

"Nasirun ini mewakili seniman yang karyanya banyak dikoleksi di luar negeri dan menjadi konsumsi para kolektor di sana. Padahal, dia tidak pernah menggunakan gambar-gambar yang di luar Jawa. Itu menjadi tanda bahwa karya-karyanya juga sangat diminati, meskipun berangkat dari kelokalan," imbuh Alam Wisesha. 
 

3. Gadis (1947), Basuki Resobowo 

Lukisan Gadis karya Basuke Resobowo dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Lukisan Gadis karya Basuki Resobowo dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti) 

Tidak banyak publik yang mengenal sosok Basuki Resobowo. Sebab, seniman yang hidupnya berakhir menjadi pesakitan itu, tidak pernah menginjakkan kakinya di Tanah Air sejak menjadi eksil pasca tragedi G30S. Hingga akhir hayatnya (1916-1999), aktivis yang tetap menjadi Marxis itu hidup dengan kredo 'La vie est la misere'. Hidup adalah kesengsaraan.

Lukisan Gadis, (cat minyak pada kanvas, 49x49 cm, 1947) menurut beberapa sumber dilukis oleh Basuki Resobowo saat pecah Revolusi Indonesia. Hingga hari ini, juga belum diketahui siapa model sosok gadis yang dilukis oleh salah satu pelopor dunia film di Indonesia itu. Potret gadis yang dilukis menggambarkan sosok dara dengan raut nelangsa. 

Dalam catatan Hypeabis.id, pameran mengenai tokoh satu ini sebelumnya juga sempat dihelat di GNI pada 2021. Kala itu, seteleng ini merupakan bagian dari rangkaian program Lokakarya Kuratorial Galeri Nasional Indonesia 2021: Kurasi Kurator Muda, yang mencoba menyelami kekaryaan dan artistik Basuki Resobowo. 
 

4. The Fire Eaters (2011), Mella Jaarsma 

dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Seorang pengunjung memotret karya Mella Jaarsma dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

The Fire Eaters merupakan instalasi seni karya Mella Jaarsma yang dibuat dengan berbagai material emblem (merek dagang) yang dibordir. Ratusan jenama tersebut tampak membungkus dua sosok lelaki yang saling berhadapan, dengan berbagai jenis obat-obatan herbal lokal alias obat kuat membungkus keduanya. 

Hadirnya berbagai merek obat kuat tersebut seolah menjadi bentuk kritik Mella terhadap dominasi laki-laki. Proses membordir emblem-emblem merek obat kuat ini juga dapat dibaca sebagai upaya Mella dalam melancarkan kritik pada dominasi patriarki dalam kultur dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. 

"Proses membordir emblem-emblem merk obat kuat ini dapat dibaca sebagai upaya Mella dalam melancarkan kritik pada dominasi laki-laki, terutama aspek konstruksi dalam masyarakat," tulis laman media sosial Galeri Nasional. 
 

5. Potret Diri (1962), Harijadi Sumodidjojo 

Potret Diri karya Harijadi dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Potret Diri karya Harijadi Sumodidjodjo dalam pameran  Flaneur: Kembara Lintas Dunia di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Lukisan yang menjadi poster pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia ini merupakan potret diri dari seniman Harijadi Sumodidjojo. Hariadi (1919-1997) merupakan salah satu seniman besar pada era Orde Lama, yang ditugaskan Presiden Soekarno untuk menyelesaikan relief mural di Bandara  Kemayoran, Jakarta.

Ihwal pemilihan sosok Hariadi sebagai poster pameran ini menurut Alam Wisesha juga cukup unik. Sebab, lukisan tersebut merupakan salah satu karya yang dipamerkan di Masters of Modern Indonesian Portraiture, di National Portrait Gallery, Australia pada 2014.

Menurut Alam Wisesha, proyek tersebut merupakan pameran keliling Galeri Nasional Indonesia yang dikembangkan secara kolaboratif untuk dipamerkan di luar negeri."Waktu itu pameran tersebut diinisiasi oleh GNI dengan menampilkan sekitar 30 karya potret seniman Indonesia. Hariadi ini juga penting karena sempat melawat ke Meksiko untuk belajar permuseuman," katanya. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Program-program Menarik di Road to Jakarta Film Week 2024, Ada Pemutaran Eksklusif

BERIKUTNYA

Tim Old Man’s vs Realm Hunter Reefer Siap Berebut Piala di  Grand Final ASL 2024 Winter Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: