Pengunjung berjalan di dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di GNI pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Pameran 'Flaneur: Kembara Lintas Dunia' di Galeri Nasional, Transformasi Seni Rupa Indonesia

17 October 2024   |   19:45 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia memiliki ratusan seniman yang nama dan karyanya telah dikenal di lintas dunia. Sebagian karya mereka bahkan telah dikoleksi dan dipamerkan di berbagai ekshibisi internasional. Tak jarang pula konsep dan artistik seniman Indonesia memicu percakapan di dalam dunia seni rupa global.

Refleksi inilah yang coba dihadirkan Galeri Nasional Indonesia (GNI) lewat seteleng Flaneur: Kembara Lintas Dunia. Mencoba merayakan jejak kreatif seniman Indonesia di kancah internasional, pameran ini dihelat pada pada 15 Oktober sampai 11 November 2024 di gedung A GNI.

Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, dihelatnya pameran ini merupakan bentuk tanggung jawab GNI sebagai lembaga negara pengelola koleksi karya seni milik negara Indonesia. Dalam pameran ini, pihaknya juga memamerkan satu karya terbaru hibah seniman Entang Wiharso.

Baca Juga: Menyelami Estetika Rupa dari Sudut Pandang Perempuan dalam Pameran Nonalog

Menurut Jarot, Entang merupakan salah satu seniman Indonesia yang namanya populer di kalangan pencinta seni dunia. Seniman asal Tegal, Jawa Tengah itu, juga menjadi seniman pengembara yang tak lelah melakukan eksplorasi visual, meski saat ini banyak berkarya di Rhode Island, AS. 

"Karya Entang yang berada di bagian depan Gedung A itu belum pernah dikeluarkan, karena baru dihibahkan tahun kemarin. Ada karya yang beliau hibahkan, tapi kali ini baru satu karya yang kami pamerkan, satunya menyusul saat pembukaan pameran tetap" katanya saat temu media, Kamis (17/10/24).
 

Karya Entang Wiharso yang dipacak dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di GNI

Karya Entang Wiharso yang dipacak dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di GNI pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)


Secara umum, pameran ini menghadirkan empat bagian utama yang menggambarkan transformasi dan dinamika seni rupa Indonesia di kancah dunia. Total, terdapat 58 karya seni, baik dua dan tiga dimensi yang dipacak dalam empat bagian ruang pamer yang dikuratori oleh Wisesha dan Teguh Margono.

Beberapa perupa lintas generasi yang karyanya dipamerkan dalam seteleng ini adalah maestro seperti Raden Saleh, Basoeki Abdullah, S. Sudjojono, Agus Djaja, Affandi. Ada juga seniman kontemporer seperti Heri Dono, Mella Jaarsma, Entang Wiharso, Sri Astari Rasjid, hingga Nasirun.

Bagian pertama dari pameran pertama dari pameran ini mengungkai tentang Migrasi: Pendidikan, Petualangan, dan Diaspora dari seniman Indonesia. Momen tersebut dimulai dari sook Raden Saleh, yang dikenal sebagai tokoh pembaru sekaligus peletak seni rupa modern Tanah Air. Sebab, pelukis tersebut merupakan bumiputera pertama yang menempuh pendidikan seni rupa pertama di Eropa.

Dalam pameran ini, terdapat satu karya Raden Saleh yang dipacak, yakni lukisan berjudul Kapal Tenggelam (cat minyak pada kanvas, 74x97cm, C.1840). Sesuai judulnya karya ini mengimak kapal yang terombang-ambing di tengah samudera dengan tiang dan layar yang telah robek, bernuansa monokrom dengan lepa cat yang realistis.

Ada pula karya Affandi bertajuk pemakaman Raja Inggris (cat minyak pada kanvas, 64x107 cm). Dibuat pada 1952, karya tersebut memang melukiskan momen pemakaman dari Raja King George VI of England. Semua bidang kanvas didominasi hitam, simbolisme perkabungan, meski terlihat juga beberapa bentuk objek seperti kereta jenazah, dan prajurit.

Bagian kedua dari pameran ini adalah Representasi di Panggung Global, yang mengetengahkan karya para seniman Tanah Air di lanskap internasional. Momen tersebut bermula saat 1951, ketika Hendra Gunawan, Henk Ngantung, S.Sudjojono, dan Basuki Resobowo, bersama LEKRA, menghadiri Festival Pemuda Sedunia di Berlin.

Kala itu, para seniman menggunakan seni rupa sebagai dialog lintas budaya di tengah perang dingin yang kemudian dipamerkan di Moskow. Ada pula, karya seniman seperti Emiria Sunassa, Sudjojono, Affandi, dan Agus Djaja yang kala itu turut memamerkan karya mereka di Biennale dua Sao Paulo pada 1953, serta venice Biennale pada 1954.
 

ahah

Pengunjung berjalan di dalam pameran Flaneur: Kembara Lintas Dunia di GNI pada Kamis (17/10/24) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Beranjak ke bagian belakang, Genhype juga akan disuguhi sepilihan karya dalam tema Seni Lintas Kultural, di mana para seniman Indonesia memperkenalkan karya mereka ke panggung internasional. salah satunya terepresentasi dalam pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS) pada dekade 1990-1991.

Beberapa karya yang dipamerkan dalam bagian ini salah satunya adalah karya dari perupa seperti I Gusti Ngurah Nurata, lewat lukisan berjudul The Search of Peace (cat minyak pada kanvas, 97x153cm). Karya ini terbilang cukup surreal, karena menggambarkan kelimun hewan di atas awan, serta sosok biksu yang mengendarai gajah, meski ada pendekatan artistik khas Bali.

Kemudian, pada bagian akhir Genhype akan diajak menelusuri karya seni rupa Indonesia setelah dekade meletusnya gerakan Desember Hitam. Momen ini ditandai dengan munculnya Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) pada dekade 1970-an yang lebih bersifat memberontak dari era sebelumnya.

Refleksi itu terejawantah dalam karya-karya dari seniman seperti Belajar Antri Kepada Semut (instalasi video, dimensi bervariasi, 1996) karya Krisna Murti. Ada pula karya Heri Dono, dan Mella Jarsma yang bertajuk Born and Freedom (media campuran, 2004), serta The Fire Eaters (emblem bord, fiberglass, besi dan bambu, 2011).

Menurut kurator Alam Wisesha, karya Mella Jaarsma yang mengetengahkan berbagai sample jamu di Tanah Air merupakan bentuk lokalitas yang bisa diangkat ke ranah global. "Pada bagian ini, setiap karya yang dipamerkan juga mengandung kisah tentang pencarian, pertemuan, dan penggabungan antara yang lokal dan yang global," katanya.

Baca Juga: Pameran Temporer Museum Nasional Indonesia Tampilkan 9 Arca Era Singhasari

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Ide Bekal Praktis & Enak Untuk Anak ke Sekolah

BERIKUTNYA

Ada Pelantikan, PT KCI Akan Mengoperasikan 1.048 Perjalanan Commuter Line Pada Akhir Pekan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: