Sutradara Timo Tjahjanto Cerita Proses Kreatif Garap Film The Shadow Strays
15 October 2024 |
19:46 WIB
Film The Shadow Strays telah memantik rasa penasaran publik sejak melakukan world premiere (penayangan perdana dunia) di Festival Film Internasional Toronto (TIFF) 2024. Film ini bahkan mendapat slot penayangan di program bergengsi Midnight Madness.
Program Midnight Madness di TIFF dikenal karena kerap menjadi panggung bagi film-film baru yang memukau dan mampu mendefinisikan genre dan mendorong batas. Tak hanya itu, film ini pun mendapat standing ovation dari penonton yang hadir kala itu.
Kini, rasa penasaran publik akan segera terbayar. Film yang disutradarai oleh Timo Tjahjanto tersebut segera tayang di platform streaming Netflix, tepatnya mulai 17 Oktober 2024.
Baca juga: Sinopsis Film The Shadow Strays, Tayang 17 Oktober 2024 di Netflix
Sutradara Timo Tjahjanto mengatakan ide awal dari film The Shadow Strays sebenarnya cukup sederhana. Dalam film ini, dirinya ingin bercerita mengenai isu matriarki, yang belakangan makin jarang terekspos.
Matriarki merupakan sistem sosial yang di dalamnya didominasi oleh perempuan. Dalam perspektif ini, peran perempuan dalam kehidupan sosial punya peran yang besar dan penting. Matriarki masih santer di sejumlah belahan dunia, seperti beberapa negara di Asia dan Afrika. Di Indonesia, matriarki juga hidup, terutama dalam budaya Minangkabau.
“Pada dasarnya saya ingin cerita itu, karena saya merasa di film Indonesia itu banyak banget cerita yang diambil dari perspektif maskulin. Saya rasa ada challenge tersendiri ketika kita menceritakan sesuatu yang keras, tetapi dari POV perempuan,” ungkap Timo di Epicentrum XXI, Jakarta.
Dari ide tersebut, Timo kemudian mengeksekusinya ke dalam cerita tentang seorang perempuan bernama Agen Umbra dan codename “13”. Keduanya diceritakan merupakan pembunuh bayaran.
Suatu ketika, codename 13 diistirahatkan dari tugas sementara karena misinya berantakan. Dalam masa jeda ini, dia menjalin ikatan dengan Monji, bocah yang baru kehilangan ibunya karena sindikat kejahatan. Ketika Monji menghilang, 13 mulai melakukan pencarian. Meskipun, ini berarti melawan mentornya dan organisasi tempatnya bernaung, The Shadows.
Timo mengatakan dirinya tertarik mengemas ceritanya ke dalam kisah soal seorang guru dan murid yang sama-sama perempuan. Baginya, ini adalah cerita tentang cinta matriarki.
Sutradara berumur 44 tahun itu mengatakan bahwa The Shadow Strays mungkin akan cukup berbeda dengan karya-karya sebelumnya, terutama soal durasi. Film produksi Netflix ini bakal hadir dengan durasi 145 menit lamanya.
Bagi Timo, waktu sebenarnya bukan jadi hal yang masalah dalam sebuah film, selama struktur cerita yang di dalamnya bisa mengalir dan berkembang. Dalam artian, film berdurasi 80 menit atau 240 menit mestinya bakal bisa tetap diminati selama penonton menikmati jalan ceritanya.
“Di film ini, saya ingin menceritakan lebih dari cuman sekadar dua protagonis atau dua main character saja,” imbuhnya.
Timo mengatakan durasi yang hampir 2 jam 20 menit ini benar-benar dimanfaatkannya untuk mengembangkan karakter-karakter yang ada di dalamnya. Menurutnya, setiap karakter yang muncul menjadi hal yang penting untuk menciptakan tangga dramatik cerita yang makin menarik.
Salah satu pemain The Shadow Strays, Aurora Ribero, mengatakan proses produksi film berjalan dengan lancar. Menurutnya, selama syuting, ada banyak hal-hal spesial dan menyentuh yang terjadi. Suasana syuting pun begitu hangat hingga tiap pemain mampu mengeluarkan potensi terbaiknya.
Mengingat film ini punya adegan laga yang cukup banyak, Aurora mengatakan para pemain pun mesti menjalani workshop khusus. Proses belajar adegan aksi itu berjalan kurang lebih selama 4 bulan.
“Waktu training ini aku kan yang duluan masuk. Jadi, yang lain tuh belum pada masuk. Aku sendirian doang karena aku enggak tahu sama sekali kan soal action,” ujarnya.
The Shadow Strays adalah film action pertama bagi Aurora. Hal ini membuatnya perlu ekstra usaha untuk lebih mendalami peran dan mengurusi hal-hal teknis. Sebelum belajar soal aksi pun, dirinya juga mesti menempa fisik. “Lumayan susah, ya. Kayak otak kiri dan otak kanan harus nyambung tuh. Untungnya, waktu yang lain masuk, aku sudah jago,” imbuhnya.
Selain itu, Hana Malasan mengatakan sisi aksi memang jadi hal yang menarik selama syuting. Meski menjadi hal yang susah bagi sebagian menarik, sisi ini justru juga jadi perekat antarpemain di dalam lokasi.
Menurutnya, selama proses syuting, tak sekali dua kali ada beberapa kejadian yang tidak disengaja. Ini, lanjutnya, adalah hal yang wajar. Namun, para pemain punya semacam kesepakatan bersama.
“Jadi, kalau enggak sengaja kenapa gitu, itu ada kompensasi gitu. Kayak kalau enggak sengaja, beliin kopi atau dijajanin deh. Supaya tetap semangat,” jelasnya.
Secara tak langsung, hal-hal ini dirasa Hana punya porsi yang penting bagi kebutuhan adegan. Sebab, kebersamaan dan chemistry antarpemain jadi lebih terbentuk. Dengan demikian, penjiwaan karakter masing-masing pun bisa lebih mudah terjadi dan dilakukan oleh setiap pemain.
Film The Shadow Strays dibintangi oleh aktor dan aktris kenamaan, seperti Aurora Ribero yang akan berperan sebagai 13, kemudian Hana Malasan memerankan Umbra, Ali Fikry memerankan Monji, Adipati Dolken memerankan Prasetyo, dan Andri Mashadi memerankan Ariel.
Baca juga: Tayang Perdana di TIFF 2024, The Shadow Strays Dapat Tepuk Tangan Meriah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful MIllah
Program Midnight Madness di TIFF dikenal karena kerap menjadi panggung bagi film-film baru yang memukau dan mampu mendefinisikan genre dan mendorong batas. Tak hanya itu, film ini pun mendapat standing ovation dari penonton yang hadir kala itu.
Kini, rasa penasaran publik akan segera terbayar. Film yang disutradarai oleh Timo Tjahjanto tersebut segera tayang di platform streaming Netflix, tepatnya mulai 17 Oktober 2024.
Baca juga: Sinopsis Film The Shadow Strays, Tayang 17 Oktober 2024 di Netflix
Sutradara Timo Tjahjanto (tengah) dan para pemain The Shadow Strays (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Matriarki merupakan sistem sosial yang di dalamnya didominasi oleh perempuan. Dalam perspektif ini, peran perempuan dalam kehidupan sosial punya peran yang besar dan penting. Matriarki masih santer di sejumlah belahan dunia, seperti beberapa negara di Asia dan Afrika. Di Indonesia, matriarki juga hidup, terutama dalam budaya Minangkabau.
“Pada dasarnya saya ingin cerita itu, karena saya merasa di film Indonesia itu banyak banget cerita yang diambil dari perspektif maskulin. Saya rasa ada challenge tersendiri ketika kita menceritakan sesuatu yang keras, tetapi dari POV perempuan,” ungkap Timo di Epicentrum XXI, Jakarta.
Dari ide tersebut, Timo kemudian mengeksekusinya ke dalam cerita tentang seorang perempuan bernama Agen Umbra dan codename “13”. Keduanya diceritakan merupakan pembunuh bayaran.
Suatu ketika, codename 13 diistirahatkan dari tugas sementara karena misinya berantakan. Dalam masa jeda ini, dia menjalin ikatan dengan Monji, bocah yang baru kehilangan ibunya karena sindikat kejahatan. Ketika Monji menghilang, 13 mulai melakukan pencarian. Meskipun, ini berarti melawan mentornya dan organisasi tempatnya bernaung, The Shadows.
Timo mengatakan dirinya tertarik mengemas ceritanya ke dalam kisah soal seorang guru dan murid yang sama-sama perempuan. Baginya, ini adalah cerita tentang cinta matriarki.
Sutradara berumur 44 tahun itu mengatakan bahwa The Shadow Strays mungkin akan cukup berbeda dengan karya-karya sebelumnya, terutama soal durasi. Film produksi Netflix ini bakal hadir dengan durasi 145 menit lamanya.
Bagi Timo, waktu sebenarnya bukan jadi hal yang masalah dalam sebuah film, selama struktur cerita yang di dalamnya bisa mengalir dan berkembang. Dalam artian, film berdurasi 80 menit atau 240 menit mestinya bakal bisa tetap diminati selama penonton menikmati jalan ceritanya.
“Di film ini, saya ingin menceritakan lebih dari cuman sekadar dua protagonis atau dua main character saja,” imbuhnya.
Timo mengatakan durasi yang hampir 2 jam 20 menit ini benar-benar dimanfaatkannya untuk mengembangkan karakter-karakter yang ada di dalamnya. Menurutnya, setiap karakter yang muncul menjadi hal yang penting untuk menciptakan tangga dramatik cerita yang makin menarik.
Workshop Action yang Panjang
Salah satu pemain The Shadow Strays, Aurora Ribero, mengatakan proses produksi film berjalan dengan lancar. Menurutnya, selama syuting, ada banyak hal-hal spesial dan menyentuh yang terjadi. Suasana syuting pun begitu hangat hingga tiap pemain mampu mengeluarkan potensi terbaiknya.Mengingat film ini punya adegan laga yang cukup banyak, Aurora mengatakan para pemain pun mesti menjalani workshop khusus. Proses belajar adegan aksi itu berjalan kurang lebih selama 4 bulan.
“Waktu training ini aku kan yang duluan masuk. Jadi, yang lain tuh belum pada masuk. Aku sendirian doang karena aku enggak tahu sama sekali kan soal action,” ujarnya.
The Shadow Strays adalah film action pertama bagi Aurora. Hal ini membuatnya perlu ekstra usaha untuk lebih mendalami peran dan mengurusi hal-hal teknis. Sebelum belajar soal aksi pun, dirinya juga mesti menempa fisik. “Lumayan susah, ya. Kayak otak kiri dan otak kanan harus nyambung tuh. Untungnya, waktu yang lain masuk, aku sudah jago,” imbuhnya.
Selain itu, Hana Malasan mengatakan sisi aksi memang jadi hal yang menarik selama syuting. Meski menjadi hal yang susah bagi sebagian menarik, sisi ini justru juga jadi perekat antarpemain di dalam lokasi.
Menurutnya, selama proses syuting, tak sekali dua kali ada beberapa kejadian yang tidak disengaja. Ini, lanjutnya, adalah hal yang wajar. Namun, para pemain punya semacam kesepakatan bersama.
“Jadi, kalau enggak sengaja kenapa gitu, itu ada kompensasi gitu. Kayak kalau enggak sengaja, beliin kopi atau dijajanin deh. Supaya tetap semangat,” jelasnya.
Secara tak langsung, hal-hal ini dirasa Hana punya porsi yang penting bagi kebutuhan adegan. Sebab, kebersamaan dan chemistry antarpemain jadi lebih terbentuk. Dengan demikian, penjiwaan karakter masing-masing pun bisa lebih mudah terjadi dan dilakukan oleh setiap pemain.
Film The Shadow Strays dibintangi oleh aktor dan aktris kenamaan, seperti Aurora Ribero yang akan berperan sebagai 13, kemudian Hana Malasan memerankan Umbra, Ali Fikry memerankan Monji, Adipati Dolken memerankan Prasetyo, dan Andri Mashadi memerankan Ariel.
Baca juga: Tayang Perdana di TIFF 2024, The Shadow Strays Dapat Tepuk Tangan Meriah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful MIllah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.