Fakta-fakta Menarik Novel Dongeng Kucing, Fabel Fantasi Pertama Boy Candra
09 October 2024 |
13:30 WIB
Setelah satu dekade identik dengan karya-karya melankolis, penulis Boy Candra menerbitkan fabel berjudul Dongeng Kucing. Novel yang menghadirkan kisah petualangan hewan-hewan liar ini dibuat untuk meramaikan genre fantasi, sekaligus menjadi wujud pembuktiannya sebagai penulis yang terus bereksplorasi.
Kehadiran novel Dongeng Kucing juga dipicu oleh keinginan Boy Candra untuk memberikan buku bacaan yang bisa dinikmati oleh anak-anak, guna menumbuhkan minat baca pada ponakannya. Kejadian itu turut memantapkan niatnya untuk mulai menulis cerita yang bisa dibaca oleh anak-anak.
Novel Dongeng Kucing mengangkat kisah tentang hewan-hewan liar di kolong bawah jalan tol, mulai dari Kucing, Landak Tua, Tikus Tua, Berang-berang, Biawak hingga Burung Gereja. Novel setebal 208 halaman ini mengajak pembaca mengikuti kisah hewan-hewan liar tersebut berupaya bertahan hidup dan saling menjaga satu sama lain.
Mengangkat cerita dengan tema beragam mulai dari keluarga, percintaan, persahabatan, hingga konflik sosial, novel penuh imajinasi ini menyajikan kisah-kisah petualangan menarik dan tak terduga dari hewan-hewan liar yang menjadi tokohnya.
Baca juga: 10 Tahun Berkarya, Ini Alasan Boy Candra Hadirkan Kisah Fabel dalam Novel Dongeng Kucing
Baca juga: 10 Tahun Berkarya, Ini Alasan Boy Candra Hadirkan Kisah Fabel dalam Novel Dongeng Kucing
Dalam novel, kucing menjadi tokoh utama yang menggerakkan cerita dari awal hingga akhir. Ceritanya berawal dari hilangnya pasangan kucing tua bernama Bu Merti dan Pak Ghost, yang meninggalkan satu anak betina bernama Gaura.
Berlanjut dengan kisah Gaura yang memiliki dua anak kesayangan bernama Kucing Putih dengan tanda bulan sabit hitam di kening, dan Kucing Hitam dengan tanda bintang putih di kening, hingga konflik antara kucing, hewan-hewan liar lainnya dengan manusia-manusia yang mengacak-acak kehidupan mereka.
Kepada Hypeabis.id, Boy Candra bercerita seputar proses kreatif penggarapan novel Dongeng Kucing. Di balik kisah novelnya yang penuh petualangan imajinatif, tersimpan fakta-fakta menarik yang perlu Genhype ketahui. Berikut ini ulasan lengkapnya.
1. Novel fabel pertama
Dongeng Kucing menjadi novel fabel pertama yang ditulis oleh Boy selama 10 tahun terakhir karier kepenulisannya. Sebelumnya, penulis berusia 34 tahun ini lebih dikenal dengan karya-karya yang melankolis baik novel, cerpen, maupun puisi, seperti Origami Hati (2013), Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai (2015), Ingkar (2020), dan Menikmati Manis Racun di Bibirmu (2022).
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi Boy menulis novel fabel fantasi. Sebagai penulis, dia ingin terus tumbuh dengan mengeksplorasi genre-genre lain, di luar kisah-kisah melankolis yang selama satu dekade terakhir melekat dengan namanya.
Selain itu, menurutnya, masih belum banyak buku bergenre fantasi yang ditulis oleh pengarang Indonesia. Dia berpendapat buku-buku fiksi fantasi di dalam negeri masih didominasi oleh penulis dari luar negeri.
"Secara demografi sekarang ini, ada banyak anak muda. Saya membayangkan anak-anak muda itu seharusnya punya imajinasi yang lebih luas. Salah satu alatnya mungkin baca novel-novel fantasi gitu. Pilihan untuk masuk ke segmen fantasi ini sebetulnya lebih ke ingin ikut serta meramaikan segmen fantasi yang belum ramai," ucapnya saat media visit di kantor Hypeabis.id, Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Novel Dongeng Kucing (Sumber gambar: (Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)
"Itu juga mungkin yang sedikit menggeser tujuan menulis saya. Saya sekarang mulai menulis buku tentang sesuatu yang bisa dibaca sama anak-anak, bukan hanya kisah cinta," ujar pria kelahiran 21 November 1989 itu.
2. Ungkapan kritik sosial
Tak sekadar menyajikan kisah petualangan imajinatif, novel Dongeng Kucing ditulis Boy juga sebagai bentuk kritik sosialnya terhadap maraknya kejadian penyiksaan hewan yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab, terutama kejahatan pada kucing.
"Dongeng Kucing itu isu utamanya adalah kejahatan terhadap hewan. Ketika kita memutuskan untuk memelihara kucing, artinya kita menambah satu anggota keluarga gitu. Nah, tapi kebanyakan orang kadang-kadang kan enggak paham itu," kata penulis kelahiran Agam, Sumatera Barat, itu.
3. Ditulis hanya 24 hari
Boy Candra bercerita secara keseluruhan, proses penulisan hingga penerbitan novel Dongeng Kucing memakan waktu sekitar 1 tahun sejak 2023. Namun, proses penulisan novelnya sendiri hanya membutuhkan waktu kurang dari satu bulan yakni 24 hari.
"Sudah ditulis sejak 2023, cuma kalau untuk sampai terbitnya itu 1 tahun. Tapi nulisnya kayaknya cuma 24 hari," katanya.
Dalam menyusun ceritanya, Boy mengaku melakukan riset dengan mengamati tingkah laku kucing, dari cara berjalan, berkelahi, hingga menebak-nebak perasaan yang dialami oleh anabul kesayangan banyak orang itu. Bahkan, dia juga sering menonton video-video soal kucing lewat media sosial.
Penulis Boy Candra saat kunjungan media di kantor Hypeabis.id, Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (8/10/2024). Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman.
Meski menjadi karya fabel pertama, penulis berusia 34 tahun itu mengaku tidak menemui kesulitan dalam menggarap novel Dongeng Kucing. Sebab, sebelumnya dia mengaku telah menulis beberapa karya fantasi yang mengangkat kisah-kisah binatang.
"Sebetulnya yang romansa itu kan yang kelihatan dominan aja ya. Secara perjalanannya, segmen-segmen cerita lain juga sudah saya tulis sebetulnya dalam bentuk cerpen di buku-buku saya yang lain. Tapi yang spesifik satu buku satu genre itu baru di Dongeng Kucing. Latihannya sebetulnya sudah dicicil," ucapnya.
4. Alasan kucing sebagai tokoh utama
Pemilihan kucing sebagai tokoh utama dalam novel baru Dongeng Kucing dilatarbelakangi pengalaman Boy yang memelihara beberapa anabul di rumah. Dari kucing yang ada, dia pernah kehilangan salah satu kucing yang dia beri nama Puisi. Hal ini juga yang dituliskan Boy pada pembuka novelnya.
Plus, menurutnya, novel-novel fiksi yang mengangkat kisah kucing juga masih jarang ditemui pada buku-buku di Indonesia. Kebanyakan, kucing sebagai tokoh hanya muncul pada cerpen-cerpen yang mengangkat kisah manusia dan kucing atau buku dongeng. Selama ini, katanya, kebanyakan novel yang mengangkat kisah kucing berasal dari Jepang.
"Novel ini juga salah satu bentuk penerjemahan dari orang-orang yang ngambil kucing untuk hiburan gitu. Jadi bukan untuk menjadikan mereka [kucing] bagian dari hidup mereka, tapi untuk dijadiin badut aja dalam hidup mereka," katanya.
5. Bakal ada sekuel
Adapun, kisah dalam novel Dongeng Kucing belum berakhir. Lanjutan kisah petualangannya akan berlanjut dalam sekuelnya yang berjudul Perang Kucing. Meski demikian, Boy belum bisa memastikan kapan novel bagian dua dari fabelnya itu bakal diterbitkan.
"Kalau Dongeng Kucing itu kan lebih ke cerita awal mereka ya. Gimana mereka digusur rumahnya, kehidupan keluarganya, latar belakang keluarganya. Di Perang Kucing itu isinya perang. Jadi isinya balas dendam gitu, berantem," kata penulis lulusan Universitas Negeri Padang itu.
Baca juga: Daftar Buku Terlaris & Menginspirasi Karya Boy Candra, Terbaru Ada Dongeng Kucing
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Baca juga: Daftar Buku Terlaris & Menginspirasi Karya Boy Candra, Terbaru Ada Dongeng Kucing
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.