Simak Proses Kreatif Boy Candra Garap Novel Dongeng Kucing, Cuma Butuh 24 Hari
08 October 2024 |
21:21 WIB
Penulis Boy Candra menambah satu lagi daftar karyanya lewat novel Dongeng Kucing. Setelah dikenal karena karya-karyanya yang melankolis, Boy Candra kini menjajal keluar dari zona nyaman, menghadirkan novel fabel dengan kisah tentang hewan-hewan liar yang penuh fantasi. Novel itu ditulisnya hanya dalam kurun waktu 24 hari.
Boy Candra bercerita secara keseluruhan, proses penulisan hingga penerbitan novel Dongeng Kucing memakan waktu sekitar 1 tahun sejak 2023. Namun, proses penulisan novelnya sendiri hanya membutuhkan waktu kurang dari satu bulan yakni 24 hari.
"Sudah ditulis sejak 2023, cuma kalau untuk sampai terbitnya itu 1 tahun. Tapi nulisnya kayanya cuma 24 hari," katanya saat kunjungan media di kantor Hypeabis.id, Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Baca juga: 10 Tahun Berkarya, Ini Alasan Boy Candra Hadirkan Kisah Fabel dalam Novel Dongeng Kucing
Baca juga: 10 Tahun Berkarya, Ini Alasan Boy Candra Hadirkan Kisah Fabel dalam Novel Dongeng Kucing
Novel Dongeng Kucing mengangkat kisah tentang hewan-hewan liar di kolong bawah jalan tol, mulai dari Kucing, Landak Tua, Tikus Tua, Berang-berang, Biawak hingga Burung Gereja. Novel setebal 208 halaman ini mengajak pembaca mengikuti kisah hewan-hewan liar tersebut berupaya bertahan hidup dan saling menjaga satu sama lain.
Mengangkat cerita dengan tema beragam mulai dari keluarga, percintaan, persahabatan, hingga konflik sosial, novel penuh imajinasi ini menyajikan kisah-kisah petualangan menarik dan tak terduga dari hewan-hewan liar yang menjadi tokohnya.
Dalam novel, kucing menjadi tokoh utama yang menggerakkan cerita dari awal hingga akhir. Ceritanya berawal dari hilangnya pasangan kucing tua bernama Bu Merti dan Pak Ghost, yang meninggalkan satu anak betina bernama Gaura.
Berlanjut dengan kisah Gaura yang memiliki dua anak kesayangan bernama Kucing Putih dengan tanda bulan sabit hitam di kening dan Kucing Hitam dengan tanda bintang putih di kening, hingga konflik antara kucing, hewan-hewan liar lainnya dengan manusia-manusia yang mengacak-acak kehidupan mereka.
Dalam menyusun ceritanya, Boy mengaku melakukan riset dengan mengamati tingkah laku kucing, dari cara berjalan, berkelahi, hingga menebak-nebak perasaan yang dialami oleh anabul kesayangan banyak orang itu. Bahkan, dia juga sering menonton video-video soal kucing lewat media sosial.
Penulis Boy Candra saat melakukan kunjungan media di kantor Hypeabis.id, Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (8/10/2024), dengan buku barunya yang berjudul Dongeng Kucing. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)
Meski menjadi karya fabel pertama, penulis berusia 34 tahun itu mengaku tidak menemui kesulitan dalam menggarap novel Dongeng Kucing. Sebab, sebelumnya dia mengaku telah menulis beberapa karya fantasi yang mengangkat kisah-kisah binatang.
"Sebetulnya yang romansa itu kan yang kelihatan dominan aja ya. Secara perjalanannya, segmen-segmen cerita lain juga sudah saya tulis sebetulnya dalam bentuk cerpen di buku-buku saya yang lain. Tapi yang spesifik satu buku satu genre itu baru di Dongeng Kucing. Latihannya sebetulnya sudah dicicil," ucapnya.
Meski dibuat sebagai kisah fantasi yang bisa memantik daya imajinasi anak-anak, novel Dongeng Kucing dilabeli rating pembaca U17+ alias untuk pembaca di atas 17 tahun. Hal itu dikarenakan novel yang diterbitkan oleh Grasindo ini menyajikan twist yang tak terduga dan terbilang cukup brutal dalam dua bab kisahnya.
Boy mengatakan dia memang sengaja memasukkan kisah yang cukup mengejutkan dan berani pada bagian pertengahan menjelang akhir novel. Hal itu semata lantaran kebutuhan cerita yang terus bergerak secara eksploratif dan imajinatif, dari kehidupan urban kota tiba-tiba mengambil latar di tengah hutan.
Meski memiliki kerangka cerita, Boy membiarkan tokoh-tokoh dalam ceritanya berjalan, mulai dari hal-hal yang sederhana berkembang menjadi konflik-konflik yang besar. Selain itu, menurutnya, kisah pada dua bab tersebut semestinya bisa menjadi pembelajaran bagi anak-anak untuk membedakan hal-hal yang baik dan buruk.
"Dongeng Kucing itu berusaha nawarin hal yang mereka [anak-anak] bisa bandingin sendiri dari cerita itu. Tokoh jahatnya tuh sejahat apa, kenapa kita harus sayang sama kucing, yang baik itu kayak gimana gitu," katanya.
Baca juga: Hibrida, Debut Novel Grafis Raiy Ichwana Bernuansa Supranatural yang Bikin Gelisah
Baca juga: Hibrida, Debut Novel Grafis Raiy Ichwana Bernuansa Supranatural yang Bikin Gelisah
Adapun, kisah dalam novel Dongeng Kucing belum berakhir. Lanjutan kisah petualangannya akan berlanjut dalam sekuelnya yang berjudul Perang Kucing. Meski demikian, Boy belum bisa memastikan kapan novel bagian dua dari fabelnya itu bakal diterbitkan.
"Kalau Dongeng Kucing itu kan lebih ke cerita awal mereka ya. Gimana mereka digusur rumahnya, kehidupan keluarganya, latar belakang keluarganya. Di Perang Kucing itu isinya perang. Jadi isinya balas dendam gitu, berantem," kata penulis kelahiran Agam, Sumatra Barat, itu.
Editor: Fajar Sidik
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.