Eka Kurniawan berpose dengan karya terbarunya saat melakukan temu media di Jakarta pada Rabu (7/8/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Anjing Mengeong Kucing Menggonggong & Kritik Hegemoni Orang Dewasa ala Eka Kurniawan

09 October 2024   |   07:19 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Masa kanak-kanak merupakan salah satu fase penting bagi pertumbuhan seseorang. Pada masa ini fondasi perkembangan fisik, psikis, dan pengalaman, memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan seseorang saat beranjak ke fase remaja hingga dewasa.

Namun, tidak semua entitas masyarakat mengetahui, atau memaksimalkan fase tersebut dalam mendidik buah hati. Pola tradisi yang dilakukan turun temurun, hingga pola asuh yang dilakukan dengan cara yang salah, kerap membuat anak menjadi trauma, dan berujung menjadi 'pemberontakan'. 

Baca juga: Daftar Buku Terlaris & Menginspirasi Karya Boy Candra, Terbaru Ada Dongeng Kucing

Momen inilah sepertinya, yang coba diungkai oleh Eka Kurniawan dalam novel terbarunya, Anjing Mengeong Kucing Menggonggong (AMKM). AMKM merupakan karya terbaru Eka yang belum lama ini diterbitkan Gramedia setelah menelurkan kumpulan esai Tragedimu Komediku (2023).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Eka Kurniawan (@gnolbo)



Novel AMKM mengikuti kisah anak muda bernama Sato Reang. Remaja akil balig yang mengalami pergolakan batin setelah disunat. Arkian, setelah kulupnya diiris oleh dokter, Sato Reang dinasehati sang ayah untuk mulai berbuat saleh, dan mengikuti kehendak lain yang bukan pilihannya.

Lewat dua sudut pandang pronomina, Eka mengajak pembaca untuk berulang-alik mengikuti kisah Sato Reang."Kalau boleh jujur, aku lebih senang pergi ke belakang pasar [..] Lebih seru daripada duduk bersila di surau, dan membaca huruf-huruf yang tak pernah kupergunakan, dan membaca kata-kata yang tak kutahu artinya," (hal. 4)

Apa yang dialami oleh Sato Reang, barangkali juga menjadi representasi para pembaca saat masih menjadi bocah. Dalam kasus lain misalnya, saat muncul pertanyaan-pertanyaan lugu yang tak terjawab, dan orang tua tidak merasa berutang jawaban, serta bagaimana pola asuh yang dengan komunikasi yang salah membekas pada sang anak.

Momen ini juga tak terlepas dari pernyataan Sato Reang yang kerap menggerutu dan ngedumel, sebagaimana termaktub; "Anak-anak kecil hanya mengikuti apa yang dikatakan sepuh-sepuh ini, dan mereka tak pernah punya keinginan untuk menerangkannya." (hal.10)

Berbagai lintasan dialog dan sekelumit pernyataan tersebut seperti menjadi kritik sang penulis mengenai pola asuh yang sangkil seturut zaman. Suara Sato Reang juga seolah mewakili suara anak-anak yang selama ini terbungkam dan tidak bebas dalam menentukan pilihan, serta hanya dijejali dogma dari orang yang lebih dewasa.

Kisah Sato Reang, sepintas mengingatkan penulis pada novel-novel picaresque atau picaro. Sebuah genre sastra asal Spanyol yang biasanya mengikuti petualangan sang protagonis, sebagai sosok anti-hero. Tokohnya digambarkan cerdik, tapi amoral, dan biasanya berasal dari kelas sosial rendah.

Novel jenis ini sering kali bersifat satir, mengeksplorasi dan mengkritik struktur sosial dan moral masyarakat. Tokoh picaro biasanya berperan sebagai narator dalam cerita, yang memberikan pandangan yang sinis dan kritis terhadap dunia di sekitarnya.

Satu novel terkenal yang secara utuh menggunakan elemen picaresque adalah The Adventures of Huckleberry Finn (1884) karya Mark Twain. Ada juga yang hanya sekadar mencampurkannya untuk kepentingan narasi, seperti Tortilla Flat (1935), dan Cannery Row (1945) dari John Steinbeck.

Baca juga: "Membaca" Beragam Buku & Melintasi Dunia Imajinasi Dalam Pertunjukan Teater Misteri Pembaca Terakhir

Sebagai penulis yang besar setelah masa Orde Baru yang cukup otoriter, Eka sepertinya mencoba formula tersebut untuk mengkritik situasi sosial yang ada di masyarakat. "Saya penulis yang lahir pasca Orde Baru. Artinya saya membaca karya-karya sastra pada masa Soeharto, yang terlalu banyak eufemisme dan enggak blak-blakan," katanya.

Data Buku
  • Judul: Anjing Mengeong Kucing Menggonggong
  • Penulis: Eka Kurniawan
  • Ilustrasi & Desain Sampul: Wulang Sunu
  • Desain Isi: Fajarianto
  • Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Agustus 2024
  • Jumlah Halaman: 135 halaman
  • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
  • ISBN:978-602-06-7385-1
Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Rekam Jejak Doc Harris, Pengisi Suara Bahasa Inggris Anime Dragon Ball Z yang Ikonik

BERIKUTNYA

Biografi Budi Karya Sumadi Ungkai Kiprah BKS dari Underdog hingga Jadi Menteri

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: