lokapasar (Sumber gambar: Unsplash/ sarah b)

Mengenal Temu, E-commerce Asal China yang Ditolak Masuk Indonesia

08 October 2024   |   19:16 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Platform e-commerce Temu sudah merambah negara di Asia Tenggara, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Aplikasi marketplace yang mirip Shopee atau Tokopedia ini dengan cepat meraih popularitas di negara-negara tersebut. Namun, saat akan ke Indonesia, Temu justru memicu pro dan kontra.

Lokapasar Temu memang telah menarik perhatian global dengan cepat, setelah pertumbuhan dan strategi pemasarannya yang agresif. Tak hanya Asia Tenggara, Temu juga mampu memperlebar popularitasnya hingga ke Amerika Serikat.

Sekilas, Temu mirip seperti marketplace lain, yakni menawarkan berbagai produk, seperti barang rumah tangga, pakaian, aksesoris, hingga elektronik. Namun, ada satu perbedaan yang cukup mencolok dengan e-commerce lain seperti Shopee atau Tokopedia, yakni barang-barang yang dijual di Temu memiliki harga yang jauh lebih murah ketimbang tempat lain. 

Baca juga: Indonesia Dominasi Pasar E-commerce Asean, Dipacu Influencer & Live Commerce

Harga murah yang diterapkan di aplikasi Temu tak lepas dari model bisnis yang mereka jalankan. Di aplikasi belanja online asal China ini, konsumen bisa langsung melakukan transaksi terhadap barang yang diincar dengan pabriknya langsung.

Dengan konsep seperti ini, barang-barang yang diproduksi suatu pabrik bisa langsung dikirim ke konsumen tanpa melalui seller, reseller, dropshipper, maupun affiliator. Hal ini membuat barang yang dijual jauh lebih murah.

Meski terlihat menguntungkan bagi konsumen, keberadaan Temu dikhawatirkan memiliki efek domino yang besar, terutama terhadap UMKM di dalam negeri. Sebab, UMKM bakal kesulitan menyediakan produk murah seperti pabrik.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Temu Official (@temu)


Oleh karena itu, meski keberadaan Temu telah sampai ke beberapa negara tetangga, Indonesia sejauh ini masih belum menerima kehadiran aplikasi berwarna oranye tersebut. Sebab, perlu ada hitung-hitungan dan aturan yang jelas agar keberadaannya tak memberikan efek buruk bagi para pelaku usaha lokal. 

Di sisi lain, Indonesia juga telah memiliki Peraturan Pemerintah atau PP Nomor 29 Tahun 2021 yang melarang produsen menjual produk langsung ke konsumen. Regulasi ini juga mengatur tentang kebijakan dan pengendalian ekspor serta impor, dan distribusi barang lainnya. 

Temu pertama kali dirilis pada 2022. Di bawah naungan Pinduoduo Inc, aplikasi ini langsung memikat konsumen global berkat keragaman produknya yang beragam, mencakup fesyen terkini, gadget canggih, hingga peralatan rumah tangga yang esensial.

Dengan antramuka yang intuitif dan perbedaan harga yang jauh lebih terjangkau, Temu telah memberikan pengalaman berbelanja online yang revolusioner. Aplikasi ini juga unik karena mengoneksikan langsung pelanggan di seluruh dunia dengan lebih dari 80 pabrik di China. 

“Temu adalah perusahaan e-commerce yang menghubungkan konsumen dengan jutaan mitra dagang, produsen, dan merek dengan misi memberdayakan mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih baik,” tulis Temu dalam laman resminya.

Di aplikasi ini, pengunjung dapat membeli aneka sepatu menarik hanya dengan harga Rp200.000, perhiasan Rp15.000 hingga keyboard seharga Rp150.000-an.

Tak mengherankan bila Temu langsung disukai banyak orang, baik warga China maupun mancanegara. Mengutip Statista, aplikasi Temu telah diunduh lebih dari 54 juta kali sejak rilis pada 2022. Aplikasi ini pun sempat menjadi yang terpopuler, baik di App Store maupun Google Play Store. 

Baca juga: Rahasia Affiliate Marketing, Dari Hobi Jadi Sumber Cuan Menggiurkan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

10 Tahun Berkarya, Ini Alasan Boy Candra Hadirkan Kisah Fabel dalam Novel Dongeng Kucing

BERIKUTNYA

Ini Alasan Apple Belum Bisa Menjual iPhone 16 di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: