Sejumlah pengunjung melihat karya seni pada gelaran Art Jakarta 2024 di Jakarta, Jumat (4/10/2024). (sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)

Ekonomi Lesu, Penjualan Karya Seni di Art Jakarta 2024 Mengalami Penurunan

07 October 2024   |   07:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Melemahnya tren penjualan karya seni di lanskap global sepertinya juga berlaku di Tanah air. Sejumlah galeri yang memamerkan karya seninya di gelaran Art Jakarta, pada 4-6 Oktober 2024 mengaku mengalami penurunan penjualan dibandingkan pada gelaran yang sama tahun sebelumnya.

Art Jakarta tahun ini kembali dihelat di JIEXPO Kemayoran dengan menghadirkan 73 galeri seni terkemuka di dalam dan luar negeri. Sebanyak 39 galeri di antaranya berasal dari dalam negeri dan 34 lainya dari mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. 

Baca juga: Winter Is Coming Ala Tisna Sanjaya, Sebuah Refleksi Seni di Art Jakarta 2024

Selama total tiga hari acara, sejumlah galeri yang ditemui Hypeabis.id mengakui bahwa penjualan karya seni tahun ini mengalami sedikit penurunan dibanding tahun lalu. Mereka mengungkap, musabab ini dikarenakan sejumlah faktor, mulai dari lesunya ekonomi, tren pasar, hingga preferensi kolektor yang berubah.

Andonowati, Direktur Artsociates, mengatakan, meski dari segi jumlah pengunjung yang datang ke booth mereka lebih banyak, tetapi penjualan tahun ini mengalami kontraksi. Sebagian besar dari mereka juga mencari karya seni dengan range harga yang lebih murah, dengan kisaran Rp50 juta sampai Rp100 juta.

"Jadi tahun ini sepertinya mereka lebih mencari karya-karya yang sedikit murah, alias tidak terlalu banyak menghabiskan uang. Kita juga tidak bisa menjual karya-karya yang relatif mahal. Namun, secara keseluruhan masih oke, masih bisa nutuplah," katanya.
 

ahah

Sejumlah pengunjung melihat karya seni pada gelaran Art Jakarta 2024 di Jakarta, Jumat (4/10/2024). (sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman) 

Pemilik galeri seni asal Bandung, Jawa barat itu menjelaskan, dari segi presentasi penjualan setidaknya mengalami penurunan sekitar 30 persen dibanding tahun lalu. Ihwal penurunan ini menurutnya juga tak bisa dilepaskan dari deflasi ekonomi global, sehingga daya beli masyarakat juga ikut mengalami penurunan. 

Selama tiga hari membuka stand, pihaknya mencatat sekitar 30 karya sudah terjual. Namun, sebagian besar karya yang akhirnya dikoleksi para pencinta seni itu, mayoritas berukuran kecil dengan kisaran harga dari Rp20-30 jutaan. Sementara, dari segi demografi kolektor yang mengunjungi stand mereka mayoritas didominasi wajah-wajah baru.

"Kalau kolektor senior kebanyakan memang menanyakan atau mencari karya old master. Ini masih juga kita follow up. Sedangkan, kolektor muda lebih banyak mencari karya-karya kontemporer yang sesuai dengan preferensi mereka," imbuhnya.

Selaras, Director, Art Agenda Jakarta, Stella Wenny mengatakan, kendati minat anak muda terhadap seni rupa mengalami peningkatan, tapi penjualan karya seni di tempat mereka juga stagnan. Terlebih galeri tersebut selama ini dikenal sebagai salah satu galeri yang lebih banyak menjual karya-karya old master.

Kendati begitu, pihaknya tahun ini juga memacak beberapa karya seniman  kontemporer Indonesia untuk memberi ruang pada mereka dalam berkarya. Tidak tanggung-tanggung, kali ini pihaknya memberi proporsi kuantitas yang lebih banyak pada para seniman seperti Kurt D Peterson, Lala Bohang, Wanti Amelia, hingga Eric Pradana. 

"Dari segi penurunan, mungkin ini tidak dirasakan semua galeri. Tapi kita ada sedikit fluktuasi. Namun karena karya seni modern kita masih ada yang beli, kita masih bisa mengcover kekurangan yang ada," katanya.

Laporan Pasar Seni Global Art Basel dan UBS, menyebut, pasar seni global memang mengalami kontraksi sejak tahun lalu setelah dua tahun berturut-turut tumbuh. Penurunan ini mencakup sektor dealer dan lelang, imbas balai lelang dan kolektor yang menyesuaikan diri dengan kondisi pasar. 

Suku bunga tinggi, inflasi, dan ketidakstabilan politik, disebut menjadi salah satu penyebab penurunan, meski kinerja beberapa pasar seni utama di setiap negara berbeda. Walakin, meski turun dari tahun ke tahun, nilai penjualan pasar seni global tetap di atas level pra-pandemi (2019), yakni  sebesar US$64,4 miliar. 

Baca juga: Eksplorasi Seni Syaiful Garibaldi dalam Karya Antara Muara di Art Jakarta 2024

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

5 Parfum Wangi Teh dari Brand Lokal, Bikin Mood Rileks

BERIKUTNYA

Hari Arsitektur Sedunia 2024, Soroti Peran Arsitek Muda dalam Pembangunan Kota

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: