Ekshibisi Tentang Bentuk dan Narasi memacak puluhan karya dari 19 seniman Indonesia berbagai generasi (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Pameran Seni Rupa 'Tentang Bentuk & Narasi' Dibuka di Neo Gallery Jakarta

03 October 2024   |   15:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Genhype penikmat seni ada kabar gembira nih buat kalian. Pasalnya pameran seni rupa Tentang Bentuk & Narasi resmi dibuka di Neo Gallery, Jakarta. Seteleng ini berlangsung pada 2 sampai 20 Oktober 2024, dengan memamerkan puluhan karya seniman lintas generasi di Tanah Air.

Ekshibisi Tentang Bentuk dan Narasi total memacak  puluhan karya  dari 19 seniman Indonesia. Mereka memboyong  karya seni rupa seperti seni patung abstrak kontemporer hingga seni patung figuratif, dan seni lukisan abstrak hingga lukisan realis, serta karya seni grafis, yang pada pameran ini diberi istilah grafika.  

Baca juga: Pameran Arsip Wajah Tak Bernama, Perayaan Karya 100 Tahun Sastrawan Sitor Situmorang

Owner Neo Gallery, Randy Rahardjo mengatakan, seteleng ini merupakan hasil kolaborasi pihaknya dengan ArtSociates, sebuah lembaga seni di Bandung, Jawa Barat. Sebagian besar karya yang dipacak merupakan karya para alumni Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) yang diselenggarakan oleh ArtSociates.

Ihwal diadakannya seteleng ini juga menjadi upaya mereka dalam mengedukasi publik, khususnya kolektor muda. "Pameran ini dikemas dengan pertimbangan yang matang agar dapat diapresiasi secara maksimal oleh para kolektor seni, khususnya dengan mempertimbangkan aspek kelengkapan medium seni yang ada," katanya.
 
 

Selaras, kurator Heru Hikayat berharap pameran ini dapat menjadi ajang diskusi bagi kolektor muda, khususnya untuk menambah pilihan koleksi mereka. Dia mengungkap, bentuk dan narasi yang termaktub di dalam pameran ini adalah wujud karya yang terkait dengan material, proses kreatif serta gagasan estetik yang dipilih oleh masing-masing seniman. 

Heru menjelaskan, bentuk dan narasi memang selalu berkelindan dalam estetika seni rupa. Artinya, keduanya tidak bisa dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satu frasa kuncinya yang dapat dijadikan sebagai benang merah adalah, jika kecenderungan “formalisme’ mementingkan bentuk, bukan berarti tidak ada narasi di sana. 

Pameran ini juga menghamparkan pilihan yang berbeda-beda dari tiap perupa. Dari semua karya, ujar Heru, Genhype akan diajak untuk mengamati bagaimana dua tegangan tersebut saling mengisi. Alhasil, sejauh apa pencapaian artistik para seniman dalam mengungkai hal tersebut, maka karya-karya mereka akan memantik refleksi yang berbeda satu sama lain.

“Para perupa yang tergabung dalam pameran ini, dengan caranya masing-masing memadukan (olah) bentuk dan narasi. Di sebagian perupa atau karyanya mungkin kita akan melihat bentuk lebih dominan, atau sebaliknya. Namun, tidak berarti yang satu lebih berkualitas dibanding yang lain," katanya.

Ragam Karya Seni

Secara umum, seniman-seniman dalam pameran ini memang bekerja dalam tegangan narasi dan bentuk. Dalam tegangan narasi misalnya, kita akan bertemu dengan karya Satya Cipta berjudul Homage to The Queen Vermillion, (chinese ink, 24ct gold leaf and acrylic on canvas 400x122 cm, 2020) yang mengimak para perempuan dengan berbagai pose.

Mereka digambarkan bercengkrama dengan lembu, capung, atau mahluk mitologi naga yang menyemburkan api. Nuansa sensual, erotis, sekaligus magis menyelimuti gambar ini. Sebab, mereka ada yang melayang di atas kabut, atau aliran sungai, bahkan kepala tanpa tubuh yang terbang, dengan rambut yang tergerai.

"Aspek narasi Satya Cipta itu kuat karena dia mendasarkan karyanya berdasarkan literatur tertentu di masyarakat, jadi sifatnya lebih naratif, dibandingkan misalnya dengan karya patung Gabriel Aris," kata Heru.

Karya Satya Cipta berjudul

Karya Satya Cipta berjudul l Homage to The Queen Vermillion (sumber gambar: Neo Gallery)

Memasuki bagian lain dari ruang pamer, kita juga akan bersitatap dengan beberapa karya perupa senior seperti A.D. Pirous, dan G. Sidharta, yang mengetengahkan sumber inspirasi mereka dengan memadukan antara praktik seni rupa modern dengan motif berbasis tradisi dan khazanah cerita rakyat, yang banyak ditemui di Tanah Air, atau pasase dari kitab suci.

Misalnya dalam karya Patung Wadon dan Ibu Wadon (terakota, polyresin, tembaga, dimensi bervariasi, 2002) buah tangan G. Sidharta (1932-2006). Dua patung ini mengimak sosok perempuan memakai topeng, berkain jarik batik, serta mengenakan entrok, dengan pose seperti hendak menari, atau mengangkat beban dengan rasa percaya diri.

Sementara itu, A.D. Pirous (1932-2024) yang dikenal sebagai salah satu maestro seni kaligrafi juga membuat karya yang berangkat dari kalimat suci Al Quran, Kun fayakun dengan corak abstrak grafis. Yakni dalam karya berjudul Jadilah! Maka Iapun Jadilah (marble paste, acrylic on canvas, 90x90 cm, 2018) yang diambil dari surat Yasin ayat 82.

Ujung kanan dan kiri: Karya G. Sidharta berjudul Ibu wadon dan

Ujung kanan dan kiri: Karya G. Sidharta berjudul Patung Wadon dan Ibu Wadon. (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Bukan hanya seniman Bandung yang menjadi ulasan pada pameran ini. Sebab satu seniman asal Afganistan yang sudah bermigrasi Indonesia, juga menghadirkan karya kontekstual, terkait perang yang terus menerus terjadi di Timur Tengah. Dia adalah Nesar Eesar, dengan lukisan-lukisan naratif yang merespon persoalan kemanusiaan akibat konflik horizontal Afganistan.

Menurut Heru, secara bentuk, Nesar mengadaptasi tradisi lukisan miniatur Herat yang terentang sejak abad XV. Sementara secara isi, Nesar mengungkapkan isu krisis di era kiwari, yakni para migran dan pengungsi yang menjadi korban perang para cukong di Timur tengah dan dunia Barat. Lain dari itu, sang seniman juga meracik ironi dari kehidupan beragama. Sebab, sebagian konflik masa kini, didasarkan pada isu agama.

"Apakah konflik itu disebabkan manusia tergoda rayuan iblis? Namun, yang satir dalam karya Nesar, bahkan iblis pun telah jadi pengungsi korban konflik kemanusiaan," katanya. 

Baca juga: 5 Pameran Seni Rupa Oktober 2024: Art The Fact 3.0 hingga View Finder ROH Projects

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

6 Cara Branding untuk Bangun Loyalitas Pelanggan dan Dongkrak Pertumbuhan Bisnis

BERIKUTNYA

Uniknya Kostum Masakan Padang Karya Desainer Banyuwangi untuk Miss Grand Indonesia 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: