Seniman A.D. Pirous tutup usia (Sumber gambar: Instagram/Serambipirous

Jejak Kesenian Kaligrafi A.D. Pirous, Lebih dari Sekadar Estetika

17 April 2024   |   13:21 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Kabar duka datang dari dunia seni rupa Indonesia. Seniman yang terkenal dengan kaligrafinya, Abdul Djalil Pirous mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa (16/4/2024). Seniman kelahiran 1932 itu merupakan salah satu maestro dalam sejarah seni rupa Indonesia. Lukisan kaligrafinya mengandung pesan mendalam, lebih dari sekadar estetika. 

Berbicara soal Abdul Djalil Pirous atau yang lebih dikenal dengan AD Pirous, pikiran publik akan tertuju pada karya-karya lukisan kaligrafinya. Sang seniman yang telah melewati banyak zaman itu adalah salah satu pelopor seni lukis kaligrafi.

Baca juga: Maestro Seni Kaligrafi Indonesia AD Pirous Tutup Usia

Ide untuk membuat karya seni lukis kaligrafi datang ketika dia berada jauh dari Indonesia, tepatnya di Amerika Serikat. Dikutip dari podcast Bentara Budaya yang tayang di YouTube dan beberapa sumber lainnya, dia mengungkapkan pertemuannya dengan seni lukis yang menjadi ciri khasnya setelah mendapatkan 'gugatan' dalam dirinya sendiri.

Dia yang berhadapan dengan pelukis-pelukis unggul dari negara lain dapat melihat bahwa para seniman itu memiliki ciri khas dan identitasnya masing-masing. “Saya melihat kehebatan karya-karya mereka, selalu menyimpulkan suatu sari yang tidak bisa tidak dibaca sebagai ini Jepang [ketika] di Korea Selatan,” ujarnya.

Karya dari seniman lain itu “mendesak” dirinya dan menimbulkan pertanyaan seperti apa kemampuan yang dimiliki, yang menunjukkan ke-Indonesia-annya. 

Anggapan bahwa kesenangan menjadi cara yang paling penting untuk menghasilkan karya yang baik, dan karya yang baik akan membuat dikenal sebagai bangsa apa pun runtuh dengan kenyataan yang ditemuinya di Amerika Serikat. 

Pada akhirnya, di negara yang jauh dari tanah kelahirannya itu, Pirous mengunjungi banyak galeri dan pergi ke berbagai tempat untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang kemampuan atau identitas yang menunjukkan dirinya sebagai seorang Indonesia. 
 

Pada suatu waktu, Pirous melihat pameran seni Islam Timur Tengah di Metropolitan Museum, New York. Perjumpaannya dengan tulisan kaligrafi dalam pameran ini menjadi titik balik bagi sang seniman.

Karya kaligrafi yang membuatnya terpana itu tiba-tiba mengingatkannya akan kampung halaman di Aceh. Bukan tanpa alasan, barang-barang yang dilihat di museum juga tersebar di sekitar lingkungannya ketika masih kecil. Dia kerap menjumpai barang-barang tersebut di masjid, di makam-makam kuno, dan tempat-tempat lainnya. 

Setelah itu, Pirous memutuskan untuk mengembangkan kaligrafi untuk kepentingan diri sendiri dan juga dapat menjadi alternatif dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Dia pun melakukan berbagai penelitian begitu kembali ke tanah Ibu Pertiwi. 

Karya pertama kaligrafi yang dibuat oleh sang seniman pada saat itu menjadikan surat Al-Ikhlas dalam bentuk intaglio (cetak dalam) dengan teknik viscosity. Setelah itu, kaligrafi menjadi suatu bentuk atau sosok baru dalam karya-karyanya.

PD Pirous mengadakan pameran tunggal pertama di The Chase Manhattan Bank, Jakarta, pada 1972. Ketika itu, dia menyuguhkan 13 karya lukisan kaligrafi di ajang yang bisa disebut sebagai pameran tunggal pertama kaligrafi Islam. 

4 tahun berselang atau pada 1976, dia kembali mengadakan pameran tunggal di tempat yang sama dengan tema kaligrafi menggunakan karya cetak saring. Dua pameran ini pun dinilai menjadi awal pertumbuhan seni lukis kaligrafi di Indonesia.

Baginya, seni lukis kaligrafi bukan tentang estetika semata yang mengubah bunga menjadi seuntai kaligrafi. Namun, karya lukisan kaligrafi memiliki pesan yang lebih dalam tentang sesuatu yang harus dipelajari dan menjadi pemikiran baru.

Menurutnya,  berkesenian merupakan proses menghasilkan nilai yang bermanfaat untuk kehidupan. Selain membawa keindahan, seni juga memiliki kewajiban memberikan makna bagi setiap individu yang menikmatinya. 
 

Beratapan Langit dan Bumi Amparan (Sumber gambar:

Beratapan Langit dan Bumi Amparan (Sumber gambar: Galeri Nasional) 

Salah satu karyanya berjudul Beratapan Langit dan Bumi Amparan (1990) dengan media campuran berukuran 100 x 150 cm. Lukisan ini disebut menghadirkan spiritualitas yang menyentuh. Latar belakang biru ultramarin membawa imaji tentang kedalaman kosmos yang tak terhingga.

Di atas, menyembul bagian dari potongan bidang oker yang mencitrakan suatu massa langit. Di bawah, dua bidang putih dengan kaligrafi Al-Qur'an tegak menjadi pondasi yang kokoh untuk citra Bumi. Di antara imaji tentang langit dan bumi itu, suatu garis putih yang serupa cahaya membelah vertikal melewati kedalaman kosmos.

Dengan berbagai karakter yang dapat dibaca lewat fenomena tekstual tersebut, garis yang serupa cahaya itu dapat ditafsirkan sebagai cahaya keilahian yang menghubungkan langit dan bumi. 

Baca juga: 3 Seniman Indonesia yang Kerap Menyematkan Kaligrafi dalam Karya Lukisan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Stray Kids Kolaborasi dengan Charlie Puth Lewat Lagu Lose My Breath

BERIKUTNYA

Apple Mac Pertama dengan Chipset M4 Siap Meluncur Akhir 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: