Menikmati Ekspresi Budaya China lewat Pameran Jalur Sutra di Galnas
02 October 2024 |
17:53 WIB
Negeri Tirai Bambu, China memiliki beragam warisan budaya yang tak lekang ditelan zaman, dan patut diapresiasi. Terbaru, kelindan ekspres itu dipamerkan dengan estetik dalam pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim, Gedung D, Galeri Nasional Indonesia (GNI), Jakarta.
Menjadi yang kesekian kalinya, pameran ini memacak sepilihan warisan budaya takbenda China yang terbentuk lewat jalur sutra maritim selama berabad-abad. Total, terdapat 87 karya warisan budaya takbenda China yang dipamerkan dalam ekhibisi tur internasional ini.
Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, pameran ini merupakan kolaborasi sekaligus ruang dialog antara Indonesian Heritage Agency (IHA) dengan Shanghai Art Collection Museum. Kedua belah pihak sebelumnya juga telah membangun kemitraan secara intens lewat berbagai program kesenian.
"Warisan budaya takbenda merupakan kekayaan berharga milik seluruh umat manusia, yang membawa kenangan budaya dari berbagai negara dan bangsa. Lewat pameran ini saya berharap pameran publik dapat lebih memperdalam proses pertukaran budaya antara China dan Indonesia,"katanya.
Baca juga: Refleksi dan Retrospeksi Muklay dalam Pameran Tunggal Bizzare Adventure
Setali tiga uang, President of Shanghai Art Collection Museum, Mr. Hu Muqing, mengatakan, pameran ini hadir sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan China. Termasuk untuk menggali kekayaan warisan budaya antara Shanghai dan Jakarta, yang menjadi landmark kedua negara.
Menurut Muqing, hubungan diplomatik antara China dengan Indonesia juga perlu lebih dipererat. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang menjalin hubungan saat RRC dibentuk pada 1949. "Indonesia juga memainkan peran penting dalam inisiatif Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 yang diusulkan Presiden Xi Jinping,"katanya.
Bagian pertama yang bertajuk Keindahan dalam Kerajinan-Harta Karun Seni Kerajinan Shanghai, misalnya. Ruang ini memamerkan hampir empat puluh karya kerajinan tradisional seperti keramik, enamel, lacquer, ukiran giok, ukiran batu, dan patung logam dalam berbagai ukuran, dan material dengan corak khas.
Deretan karya dalam bagian ini tidak hanya menunjukkan keahlian dan keterampilan tinggi dari para pengrajin, tetapi juga menggambarkan perpaduan antara konsep tradisional dan modern, yang mencerminkan warisan budaya takbenda dari China dan Kota Shanghai.
Salah satunya terejawantah dalam lukisan berjudul Distance dari Kong Weiqi (sulam, 98x72x6 cm). Alih-alih menggunakan cat, sang seniman lebih memilih benang untuk mengimak dua burung yang terbang di atas lautan awan. Lewat teknik dengan tingkat kesulitan yang tinggi, Weiqi berhasil menghadirkan objek yang nyaris nyata.
Ada pula karya Tan Tingqiang, berjudul Gunung di Kampung Halamanku (Chinese painting, 30x30 cm). Tanpa deskripsi tahun, lukisan ini menggambarkan lanskap alam pegunungan di China dengan pendekatan ekspresionisme, yakni dengan menyajikan gambar rumah di pedesaan sebagai trendsetter, dengan warna-warna monokrom.
Bagian kedua, adalah tema Keajaiban dari Timur-Kerajinan Tangan Gaya Shanghai, lewat kerajinan tangan dengan pendekatan tradisi. Salah satunya terejawantah dalam karya Fu Yongkang bertajuk Fahua Temple in 2024 (woodcut, 65x95, cm) yang menampilkan gambar pagoda yang galib ditemui di kawasan Asia Timur .
Sementara itu, dua bagian terakhir menyoroti warisan budaya yang lebih spesifik dari China yaitu lewat Seni Opera Peking-Pilihan Seni Teater Tiongkok. Ada juga bagian Lukisan Kehidupan dan Nostalgia-Pilihan Lukisan Petani Shanghai, yang menampilkan lebih dari 20 lukisan petani Jinshan, sebuah distrik pinggiran kota di barat daya Shanghai.
Pada ruang Seni Opera Peking, publik diajak melihat kostum, potret, dan rias wajah, yang menggambarkan seni Opera Peking, yang diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada 2010. Opera Peking merupakan seni rakyat tradisional yang mencerminkan tradisi yang berlangsung sejak dinasti Qing (1790).
Adapun, pada bagian kisah Petani Shanghai menampilkan berbagai elemen kebijaksanaan dan sentimen estetika para petani dengan cara yang sederhana tapi ekspresif. Salah satunya lewat karya Harvest (123x103 cm) yang menampilkan empat perempuan ber-cheongsam sedang memanen buah-buahan, dengan pendekatan ekspresionisme
Baca juga: 5 Pameran Seni Rupa Oktober 2024: Art The Fact 3.0 hingga View Finder ROH Projects
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Menjadi yang kesekian kalinya, pameran ini memacak sepilihan warisan budaya takbenda China yang terbentuk lewat jalur sutra maritim selama berabad-abad. Total, terdapat 87 karya warisan budaya takbenda China yang dipamerkan dalam ekhibisi tur internasional ini.
Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, pameran ini merupakan kolaborasi sekaligus ruang dialog antara Indonesian Heritage Agency (IHA) dengan Shanghai Art Collection Museum. Kedua belah pihak sebelumnya juga telah membangun kemitraan secara intens lewat berbagai program kesenian.
"Warisan budaya takbenda merupakan kekayaan berharga milik seluruh umat manusia, yang membawa kenangan budaya dari berbagai negara dan bangsa. Lewat pameran ini saya berharap pameran publik dapat lebih memperdalam proses pertukaran budaya antara China dan Indonesia,"katanya.
Baca juga: Refleksi dan Retrospeksi Muklay dalam Pameran Tunggal Bizzare Adventure
Pengunjung mengamati beberapa karya dalam pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim di Galeri Nasional (Sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Ramadhany)
Menurut Muqing, hubungan diplomatik antara China dengan Indonesia juga perlu lebih dipererat. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang menjalin hubungan saat RRC dibentuk pada 1949. "Indonesia juga memainkan peran penting dalam inisiatif Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 yang diusulkan Presiden Xi Jinping,"katanya.
Sentuhan Kontemporer
Dari segi tata letak, pameran ini dibagi menjadi empat bagian, yang menggambarkan kekayaan budaya dan keindahan seni rupa tradisional Shanghai. Hal itu terejawantahkan dengan memacak sejumlah karya mulai dari patung, lukisan, benda kriya, atau warisan tradisi China yang dihadirkan dengan pendekatan termutakhir.Bagian pertama yang bertajuk Keindahan dalam Kerajinan-Harta Karun Seni Kerajinan Shanghai, misalnya. Ruang ini memamerkan hampir empat puluh karya kerajinan tradisional seperti keramik, enamel, lacquer, ukiran giok, ukiran batu, dan patung logam dalam berbagai ukuran, dan material dengan corak khas.
Deretan karya dalam bagian ini tidak hanya menunjukkan keahlian dan keterampilan tinggi dari para pengrajin, tetapi juga menggambarkan perpaduan antara konsep tradisional dan modern, yang mencerminkan warisan budaya takbenda dari China dan Kota Shanghai.
Lukisan berjudul Distance dari Kong Weiqi (sulam, 98x72x6 cm). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Ramadhany)
Ada pula karya Tan Tingqiang, berjudul Gunung di Kampung Halamanku (Chinese painting, 30x30 cm). Tanpa deskripsi tahun, lukisan ini menggambarkan lanskap alam pegunungan di China dengan pendekatan ekspresionisme, yakni dengan menyajikan gambar rumah di pedesaan sebagai trendsetter, dengan warna-warna monokrom.
Bagian kedua, adalah tema Keajaiban dari Timur-Kerajinan Tangan Gaya Shanghai, lewat kerajinan tangan dengan pendekatan tradisi. Salah satunya terejawantah dalam karya Fu Yongkang bertajuk Fahua Temple in 2024 (woodcut, 65x95, cm) yang menampilkan gambar pagoda yang galib ditemui di kawasan Asia Timur .
Sementara itu, dua bagian terakhir menyoroti warisan budaya yang lebih spesifik dari China yaitu lewat Seni Opera Peking-Pilihan Seni Teater Tiongkok. Ada juga bagian Lukisan Kehidupan dan Nostalgia-Pilihan Lukisan Petani Shanghai, yang menampilkan lebih dari 20 lukisan petani Jinshan, sebuah distrik pinggiran kota di barat daya Shanghai.
Lukisan Seni Opera Peking-Pilihan Seni Teater Tiongkok dalam pameran Irama Baru Jalur Sutra Maritim di Galeri Nasional (Sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Ramadhany)
Adapun, pada bagian kisah Petani Shanghai menampilkan berbagai elemen kebijaksanaan dan sentimen estetika para petani dengan cara yang sederhana tapi ekspresif. Salah satunya lewat karya Harvest (123x103 cm) yang menampilkan empat perempuan ber-cheongsam sedang memanen buah-buahan, dengan pendekatan ekspresionisme
Baca juga: 5 Pameran Seni Rupa Oktober 2024: Art The Fact 3.0 hingga View Finder ROH Projects
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.