Banyak gamer masih memainkan gim retro (Sumber gambar/ilustrasi: Pexels/ Jens Mahnke)

Hypereport: Menyajikan Nostalgia dalam Koleksi Game Retro

01 October 2024   |   15:57 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Di tengah perkembangan game dengan kualitas dan tampilan yang mumpuni, permainan dengan konsep retro muncul pun hadir memberikan pilihan bagi para pencinta gim. Nostalgia akan masa kecil terhadap suatu permainan tersebut menjadi alasan kuat di balik bermunculannya game dengan konsep retro.

Tidak diketahui pasti kapan konsep game retro ini kembali menjadi tren di kalangan peggemar game di dunia- termasuk di Indonesia. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa game retro terlihat cukup digandrungi pada 2016.

Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Tren Musik Lawas Tak Sekadar Nostalgia
2. Hypereport: Romantisasi Masa Lalu pada Desain Interior & Arsitektur
3. Hypereport: Nostalgia Fesyen Retro Klasik yang Modis dengan Sentuhan Kekinian
4. Hypereport: Popularitas Konten Jadul di Media Sosial yang Menarik Minat Gen Z

 


Pada saat itu, perusahaan gim raksasa, yakni Nintendo mengeluarkan Nintendo Classic Mini, yakni Nintendo Entertainment System versi mini yang awalnya dirilis di Eropa pada 1986. Nintendo Classic Mini menjadi reinkarnasi konsol gim jadul dengan koleksi 30 game retro berteknologi 8-bit yang hadir kembali dalam definisi tinggi 60 Hz.

Kala itu, respons para pencinta gim begitu besar. Konsol game yang berisi koleksi permainan elektronik lawas itu menyimpan memori masa kecil bagi sebagian generasi milenial dan gen Z.

Setelah itu, berbagai macam gim dengan konsep retro pun dihadirkan. Beberapa developer game pun mulai mengembangkan permainan dengan tampilan 2 dimensi dan 3 dimensi. Tidak hanya dalam konsol tertentu, gim-gim itu juga merambah gawai pintar.

Chief Strategy Officer (CSO) PT Agate International Cipto Adiguno menilai gim dengan konsep retro masih terus diminati oleh para gamer. Penggemar yang berminat terhadap permainan dengan konsep ini tidak hanya mereka yang ingin merasakan nostalgia.

“Namun, juga para pemain baru yang menginginkan sesuatu yang berbeda dari game kualitas tinggi zaman sekarang,” ujarnya.

Minat para gamer terhadap gim berkonsep retro pun disambut oleh sejumlah developer di dalam negeri. Sejumlah perusahaan tercatat memiliki permainan dengan mengusung konsep retro untuk para pencinta gim.

Developer Indonesia cenderung menarget pasar gim dengan konsep retro, terutama untuk pasar Eropa dan Amerika Serikat. Selain ada peminatnya, pembuatan game retro cenderung lebih sederhana secara teknis.

Kesederhanaan itu membuat sejumlah developer lokal dapat fokus dalam mengembangkan cerita dan visual, daripada bergulat dengan kesulitan teknis. Meskipun begitu, beberapa pengembang di dalam negeri juga membuat gim kontemporer dengan kemasan visual bergaya pixel art, seperti gim retro.

Baca juga: Hypereport: Romantisasi Masa Lalu pada Desain Interior & Arsitektur

Dalam proses pembuatan gim dengan konsep retro, Cipto mengungkapkan bahwa pengembang perlu menemukan permainan lain dari yang sudah ada sebelumnya sebagai perbandingan. Langkah tersebut sebagai referensi tentang aspek retro yang ingin dibawa ke dalam gim baru.

Selain itu, dalam setiap uji coba, pengembang juga kerap melakukan observasi untuk mengetahui sejauh mana pemain bisa mendapatkan momen nostalgia yang sesuai, yakni ingatan terhadap gim yang dijadikan oleh developer sebagai referensi. “Kalau proses pembuatannya kurang lebih serupa dengan game lain,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa gim retro yang diminati para pencinta gim adalah permainan yang tampak terlihat seperti retro dan dapat menggugah nostalgia. Namun, pengembang merancangnya seperti gim kontemporer.

Menurutnya, mayoritas pemain pada masa kini tidak benar-benar tertarik dengan gim retro. Mereka menyukai permainan dengan konsep retro secara sekilas. Mereka pada umumnya merasakan bosan atau gim yang dimainkan terasa terlalu sulit setelah beberapa waktu memainkan gim tersebut.

Perasaan tersebut dapat terjadi lantaran selera pasar telah mengalami pergeseran dan para pemain terbiasa dengan desain permainan yang lebih modern.

“Saat ini game-game yang sedang kami kembangkan antara lain adalah Rootmare: Akarmaut. Game ini memiliki kemiripan dengan game lain yang ada di pasar, antara lain untuk membangkitkan nostalgia pemain. Namun, dirancang dengan konsep modern agar lebih sesuai dengan selera pemain masa kini,” ujarnya.

Baca juga: Hypereport: Tren Musik Lawas Tak Sekadar Nostalgia


Pasar Game Tersegmentasi

Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI) Shafiq Husein menilai bahwa pasar gim retro memang sudah ada sejak lama dan banyak orang memainkannya sebagai bagian dari nostalgia dengan era game boy atau sebagainya. Dengan begitu, peminatnya akan selalu ada atau pasarnya yang niche.

Dia menilai, keberadaan gim dengan konsep retro tidak masif karena tren yang ada berkembang seiring zaman. Pada saat ini, tren gim yang sedang banyak digandrungi oleh para gamer adalah permainan yang sudah mendukung layar dengan resolusi 4K, HD, dan sebagainya.

“Orang lebih suka gim dengan gambar yang memiliki warna seperti lebih pop, style-nya mungkin yang lebih tajam, gambaranya dan segala macamnya. Ditambah juga game-game kayak Mobile Legends dan sejenisnya yang tetap populer hingga saat ini,” katanya.

Dia menilai pengembang yang membuat gim dengan konsep retro biasanya akan menyajikannya dengan cara yang modern, seperti dari segi warna palet atau sebagainya. Jadi, tampilannya menyerupai dengan permainan berkonsep retro, tetapi tetap ada unsur modern.

Tidak hanya itu, developer gim yang mengembangkan permainan berkonsep retro juga tidak sekadar mengambil pasar gamer yang ingin bernostalgia semata. Mereka juga tidak menutup kemungkinan mengusung tema yang cocok dengan unsur retro yang lebih kekinian.

“Mungkin dari settingan ceritanya atau mungkin mekanismenya dari game-game yang memang pernah populer pada era tertentu,” ujarnya.

Dia mengungkapkan bahwa data asosiasi menunjukkan developer yang membuat gim dengan konsep retro memiliki pasar tersendiri, tapi jumlah pengembangnya tidak banyak.

Baca juga: Hypereport: Nostalgia Fesyen Retro Klasik yang Modis dengan Sentuhan Kekinian

Biasanya, beberapa pengembang yang membuat gim retro mempertimbangkan juga intellectual property (IP) yang dimiliki sudah punya basis penggemarnya sendiri. Pasalnya, biaya pembuatan gim dengan konsep retro dengan permainan reguler lainnya, tidak jauh berbeda.

Perbedaan antara gim retro dengan game reguler pun tidak terlalu signifikan dari sisi teknis, kecuali pada unsur art style-nya saja. “Kecuali antara game triple A dengan game retro ya mungkin pasti beda jauh, karena game AAA pasti jauh lebih mahal juga,” katanya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Indonesia Berada di Puncak Klasemen Suhandinata Cup 2024

BERIKUTNYA

Resep Chicken Nugget Crispy Homemade ala Chef Devina Hermawan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: