Mengelola Peran Ganda, Pentingnya Support System bagi Ibu Pekerja
01 October 2024 |
08:00 WIB
Menjadi ibu yang bekerja adalah tantangan yang kompleks. Ibu pekerja tidak hanya harus menjalani peran profesional, tetapi juga mengatur waktu dan energi untuk keluarganya. Dalam pengabdian sepanjang masa untuk keluarga, ibu tentu memerlukan peran dukungan dari sekelilingnya.
Memiliki support system yang kuat, utamanya dari suami dan keluarga terdekat berperan penting untuk menjaga keseimbangan hidup ibu yang juga berdampak langsung pada kesehatan mental ibu, stabilitas keluarga, hingga perkembangan anak.
Baca juga: Kenali 4 Support System untuk Ibu, Bikin Lebih Bahagia & Sukses Jalankan Peran
Selain membantu meringankan beban ibu, keterlibatan suami dan keluarga juga berdampak positif pada kesehatan emosional keluarga. Mom Influencer Nikita Willy mengatakan, dukungan dari anggota keluarga bisa memberi bantuan yang penting bagi ibu.
“Mengandalkan keluarga bisa menjadi solusi saat ibu bekerja. Karena jika keluarga yang langsung terlibat dalam pengasuhan bisa membuat orang tua dan anak merasa aman dan nyaman,” ungkap Nikita. Keterlibatan suami dalam mengasuh anak juga merupakan bentuk afeksi sekaligus membuat beban yang ditanggung ibu menjadi lebih ringan.
Penting bagi ibu untuk menjaga keseimbangan emosi di tengah pekerjaan dan mengurus keluarga. Nikita menekankan bahwa mencari waktu untuk diri sendiri bukanlah tindakan yang salah. Apalagi saat ibu dihadapkan dengan kondisi lelah sehabis bekerja dan situasi tak terduga misalnya saat anak mengalami tantrum.
Memastikan keseimbangan emosi menjadi hal yang krusial untuk kesehatan mental ibu. Maka menurut Nikita, tak ada salahnya untuk ibu mengambil sedikit waktu untuk diri sendiri saat kondisi sedang kalut.
“Saat anak tantrum, menitipkan anak kepada orang yang kita percayai bisa menjadi langkah yang bijak dan itu tidak salah,” jelasnya. Dengan demikian, nantinya ibu dapat kembali dengan energi positif untuk mengasuh anak.
Ketika ibu merasa didukung, anak juga merasakan efek positifnya. Meski ibu sibuk bekerja, Nikita menyarankan agar ibu selalu menyisihkan waktu berkualitas untuk anak. Minimal 30 menit saja tanpa distraksi smartphone dan lain-lain. "Quality time dengan anak ini penting sekali untuk membangun ikatan yang lebih kuat antara ibu dan anak," katanya.
Bagi ibu pekerja, Nikita juga merekomendasikan agar quality time diciptakan pada jwadwal-jadwal yang jelas hingga membentuk rutinitas. Misalnya, tepat setelah pulang kerja atau sebelum berangkat kerja. “Sisikan waktu misal untuk sarapan bersama atau makan malam bersama. Buat secara konsisten sampai membentuk rutinitas,” jelasnya.
Rutinitas yang konsisten, kata Nikita, bisa membantu menjauhkan anak-anak dari tantrum sebab anak merasa aman dan teratur dengan jadwal yang jelas untuk memiliki waktu bersama ibunya.
Meski ibu memerlukan bantuan, menjaring support system tidak boleh sembarangan. Psikolog Anak dari Lenting Anindya Dewi Paramita mengatakan, suami bisa menjadi garda pertama yang dapat memberi dukungan sekaligus bantuan dalam mengasuh anak.
“Riset menunjukkan bahwa kehadiran ayah di setiap fase pertumbuhan anak berbuah sangat positif,” jelas Anindya. Keterlibatan suami juga dapat menciptakan keseimbangan dalam pengasuhan yang memberi banyak dampak positif pada anak.
Anggota keluarga lainnya seperti ibu atau ayah juga bisa membantu ibu sekaligus memperkuat hubungan emosional antara anak dan keluarga. “Ketika anak dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, dia merasa aman dan nyaman yang berpengaruh positif terhadap perkembangan mental dan emosionalnya,” katanya.
Anak juga bisa merasakan emosi ibunya. Jika ibu merasa bahagia dan didukung, anak pun akan merasa nyaman dan aman. Keterlibatan berbagai sosok dalam pengasuhan memungkinkan anak untuk belajar dari berbagai perspektif yang berperan signifikan untuk meningkatkan perkembangan sosial dan emosional mereka.
Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk membangun komunikasi yang baik dengan keluarga, sehingga semua anggota dapat bersinergi dalam mendukung pengasuhan anak. Dengan adanya support system yang baik, ibu dapat menjalankan perannya dengan lebih efektif dan menciptakan lingkungan yang positif bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.
Namun, tidak semua ibu memiliki dukungan keluarga atau suami yang cukup. Dalam kasus seperti ini, tempat penitipan anak seperti daycare dapat menjadi alternatif yang efektif. Anindya menjelaskan, tak ada salahnya menitipkan anak ke daycare utamanya bagi ibu pekerja. Meski demikian, orang tua harus selektif dalam memilih daycare yang sudah tersertifikasi dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Anindya menyarankan agar orangtua dapat memilih daycare yang bisa memberikan lingkungan aman. Ibu bisa melakukan survei langsung, mengenali para pengasuh dan memastikan program-program di daycare juga bersifat stimulatif bagi anak.
“Rasanya setiap program daycare menyediakan rutinitas yang mana anak-anak dalam proses berkembang utamanya yang usianya di bawah 5 tahun memang sangat butuh struktur dan rutinitas,” jelas Anindya.
Ibu harus memastikan bahwa daycare memiliki pola dan jadwal yang membantu proses membekembangnya, misalnya kegiatan yang mendorong sensorik dan motorik kasar pada anak. “Jadi tidak ada salahnya menitipkan anak ke daycare, asalkan orang tua tahu bahwa daycare tersebut tepat, artinya orang tua, pengasuh, dan anak semuanya nyaman dan aman, ” tegasnya.
Baca juga: 5 Kiat Parenting Jadi Orang Tua di Era Modern
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Memiliki support system yang kuat, utamanya dari suami dan keluarga terdekat berperan penting untuk menjaga keseimbangan hidup ibu yang juga berdampak langsung pada kesehatan mental ibu, stabilitas keluarga, hingga perkembangan anak.
Baca juga: Kenali 4 Support System untuk Ibu, Bikin Lebih Bahagia & Sukses Jalankan Peran
Selain membantu meringankan beban ibu, keterlibatan suami dan keluarga juga berdampak positif pada kesehatan emosional keluarga. Mom Influencer Nikita Willy mengatakan, dukungan dari anggota keluarga bisa memberi bantuan yang penting bagi ibu.
“Mengandalkan keluarga bisa menjadi solusi saat ibu bekerja. Karena jika keluarga yang langsung terlibat dalam pengasuhan bisa membuat orang tua dan anak merasa aman dan nyaman,” ungkap Nikita. Keterlibatan suami dalam mengasuh anak juga merupakan bentuk afeksi sekaligus membuat beban yang ditanggung ibu menjadi lebih ringan.
Penting bagi ibu untuk menjaga keseimbangan emosi di tengah pekerjaan dan mengurus keluarga. Nikita menekankan bahwa mencari waktu untuk diri sendiri bukanlah tindakan yang salah. Apalagi saat ibu dihadapkan dengan kondisi lelah sehabis bekerja dan situasi tak terduga misalnya saat anak mengalami tantrum.
Memastikan keseimbangan emosi menjadi hal yang krusial untuk kesehatan mental ibu. Maka menurut Nikita, tak ada salahnya untuk ibu mengambil sedikit waktu untuk diri sendiri saat kondisi sedang kalut.
“Saat anak tantrum, menitipkan anak kepada orang yang kita percayai bisa menjadi langkah yang bijak dan itu tidak salah,” jelasnya. Dengan demikian, nantinya ibu dapat kembali dengan energi positif untuk mengasuh anak.
Ketika ibu merasa didukung, anak juga merasakan efek positifnya. Meski ibu sibuk bekerja, Nikita menyarankan agar ibu selalu menyisihkan waktu berkualitas untuk anak. Minimal 30 menit saja tanpa distraksi smartphone dan lain-lain. "Quality time dengan anak ini penting sekali untuk membangun ikatan yang lebih kuat antara ibu dan anak," katanya.
Bagi ibu pekerja, Nikita juga merekomendasikan agar quality time diciptakan pada jwadwal-jadwal yang jelas hingga membentuk rutinitas. Misalnya, tepat setelah pulang kerja atau sebelum berangkat kerja. “Sisikan waktu misal untuk sarapan bersama atau makan malam bersama. Buat secara konsisten sampai membentuk rutinitas,” jelasnya.
Rutinitas yang konsisten, kata Nikita, bisa membantu menjauhkan anak-anak dari tantrum sebab anak merasa aman dan teratur dengan jadwal yang jelas untuk memiliki waktu bersama ibunya.
Memastikan Dukungan yang Tepat
Ilustrasi ibu dan anak (Sumber gambar: Gustavo Fring/Pexels)
Meski ibu memerlukan bantuan, menjaring support system tidak boleh sembarangan. Psikolog Anak dari Lenting Anindya Dewi Paramita mengatakan, suami bisa menjadi garda pertama yang dapat memberi dukungan sekaligus bantuan dalam mengasuh anak.
“Riset menunjukkan bahwa kehadiran ayah di setiap fase pertumbuhan anak berbuah sangat positif,” jelas Anindya. Keterlibatan suami juga dapat menciptakan keseimbangan dalam pengasuhan yang memberi banyak dampak positif pada anak.
Anggota keluarga lainnya seperti ibu atau ayah juga bisa membantu ibu sekaligus memperkuat hubungan emosional antara anak dan keluarga. “Ketika anak dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, dia merasa aman dan nyaman yang berpengaruh positif terhadap perkembangan mental dan emosionalnya,” katanya.
Anak juga bisa merasakan emosi ibunya. Jika ibu merasa bahagia dan didukung, anak pun akan merasa nyaman dan aman. Keterlibatan berbagai sosok dalam pengasuhan memungkinkan anak untuk belajar dari berbagai perspektif yang berperan signifikan untuk meningkatkan perkembangan sosial dan emosional mereka.
Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk membangun komunikasi yang baik dengan keluarga, sehingga semua anggota dapat bersinergi dalam mendukung pengasuhan anak. Dengan adanya support system yang baik, ibu dapat menjalankan perannya dengan lebih efektif dan menciptakan lingkungan yang positif bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.
Namun, tidak semua ibu memiliki dukungan keluarga atau suami yang cukup. Dalam kasus seperti ini, tempat penitipan anak seperti daycare dapat menjadi alternatif yang efektif. Anindya menjelaskan, tak ada salahnya menitipkan anak ke daycare utamanya bagi ibu pekerja. Meski demikian, orang tua harus selektif dalam memilih daycare yang sudah tersertifikasi dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Anindya menyarankan agar orangtua dapat memilih daycare yang bisa memberikan lingkungan aman. Ibu bisa melakukan survei langsung, mengenali para pengasuh dan memastikan program-program di daycare juga bersifat stimulatif bagi anak.
“Rasanya setiap program daycare menyediakan rutinitas yang mana anak-anak dalam proses berkembang utamanya yang usianya di bawah 5 tahun memang sangat butuh struktur dan rutinitas,” jelas Anindya.
Ibu harus memastikan bahwa daycare memiliki pola dan jadwal yang membantu proses membekembangnya, misalnya kegiatan yang mendorong sensorik dan motorik kasar pada anak. “Jadi tidak ada salahnya menitipkan anak ke daycare, asalkan orang tua tahu bahwa daycare tersebut tepat, artinya orang tua, pengasuh, dan anak semuanya nyaman dan aman, ” tegasnya.
Baca juga: 5 Kiat Parenting Jadi Orang Tua di Era Modern
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.