Direktur Museum MACAN Venus Lau, Founder Tumurun Museum Iwan Kurniawan Lukminto, dan CEO Culture Lab Sadiah Boonstra dalam diskusi Curated Experiences for Elevated Culture di Idea Fest 2024, Jakarta, Minggu (29/9/2024). (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Museum Diharapkan Tak Sekadar Ruang Pamer, Tapi juga Produksi Pengetahuan Baru

30 September 2024   |   04:57 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Di tengah kegandrungan anak-anak muda yang mulai menyukai seni dan datang ke museum, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang menanti serta perlu diselesaikan. Salah satunya ialah harapan menjadikan museum tak hanya wadah unjuk estetika, tetapi juga pusat penelitian.

Kurator independen dan CEO Culture Lab Sadiah Boonstra mengatakan meski geliat masyarakat berkunjung makin membaik, museum masih dihinggapi sejumlah tantangan dalam proses pengembangannya.

Sadiah mengatakan program penelitian dan pendidikan di museum masih terus digalakkan. Menurutnya, dengan ekosistem yang terjadi saat ini, museum belum terlalu memungkinkan menjadi pusat penelitian dan pendidikan baru.

Baca juga:  Inisiatif Museum Gaet Generasi Muda Lebih Tertarik & Mendalami Seni

Padahal, museum, dengan beragam koleksi di dalamnya, sangat mungkin menjadi tempat ideal lahirnya pengetahuan-pengetahuan baru dan pada akhirnya bisa membentuk peradaban yang lebih baik. Selain itu, produksi pengetahuan juga bisa membuat sebuah koleksi jadi lebih berharga karena masyarakat mengerti apa dampak dari karya tersebut.

Menurutnya, saat ini penelitian sebuah karya di dalam museum masih belum terlalu masif. Hal ini, lanjutnya, ketika dibedah memang akan menjalar ke berbagai isu lain.

Dia mencontohkan jangankan penelitian untuk sebuah karya, saat ini pendidikan untuk orang yang bekerja di museum juga masih belum terlalu merata. Padahal, hal tersebut juga sama pentingnya untuk menciptakan distribusi pengetahuan yang lebih baik di museum.

“Kita membutuhkan pendidikan itu, baik untuk membangun penonton dengan khidmat di museum maupun untuk bidang profesional sebagai peneliti,” ucapnya  dalam diskusi Curated Experiences for Elevated Culture di Idea Fest 2024, Jakarta, Minggu (29/9/2024).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by IDEAFEST (@ideafestid)


Oleh karena itu, menciptakan museum sebagai sebuah pusat penelitian memang bukan pekerjaan satu malam. Hal ini juga tak bisa diwujudkan hanya dengan mendorong peneliti untuk mengambil studi museum.

Menurutnya, semua harus dibangun dari akarnya. Dimulai dari sekolah dasar hingga universitas. Dengan demikian, rantai distribusi pengetahuan ini juga akan berjalan dengan lebih baik dan berkelanjutan.

Founder Tumurun Museum Iwan Kurniawan Lukminto mengatakan museum memang sudah semestinya juga bisa menghidupkan fungsi sebagai produksi pengetahuan. Sayangnya, literatur mengenai hal itu memang masih minim.

Beberapa hal, termasuk dokumen, bahkan mirisnya justru didapat dari luar negeri. Iwan menyebut ini adalah tantangan yang dimiliki Indonesia. Dia berharap lebih banyak akses penelitian yang terbentuk di masa depan.

Direktur Museum MACAN Venus Lau juga sepakat bahwa membentuk rantai pengetahuan yang berkelanjutan membutuhkan banyak stakeholder terkait. Seperti terbentuknya api, yang membutuhkan kayu, oksigen, pemantik, dan hal lain, penelitian di seni juga begitu.

Dia menyebut perlu ada arsip dokumen yang jelas, penulis seni yang terlibat, sejarawan seni, dan stakeholer lain. Dia berharap museum ke depan makin bisa menghubungkan aneka ragam peran tersebut.

Baca juga:Pameran Solo Perdana Seniman Thailand Korakrit Arunanondchai Siap Hadir di Museum MACAN

Editor: Puput Ady Sukarno
 

SEBELUMNYA

Tip Tampil Modis dengan Sandal Jepit, Gaya Casual hingga Semi Formal

BERIKUTNYA

Refleksi dan Retrospeksi Muklay dalam Pameran Tunggal Bizzare Adventure

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: