Direktur Museum MACAN Venus Lau, Founder Tumurun Museum Iwan Kurniawan Lukminto, dan CEO Culture Lab Sadiah Boonstra dalam diskusi Curated Experiences for Elevated Culture di Idea Fest 2024, Jakarta, Minggu (29/9/2024). (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Inisiatif Museum Gaet Generasi Muda Lebih Tertarik & Mendalami Seni

29 September 2024   |   16:50 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Kemajuan teknologi serta perkembangan tren turut memengaruhi perubahan kebutuhan masyarakat terhadap museum. Agar terus relevan, museum tentu perlu menyesuaikan pelayanan dan programnya seiring dengan dinamisme kebutuhan masyarakat sekarang.

Direktur Museum MACAN Venus Lau mengatakan peran museum dalam konteks promosi seni dan budaya ke depan akan makin berkembang. Namun, relevansi menjadi benang merah sekaligus kata kunci yang mesti menjadi pegangan bersama.

Menurut Venus, museum memang tak bisa begitu saja berjarak dengan apa yang tengah terjadi dan menjadi tren di masyarakat. Studi kunjungan secara berkesinambungan bisa menjadi landasan tepat untuk mengembangkan museum yang berpegegang pada upaya mencari relevansi tersebut.

Baca juga: Museum Nasional Indonesia Bakal Pamerkan Koleksi Repatriasi Puputan Badung & Era Singhasari  

Venus bercerita berkembangan seni di Indonesia begitu besar dalam beberapa tahun terakhir ini. Adanya pandemi Covid-19 juga makin dinamis, terutama dalam hal regenerasi.

“Pandemi telah mengubah demografi pengunjung kami. Sebelum pandemi, pengunjung utama adalah milenial. Sekarang, mereka kebanyakan milenial plus, gen Z, dan gen Alpha,” ujar Venus dalam diskusi Curated Experiences for Elevated Culture di Idea Fest 2024, Jakarta, Minggu (29/9/2024).

Menurutnya, keberadaan generasi baru penyuka seni ini menjadi sesuatu yang menarik. Hal ini tak lepas dari harapan kesenian masih akan terus mendapat tempat, tetapi lebih dari itu, museum sebagai wadah seni juga mesti punya pola interaksi baru dengan pengunjung muda ini.

Venus mengatakan para generasi muda ini menarik karena mereka hidup dengan tren TikTok dan Instagram. Akses pengetahuan mereka pun lebih luas berkat penetrasi internet yang masif. Dalam artian, apa yang terjadi di MoMa (Museum of Modern Art) maupun museum terkenal di Berlin misalnya, para generasi muda ini sangat mungkin sudah mengetahuinya.

Oleh karena itu, sebagai sebuah wadah, museum perlu terus memacu diri mempersembahkan seniman-seniman terkurasi dengan suguhan seni yang tak kalah menarik. Namun, tak asal menarik saja, syarat relevansi meski juga muncul jadi bagian penting.

Tak sekadar menghadirkan seniman internasional, Venus menyebut Museum MACAN selalu berusaha menghadirkan kontek kelokalan dalam setiap karya tersebut sehingga bisa lebih terhubung ke pengunjung dalam negeri.

“Saya rasa, ke depan museum memang bukan lagi sekadar ekshibisi. Namun, ini adalah inisiatif dan sebuah platform yang menghubungkan berbagai macam hal,” imbuhnya.

Venus mengatakan museum mesti jeli melihat kebutuhan masyarakat, dalam hal ini, pengunjungnya. Hal itu kemudian mewujud dengan menghadirkan artis yang relevan dengan pengunjung, diskusi karya, atau program-program lain yang akhirnya bisa menjadi jalan penghubung karya dengan masyarakat.
 

Direktur Museum MACAN Venus Lau, Founder Tumurun Museum Iwan Kurniawan Lukminto, dan CEO Culture Lab Sadiah Boonstra  dalam diskusi Curated Experiences for Elevated Culture di Idea Fest 2024, Jakarta, Minggu (29/9/2024). (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Direktur Museum MACAN Venus Lau, Founder Tumurun Museum Iwan Kurniawan Lukminto, dan CEO Culture Lab Sadiah Boonstra dalam diskusi Curated Experiences for Elevated Culture di Idea Fest 2024, Jakarta, Minggu (29/9/2024). (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Segendang sepenarian, Founder Tumurun Museum Iwan Kurniawan Lukminto juga mengatakan museum memang bukan lagi sebagai wadah pemajang karya. Lebih dari itu, museum mesti menjadi jembatan penghubung sebuah gagasan ke dalam masyarakat sekitar.

Bagi Iwan, seni merupakan penanda kemanusiaan manusia saling terjalin. Untuk itulah, menjadi menarik bila museum juga mengambil peran sebagai pusat penelitian serta pendidikan tentang hal-hal tersebut.

“Dengan melihat ekosistem di Indonesia sekarang, apa yang masih kurang sekarang ialah tentang museum sebagai pusat penelitian dan arsip itu tadi,” ucapnya.

Menurutnya, museum bisa menjadi jembatan penghubung antara masa lalu dan masa depan. Keduanya penting sebagai pijakan masyarakat menjalani kehidupan sekarang. Sayangnya, peran-peran seperti ini memang belum sepenuhnya dijalankan.

Sementara itu, kurator independen dan CEO Culture Lab Sadiah Boonstra mengatakan perkembangan seni dan museum di Indonesia memang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir. Meski saat ini museum sebagian besar dikelola pemerintah, tetapi museum swasta atau independen tetap hidup dan menemukan ruangnya sendiri.

Menurutnya, yang menarik saat ini adalah museum-museum tersebut, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, belakangan makin aktif dan terhubung dengan diskursus global. Tentu, di tengah hal tersebut terjadi transfer pengetahuan yang apik.

Di sisi lain, keberadaan generasi muda yang makin mendominasi juga terus menunjukkan geliat yang menarik. Menurut Sadiah, yang sekarang perlu dilanjutkan ialah terus mencoba memantik para penasaran para generasi muda itu, caranya ialah dengan mencari relevansi dengan mereka.

“Saya membayangkan 5-10 tahun ke depan, para generasi muda ini akan makin penasaran dengan seni. Lebih dari itu, nantinya mereka akan makin dalam, dari memahami garis waktu, hingga sejarah di baliknya,” jelasnya.

Baca juga: Pameran Solo Perdana Seniman Thailand Korakrit Arunanondchai Siap Hadir di Museum MACAN

Editor: Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Proses Kreatif The Brandals Bikin Karya-karya yang Sarat Pesan Sosial Politik

BERIKUTNYA

Ini 10 Dessert Terenak dari Indonesia Versi Taste Atlas yang Wajib Dicoba

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: