Kenali 3 Jenis Manipulasi Kencan Online Ini, Jangan Terjebak!
28 September 2024 |
11:00 WIB
Penjahat siber punya banyak cara untuk menjerat korbannya. Salah satunya yakni modus ingin mengenal lebih dekat atau menjadi teman kencan bagi pengguna media sosial. Dalam situasi ini, penting untuk selalu berhati-hati jika Genhype memiliki teman baru yang menawarkan percakapan intensif dan menunjukkan ketertarikan di dunia maya.
Tak dipungkiri, meningkatnya kencan daring (online dating) telah menciptakan lahan subur untuk manipulasi. Tak sedikit calon korban yang memercayai seseorang yang belum pernah ditemui secara langsung, berbagi detail pribadi atau foto-foto intim.
Baca juga: Hypereport: Tren Mencari Pasangan, Dari Aplikasi Daring Kembali Ke Kencan Luring
Penelitian terbaru Kaspersky mengungkapkan bahwa 39 persen orang berusia 25-34 tahun terpantau berbagi foto-foto intim dengan seseorang yang belum pernah mereka temui dalam kehidupan nyata. Sayangnya, keterbukaan ini sering dieksploitasi.
Baik melalui penyalahgunaan foto-foto intim, stalkerware, atau deepfake, para pencari jodoh daring semakin rentan terhadap bahaya yang tidak umum ini. Sebagai kewaspadaan, berikut tiga ancaman teratas manipulasi dengan modus kencan daring dan cara mencegahnya.
Penyalahgunaan gambar intim (Intimate image abuse/IIA), atau pornografi balas dendam adalah bentuk penyalahgunaan digital yang berbahaya. Seiring dengan semakin lazimnya berbagi gambar intim, banyak orang merasa aman saat memercayai pasangan atau pasangan daring dengan foto pribadi.
Dalam survei ‘Naked Truth’ yang dilakukan Kaspersky dan melibatkan 9.000 orang, hampir setengahnya melaporkan pernah mengalami atau mengenal seseorang yang memiliki pengalaman penyalahgunaan gambar intim. Masalah ini khususnya serius di kalangan generasi muda.
Sebanyak 69 persen dari mereka yang berusia 16-24 tahun mengakui mereka pernah mengalaminya. Meskipun berisiko, menyalahkan korban tetap umum terjadi, dengan 50 persen responden meyakini bahwa mereka yang berbagi gambar intim bertanggung jawab jika gambar tersebut bocor.
Untuk melindungi diri dari modus ini, sebaiknya berpikir dua kali sebelum berbagi foto atau gambar intim. Pertimbangkan potensi konsekuensi dari berbagi gambar pribadi dan ukur tingkat kepercayaan dengan penerima.
Kemudian, tetap terinformasi. Saat ini, banyak platform media sosial memiliki sistem untuk mendeteksi dan menghapus gambar intim yang tidak disetujui. Pelajari cara melaporkan konten tersebut.
Kelola kata sandi dengan bijak juga patut dipertimbangkan. Selalu gunakan pengelola kata sandi yang andal. Hindari penggunaan kata sandi yang sama di beberapa platform, karena hal ini dapat membuat Genhype lebih rentan terhadap kejahatan dunia maya.
Stalkerware adalah perangkat lunak yang secara diam-diam melacak lokasi, pesan, dan aktivitas harian seseorang. Sering kali disamarkan sebagai alat antipencurian atau kontrol orangtua, tetapi digunakan untuk tujuan berbahaya.
Pada 2023, lebih dari 31.000 kasus stalkerware teridentifikasi secara global, meningkat 6 persen dari tahun sebelumnya. Negara-negara yang paling terdampak termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris.
Banyak korban tidak menyadari bahwa mereka sedang dipantau karena sifat aplikasi ini yang tersembunyi. Selain stalkerware, alat seperti pelacakan GPS dan media sosial juga disalahgunakan, dengan 34 persen orang mengaku memeriksa profil teman kencan mereka sebagai proses uji tuntas.
Sebaiknya Genhype waspada dengna mencari tanda-tanda stalkerware di perangkat, seperti baterai yang terkuras secara tidak biasa, aplikasi yang tidak kenali, atau perubahan izin yang tiba-tiba. Hindari mengutak-atik stalkerware.
Jika yakin stalkerware ada di perangkat, jangan mencoba menghapus atau menonaktifkannya sendiri. Hal ini dapat memberi tahu pelaku atau menghapus bukti penting yang dapat digunakan dalam tindakan hukum. Sebaliknya, hubungi organisasi pendukung setempat atau minta bantuan ahli.
Perbarui pula pengaturan privasi. Tinjau izin aplikasi secara berkala dan sesuaikan pengaturan privasi untuk meminimalkan risiko pemantauan.
Deepfake menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat gambar, video, dan bahkan rekaman audio palsu yang sangat realistis. Dulu dianggap sebagai trik berkualitas rendah dan mudah dikenali, deepfake kini telah berevolusi menjadi sangat meyakinkan.
Kni, siapa saja bisa membuat deepfake. Sementara deepfake selebritas belakangan cukup menarik perhatian publik dan menjerat banyak korban.
Dalam konteks sebuah hubungan romantis, deepfake dapat digunakan untuk membuat gambar atau video palsu yang membahayakan. Materi ini kemudian digunakan untuk pemerasan, dengan pelaku mengancam akan merilis konten tersebut kecuali tuntutan mereka dipenuhi.
Baca juga: Hypereport: Jalan Pintas Cari Pasangan Lewat Aplikasi Kencan dan Biro Jodoh
Agar tidak menjadi korban deepfake, berhati-hatilah jika seseorang membuat ancaman yang melibatkan media yang membahayakan. Mereka mungkin menggunakan teknologi deepfake.
Laporkan deepfake. Saat ini banyak platform menggunakan alat deteksi AI untuk menandai dan menghapus konten deepfake. Jika Genhype menjadi sasaran, laporkan konten tersebut ke platform.
Selain itu, kewaspadaan adalah kuncinya. Pelajari tentang teknologi deepfake dan potensi penyalahgunaannya dalam kencan daring.
Editor: Fajar Sidik
Tak dipungkiri, meningkatnya kencan daring (online dating) telah menciptakan lahan subur untuk manipulasi. Tak sedikit calon korban yang memercayai seseorang yang belum pernah ditemui secara langsung, berbagi detail pribadi atau foto-foto intim.
Baca juga: Hypereport: Tren Mencari Pasangan, Dari Aplikasi Daring Kembali Ke Kencan Luring
Penelitian terbaru Kaspersky mengungkapkan bahwa 39 persen orang berusia 25-34 tahun terpantau berbagi foto-foto intim dengan seseorang yang belum pernah mereka temui dalam kehidupan nyata. Sayangnya, keterbukaan ini sering dieksploitasi.
Baik melalui penyalahgunaan foto-foto intim, stalkerware, atau deepfake, para pencari jodoh daring semakin rentan terhadap bahaya yang tidak umum ini. Sebagai kewaspadaan, berikut tiga ancaman teratas manipulasi dengan modus kencan daring dan cara mencegahnya.
1. Penyalahgunaan Foto Pribadi
Penyalahgunaan gambar intim (Intimate image abuse/IIA), atau pornografi balas dendam adalah bentuk penyalahgunaan digital yang berbahaya. Seiring dengan semakin lazimnya berbagi gambar intim, banyak orang merasa aman saat memercayai pasangan atau pasangan daring dengan foto pribadi. Dalam survei ‘Naked Truth’ yang dilakukan Kaspersky dan melibatkan 9.000 orang, hampir setengahnya melaporkan pernah mengalami atau mengenal seseorang yang memiliki pengalaman penyalahgunaan gambar intim. Masalah ini khususnya serius di kalangan generasi muda.
Sebanyak 69 persen dari mereka yang berusia 16-24 tahun mengakui mereka pernah mengalaminya. Meskipun berisiko, menyalahkan korban tetap umum terjadi, dengan 50 persen responden meyakini bahwa mereka yang berbagi gambar intim bertanggung jawab jika gambar tersebut bocor.
Untuk melindungi diri dari modus ini, sebaiknya berpikir dua kali sebelum berbagi foto atau gambar intim. Pertimbangkan potensi konsekuensi dari berbagi gambar pribadi dan ukur tingkat kepercayaan dengan penerima.
Kemudian, tetap terinformasi. Saat ini, banyak platform media sosial memiliki sistem untuk mendeteksi dan menghapus gambar intim yang tidak disetujui. Pelajari cara melaporkan konten tersebut.
Kelola kata sandi dengan bijak juga patut dipertimbangkan. Selalu gunakan pengelola kata sandi yang andal. Hindari penggunaan kata sandi yang sama di beberapa platform, karena hal ini dapat membuat Genhype lebih rentan terhadap kejahatan dunia maya.
2. Ancaman Stalkerware
Stalkerware adalah perangkat lunak yang secara diam-diam melacak lokasi, pesan, dan aktivitas harian seseorang. Sering kali disamarkan sebagai alat antipencurian atau kontrol orangtua, tetapi digunakan untuk tujuan berbahaya. Pada 2023, lebih dari 31.000 kasus stalkerware teridentifikasi secara global, meningkat 6 persen dari tahun sebelumnya. Negara-negara yang paling terdampak termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris.
Banyak korban tidak menyadari bahwa mereka sedang dipantau karena sifat aplikasi ini yang tersembunyi. Selain stalkerware, alat seperti pelacakan GPS dan media sosial juga disalahgunakan, dengan 34 persen orang mengaku memeriksa profil teman kencan mereka sebagai proses uji tuntas.
Sebaiknya Genhype waspada dengna mencari tanda-tanda stalkerware di perangkat, seperti baterai yang terkuras secara tidak biasa, aplikasi yang tidak kenali, atau perubahan izin yang tiba-tiba. Hindari mengutak-atik stalkerware.
Jika yakin stalkerware ada di perangkat, jangan mencoba menghapus atau menonaktifkannya sendiri. Hal ini dapat memberi tahu pelaku atau menghapus bukti penting yang dapat digunakan dalam tindakan hukum. Sebaliknya, hubungi organisasi pendukung setempat atau minta bantuan ahli.
Perbarui pula pengaturan privasi. Tinjau izin aplikasi secara berkala dan sesuaikan pengaturan privasi untuk meminimalkan risiko pemantauan.
3. Ancaman Deepfake
Deepfake menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat gambar, video, dan bahkan rekaman audio palsu yang sangat realistis. Dulu dianggap sebagai trik berkualitas rendah dan mudah dikenali, deepfake kini telah berevolusi menjadi sangat meyakinkan. Kni, siapa saja bisa membuat deepfake. Sementara deepfake selebritas belakangan cukup menarik perhatian publik dan menjerat banyak korban.
Dalam konteks sebuah hubungan romantis, deepfake dapat digunakan untuk membuat gambar atau video palsu yang membahayakan. Materi ini kemudian digunakan untuk pemerasan, dengan pelaku mengancam akan merilis konten tersebut kecuali tuntutan mereka dipenuhi.
Baca juga: Hypereport: Jalan Pintas Cari Pasangan Lewat Aplikasi Kencan dan Biro Jodoh
Agar tidak menjadi korban deepfake, berhati-hatilah jika seseorang membuat ancaman yang melibatkan media yang membahayakan. Mereka mungkin menggunakan teknologi deepfake.
Laporkan deepfake. Saat ini banyak platform menggunakan alat deteksi AI untuk menandai dan menghapus konten deepfake. Jika Genhype menjadi sasaran, laporkan konten tersebut ke platform.
Selain itu, kewaspadaan adalah kuncinya. Pelajari tentang teknologi deepfake dan potensi penyalahgunaannya dalam kencan daring.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.