Kenali Penyebab Penderita Kanker Rawan Alami Nyeri
26 September 2024 |
08:30 WIB
Selain bertaruh melawan terapi, pasien kanker juga sering dihadapkan dengan berbagai keluhan penyakit yang menyertainya. Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dialami oleh pasien kanker. Nyeri dapat mengganggu fisiologis dan psikologis, bahkan penurunan kualitas hidup pasien kanker.
Meski nyeri tak dapat dihindarkan, manajemen nyeri yang tepat bisa membantu meminimalisir rasa sakit yang diderita pasien kanker. Tak hanya untuk meredakan rasa nyeri, manajemen nyeri juga berguna untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Nyeri adalah bentuk ketidaknyaman sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau adanya kerusakan jaringan tubuh. Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Pain Clinic RS Pondok Indah – Pondok Indah I Gusti Ngurah Akwila Dwiyundha menjelaskan klasifikasi nyeri dapat digolongkan berdasarkan lama waktunya yakni nyeri akut dan nyeri kronis.
Baca Juga: Faktor Risiko dan Gejala Kanker Payudara yang Harus Diwaspadai
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, sedangkan nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama.
Akwila menjelaskan, lebih dari 50% pengidap kanker stadium awal hingga stadium menengah mengalami nyeri selama perjalanan penyakit kanker mereka. Sedangkan sebanyak 90% pengidap kanker mengalami nyeri selama perjalanan penyakitnya.
Menurut Akwila, nyeri pada pengidap kanker dapat berasal dari sel kanker, efek samping pengobatan, hingga kondisi medis lain yang tidak terkait dengan kanker. Khusus pada sel kanker, sel-sel abnormal tumbuh dan merusak jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan sel ganas yang terus membesar dan menyebabkan tekanan pada saraf, tulang, atau organ. Hal ini juga mendorong timbulnya rasa nyeri di beberapa area tubuh.
Selain itu, nyeri dapat muncul akibat efek samping pengobatan kanker seperti kemoterapi, radiasi, pembedahan, dan konsumsi obat-obatan. “Meski dapat membunuh sel kanker, terapi kanker juga dapat menimbulkan efek samping berupa munculnya nyeri kanker,” kata Akwila.
Kondisi ini, kata Akwila, terjadi karena adanya gangguan pada saraf di sekitar lokasi tumbuhnya sel kanker
Pasien kanker juga perlu berhati-hati terhadap kondisi di luar pengobatan kanker. Sebab, nyeri yang dirasakan pengidap kanker bisa berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi kanker dan penyebab kankernya.
Selain itu, pada pengidap kanker, lokasi nyeri bisa jadi berbeda dengan sumber nyerinya. Misalnya, pada kasus kanker payudara, rasa nyeri biasanya menyebar ke sekitar tulang. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri di bagian tulang meskipun sel keganasan aslinya berada di payudara.
Tingkat keparahan nyeri yang dialami pasien kanker pun dapat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. “Ada yang merasakan nyeri ringan, sedang, maupun nyeri yang sangat hebat,” imbuh Akwila. Oleh karena itu, manajemen nyeri yang tepat pada pasien kanker sangat dibutuhkan agar pasien bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Awkila menekankan pentingnya pasien dan keluarga memahami dan mengidentifikasi sumber nyeri yang tepat agar bisa mencari solusi perawatan dan manajemen nyeri yang efektif. Pihak medis dari dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif juga akan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi pasien kanker. “Terkadang dokter bisa saja melakukan manajemen nyeri kanker dengan menggabungkan beberapa metode sekaligus yang disesuaikan dengan kondisi pasiennya,” tandasnya.
Baca Juga: Kate Middleton Selesai Kemoterapi Selama 9 Bulan, Dinyatakan Bebas dari Kanker
Editor: M. Taufikul Basari
Meski nyeri tak dapat dihindarkan, manajemen nyeri yang tepat bisa membantu meminimalisir rasa sakit yang diderita pasien kanker. Tak hanya untuk meredakan rasa nyeri, manajemen nyeri juga berguna untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Nyeri adalah bentuk ketidaknyaman sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau adanya kerusakan jaringan tubuh. Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Pain Clinic RS Pondok Indah – Pondok Indah I Gusti Ngurah Akwila Dwiyundha menjelaskan klasifikasi nyeri dapat digolongkan berdasarkan lama waktunya yakni nyeri akut dan nyeri kronis.
Baca Juga: Faktor Risiko dan Gejala Kanker Payudara yang Harus Diwaspadai
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, sedangkan nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama.
Akwila menjelaskan, lebih dari 50% pengidap kanker stadium awal hingga stadium menengah mengalami nyeri selama perjalanan penyakit kanker mereka. Sedangkan sebanyak 90% pengidap kanker mengalami nyeri selama perjalanan penyakitnya.
Asal Nyeri Pada Penderita Kanker
Ilustrasi pengidap kanker (Sumber gambar: cottonbro studio/Pexels)
Menurut Akwila, nyeri pada pengidap kanker dapat berasal dari sel kanker, efek samping pengobatan, hingga kondisi medis lain yang tidak terkait dengan kanker. Khusus pada sel kanker, sel-sel abnormal tumbuh dan merusak jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan sel ganas yang terus membesar dan menyebabkan tekanan pada saraf, tulang, atau organ. Hal ini juga mendorong timbulnya rasa nyeri di beberapa area tubuh.
Selain itu, nyeri dapat muncul akibat efek samping pengobatan kanker seperti kemoterapi, radiasi, pembedahan, dan konsumsi obat-obatan. “Meski dapat membunuh sel kanker, terapi kanker juga dapat menimbulkan efek samping berupa munculnya nyeri kanker,” kata Akwila.
Kondisi ini, kata Akwila, terjadi karena adanya gangguan pada saraf di sekitar lokasi tumbuhnya sel kanker
Pasien kanker juga perlu berhati-hati terhadap kondisi di luar pengobatan kanker. Sebab, nyeri yang dirasakan pengidap kanker bisa berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi kanker dan penyebab kankernya.
Selain itu, pada pengidap kanker, lokasi nyeri bisa jadi berbeda dengan sumber nyerinya. Misalnya, pada kasus kanker payudara, rasa nyeri biasanya menyebar ke sekitar tulang. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri di bagian tulang meskipun sel keganasan aslinya berada di payudara.
Tingkat keparahan nyeri yang dialami pasien kanker pun dapat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. “Ada yang merasakan nyeri ringan, sedang, maupun nyeri yang sangat hebat,” imbuh Akwila. Oleh karena itu, manajemen nyeri yang tepat pada pasien kanker sangat dibutuhkan agar pasien bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Awkila menekankan pentingnya pasien dan keluarga memahami dan mengidentifikasi sumber nyeri yang tepat agar bisa mencari solusi perawatan dan manajemen nyeri yang efektif. Pihak medis dari dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif juga akan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi pasien kanker. “Terkadang dokter bisa saja melakukan manajemen nyeri kanker dengan menggabungkan beberapa metode sekaligus yang disesuaikan dengan kondisi pasiennya,” tandasnya.
Baca Juga: Kate Middleton Selesai Kemoterapi Selama 9 Bulan, Dinyatakan Bebas dari Kanker
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.