UNESCO Tetapkan 4 Global Geopark Baru dari Indonesia
26 May 2023 |
08:47 WIB
United Nation Education, Scientific and Cultural Organizatio (UNESCO) merilis 24 global geopark baru dari seluruh dunia. Dari daftar taman alam tersebut, yang membanggakan, Indonesia menyumbang empat global geopark yang ada di berbagai wilayah di Tanah Air.
Sebanyak 24 global geopark baru tersebut berasal dari 13 negara, dengan rincian Indonesia empat, Brazil dan Iran masing-masing dua. Geopark lainnya berasal dari Yunani, Spanyol, Inggris, Jepang, Norwegia, Thailand, Malaysia, Filipina, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
Berikut ini empat global geopark UNESCO yang berasal dari Indonesia, seperti dikutip dari situs UNESCO:
Geopark ini berlokasi di Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur. Lokasinya yang strategis antara selat dan laut membuat taman alam berada pada persimpangan lalu lintas migrasi manusia dan perdagangan. Ijen merupakan salah satu gunung aktif dalam sistem kaldera. Sekitar 22 kerucut telah terbentuk akibat vulkanik di kawasan ini.
Ijen memiliki karaktristik dengan tingginya konsentrasi kerucut gunung api, kawah, dan aliran lava, menunjukkan proses geologi yang kompleks yang telah membentuk kawasan ini lebih dari jutaan tahun lalu.
Atraksi yang paling terkenal dari geopark ini adalah gunung api Ijen dan danau kawah, yang merupakan danau paling asam di dunia. Selain itu fenomena api biru yang hanya terlihat pada malam hari. Pemandangan ini cukup langka karena menyala dari gas sulfur yang muncul dari retakan kawah.
Kendati geopark ini menutupi area seluas 5.077 km2, lebih dari setengahnya, 55,4?rada di bawah air. Di wilayah daratan ada Bantimurung Bulusaraung National Park. Di wilayah lautan ada Kapoposang Water Tourism Park dan Liukang Tupabbiring Local Marine Conservation.
Terpisah dari pulau utama, area geopark terdiri dari kluster 39 pulau. Kepulauan ini terletak di segitiga koral, dan menjadi pusat konservasi dan ekosistem batu karang. Geopark ini terkenal dengan menara karst yang spektakuler dan pulau-pulau batu karangnya.
Di dalam geopark ini ada 1,437 spesies flora dan fauna, termasuk 153 spesies endemik yang hanya ada di Sulawesi, serta 52 spesies yang berbahaya dan dilindungi.
Geopark ini merupakan rumah fosil untuk “Jambi flora”, yaitu berbagai tanaman yang sudah menjadi fosil di kawasan itu, yaitu di Merangin, Jambi, Sumatra bagian tengah. Nama Jambi flora merujuk pada tanaman yang sudah menjadi fosil yang ditemukan sebagai bagian formasi batu sejak awal masa Permian (296 juta tahun).
Tanaman yang sudah menjadi fosil termasuk lumut, primitive conifers, dan pakis yang mereproduksi diri dari biji dibandingkan dengan spora. Lanskap dari geopark ini merupakan kombinasi dataran rendah di sisi timur dan dataran tinggi di sisi barat, dengan puncak tertinggi 2,900 m di atas permukaan laut, yaitu gunung Masurai, yang terbentuk akibat erupsi besar 33.000 tahun lalu. Area ini dihuni sejak zaman prasejarah, dan merupakan rumah bagi berbagai suku asli termasuk Orang Batin Lamo dan klan Serampas.
Geopark ini juga merupakan rumah bagi lanskap karst yang terbentuk selama era Mesozoic, sekitar 252-66 juta tahun yang lalu. Gua karst ini mengandung artefak prasejarah yang merupakan bagian dan proyek riset arkeologi yang penting.
Teritori geopark ini termasuk empat pulau utama dan menjadi sangat spesial karena memilki batu-batuan tertua pada abad ini (Silurian–Devonian 443.8–358.9 juta tahun yang lalu), atau hampir sepersepuluh umur bumi.
Fitur geologi yang paling tidak biasa adalah pulau tropis yang muncul sebagai konsekuensi kenaikan level air laut pada periode Quaternary (antara 2,58 juta tahun lalu dan 11.700 tahun lalu). Di sini, proses karstifikasi menghasilkan banyak gua baik di atas atau di bawah permukaan air. Karst terbuat dari batu gamping, yang merupakan bebatuan lembut dan berpori dan larut di dalam air.
Air hujan meresap ke batu selanjang waktu, batu ini perlahan-lahan mengikis, dan membentuk gua. Para penyelam bisa menikmati gua bawah laut dengan mega keanekaragaman biota laut. Di sini mereka dapat mengobservasi seni batu yang dibuat oleh manusia zaman prasejarah yang hidup di wilayah ini pada ribuan tahun lalu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sebanyak 24 global geopark baru tersebut berasal dari 13 negara, dengan rincian Indonesia empat, Brazil dan Iran masing-masing dua. Geopark lainnya berasal dari Yunani, Spanyol, Inggris, Jepang, Norwegia, Thailand, Malaysia, Filipina, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
Berikut ini empat global geopark UNESCO yang berasal dari Indonesia, seperti dikutip dari situs UNESCO:
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Bahari Indonesia Timur dengan Lanskap Super Cantik
1. Ijen (Jawa Timur)
Geopark ini berlokasi di Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur. Lokasinya yang strategis antara selat dan laut membuat taman alam berada pada persimpangan lalu lintas migrasi manusia dan perdagangan. Ijen merupakan salah satu gunung aktif dalam sistem kaldera. Sekitar 22 kerucut telah terbentuk akibat vulkanik di kawasan ini.Ijen memiliki karaktristik dengan tingginya konsentrasi kerucut gunung api, kawah, dan aliran lava, menunjukkan proses geologi yang kompleks yang telah membentuk kawasan ini lebih dari jutaan tahun lalu.
Atraksi yang paling terkenal dari geopark ini adalah gunung api Ijen dan danau kawah, yang merupakan danau paling asam di dunia. Selain itu fenomena api biru yang hanya terlihat pada malam hari. Pemandangan ini cukup langka karena menyala dari gas sulfur yang muncul dari retakan kawah.
2. Maros Pangkep (Sulawesi Selatan)
Geopark ini berlokasi di bagian selatan Pulau Sulawesi, yaitu Maros dan Pangkep. Populasi lokal daerah tersebut merupakan peduduk asli dari Bugis dan Makassar.Kendati geopark ini menutupi area seluas 5.077 km2, lebih dari setengahnya, 55,4?rada di bawah air. Di wilayah daratan ada Bantimurung Bulusaraung National Park. Di wilayah lautan ada Kapoposang Water Tourism Park dan Liukang Tupabbiring Local Marine Conservation.
Terpisah dari pulau utama, area geopark terdiri dari kluster 39 pulau. Kepulauan ini terletak di segitiga koral, dan menjadi pusat konservasi dan ekosistem batu karang. Geopark ini terkenal dengan menara karst yang spektakuler dan pulau-pulau batu karangnya.
Di dalam geopark ini ada 1,437 spesies flora dan fauna, termasuk 153 spesies endemik yang hanya ada di Sulawesi, serta 52 spesies yang berbahaya dan dilindungi.
3. Merangin (Jambi)
Geopark ini merupakan rumah fosil untuk “Jambi flora”, yaitu berbagai tanaman yang sudah menjadi fosil di kawasan itu, yaitu di Merangin, Jambi, Sumatra bagian tengah. Nama Jambi flora merujuk pada tanaman yang sudah menjadi fosil yang ditemukan sebagai bagian formasi batu sejak awal masa Permian (296 juta tahun).Tanaman yang sudah menjadi fosil termasuk lumut, primitive conifers, dan pakis yang mereproduksi diri dari biji dibandingkan dengan spora. Lanskap dari geopark ini merupakan kombinasi dataran rendah di sisi timur dan dataran tinggi di sisi barat, dengan puncak tertinggi 2,900 m di atas permukaan laut, yaitu gunung Masurai, yang terbentuk akibat erupsi besar 33.000 tahun lalu. Area ini dihuni sejak zaman prasejarah, dan merupakan rumah bagi berbagai suku asli termasuk Orang Batin Lamo dan klan Serampas.
Geopark ini juga merupakan rumah bagi lanskap karst yang terbentuk selama era Mesozoic, sekitar 252-66 juta tahun yang lalu. Gua karst ini mengandung artefak prasejarah yang merupakan bagian dan proyek riset arkeologi yang penting.
4. Raja Ampat (Papua Barat)
Teritori geopark ini termasuk empat pulau utama dan menjadi sangat spesial karena memilki batu-batuan tertua pada abad ini (Silurian–Devonian 443.8–358.9 juta tahun yang lalu), atau hampir sepersepuluh umur bumi.Fitur geologi yang paling tidak biasa adalah pulau tropis yang muncul sebagai konsekuensi kenaikan level air laut pada periode Quaternary (antara 2,58 juta tahun lalu dan 11.700 tahun lalu). Di sini, proses karstifikasi menghasilkan banyak gua baik di atas atau di bawah permukaan air. Karst terbuat dari batu gamping, yang merupakan bebatuan lembut dan berpori dan larut di dalam air.
Air hujan meresap ke batu selanjang waktu, batu ini perlahan-lahan mengikis, dan membentuk gua. Para penyelam bisa menikmati gua bawah laut dengan mega keanekaragaman biota laut. Di sini mereka dapat mengobservasi seni batu yang dibuat oleh manusia zaman prasejarah yang hidup di wilayah ini pada ribuan tahun lalu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.