Perbedaan Real Food dan Ultra-processed Food, dari Kandungan Gizi sampai Manfaat Kesehatan
25 September 2024 |
07:41 WIB
Real food dan ultra-processed food adalah makanan yang biasa kita temukan sehari-hari. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, mulai dari proses pengolahan, kandungan gizi, rasa, sampai efeknya untuk kesehatan tubuh. Yuk, kenali perbedaan keduanya.
Real food merujuk pada makanan yang tidak mengalami banyak proses pengolahan dan cenderung lebih alami. Ini mencakup makanan yang tidak mengandung bahan kimia tambahan, pengawet, atau pemanis buatan.
Contoh real food adalah buah-buahan segar, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, daging segar, telur, dan susu murni. Konsepnya adalah mengonsumsi makanan dalam bentuk yang paling mendekati bentuk alaminya. Tujuannya untuk menjaga kandungan nutrisinya dan meminimalkan paparan bahan kimia yang mungkin kurang sehat.
Baca juga: Makanan Sehat Tak Harus Hambar, Ahli Kuliner Dorong Inovasi Penyelarasan Rasa dan Nutrisi
Di sisi lain, ultra-processed food adalah jenis makanan yang telah mengalami banyak proses pengolahan industri. Biasanya mengandung berbagai bahan tambahan, seperti pengawet, pewarna, pemanis buatan, perasa, serta lemak dan gula.
Makanan ini diciptakan untuk penyimpanan yang lebih lama. Biasanya ultra-processed food dibuat dalam kemasan yang mudah dikonsumsi. Rasanya yang kuat, tetapi kandungan nutrisinya sering kali rendah.
Contoh ultra-processed food termasuk makanan ringan seperti keripik, minuman bersoda, permen, sosis, nugget, sereal, makanan instan, makanan kalengan, dan lainnya. Karena telah melalui beberapa kali proses pengolahan, makanan ini bisa mengandung sedikit serat, vitamin, atau mineral dibandingkan dengan real food.
Berdasarkan proses pengolahannya, real food sangat minim atau tanpa pengolahan sama sekali. Makanan ini dikonsumsi dalam bentuk yang mendekati aslinya, tanpa penambahan bahan kimia atau pengawet dan pemanis buatan. Sementara ultra-processed food mengalami pengolahan tingkat tinggi dengan berbagai bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, perasa dan pemanis buatan, serta lainnya.
Real food kaya akan nutrisi yang baik untuk tubuh seperti vitamin, mineral, serat, dan lemak sehat. Karena minim pengolahan, nutrisi yang terkandung di dalamnya tetap utuh. Sementara ultra-processed food cenderung rendah nutrisi dan serat, tetapi tinggi kalori, gula, garam, dan lemak jenuh yang tidak sehat.
Dari segi rasanya, real food memiliki rasa alami dan sederhana, tanpa tambahan bahan-bahan buatan. Sementara ultra-processed food dibuat agar memiliki rasa yang kuat dan adiktif, sering kali menggunakan perasa buatan untuk meningkatkan selera.
Baca juga: Street Food dari Berbagai Negara, Wajib Dicoba Saat Berwisata
Secara umum, real food lebih menyehatkan, makanan ini baik untuk pencernaan, memberikan energi tambahan, dan menurunkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Sebaliknya, konsumsi ultra-processed food dalam jangka panjang dikaitkan dengan risiko kesehatan, termasuk obesitas, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan metabolisme lainnya.
Editor: Fajar Sidik
Real food merujuk pada makanan yang tidak mengalami banyak proses pengolahan dan cenderung lebih alami. Ini mencakup makanan yang tidak mengandung bahan kimia tambahan, pengawet, atau pemanis buatan.
Contoh real food adalah buah-buahan segar, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, daging segar, telur, dan susu murni. Konsepnya adalah mengonsumsi makanan dalam bentuk yang paling mendekati bentuk alaminya. Tujuannya untuk menjaga kandungan nutrisinya dan meminimalkan paparan bahan kimia yang mungkin kurang sehat.
Baca juga: Makanan Sehat Tak Harus Hambar, Ahli Kuliner Dorong Inovasi Penyelarasan Rasa dan Nutrisi
Di sisi lain, ultra-processed food adalah jenis makanan yang telah mengalami banyak proses pengolahan industri. Biasanya mengandung berbagai bahan tambahan, seperti pengawet, pewarna, pemanis buatan, perasa, serta lemak dan gula.
Makanan ini diciptakan untuk penyimpanan yang lebih lama. Biasanya ultra-processed food dibuat dalam kemasan yang mudah dikonsumsi. Rasanya yang kuat, tetapi kandungan nutrisinya sering kali rendah.
Contoh ultra-processed food termasuk makanan ringan seperti keripik, minuman bersoda, permen, sosis, nugget, sereal, makanan instan, makanan kalengan, dan lainnya. Karena telah melalui beberapa kali proses pengolahan, makanan ini bisa mengandung sedikit serat, vitamin, atau mineral dibandingkan dengan real food.
Perbedaan Real Food dan Ultra-processed Food
Berdasarkan proses pengolahannya, real food sangat minim atau tanpa pengolahan sama sekali. Makanan ini dikonsumsi dalam bentuk yang mendekati aslinya, tanpa penambahan bahan kimia atau pengawet dan pemanis buatan. Sementara ultra-processed food mengalami pengolahan tingkat tinggi dengan berbagai bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, perasa dan pemanis buatan, serta lainnya.Real food kaya akan nutrisi yang baik untuk tubuh seperti vitamin, mineral, serat, dan lemak sehat. Karena minim pengolahan, nutrisi yang terkandung di dalamnya tetap utuh. Sementara ultra-processed food cenderung rendah nutrisi dan serat, tetapi tinggi kalori, gula, garam, dan lemak jenuh yang tidak sehat.
Dari segi rasanya, real food memiliki rasa alami dan sederhana, tanpa tambahan bahan-bahan buatan. Sementara ultra-processed food dibuat agar memiliki rasa yang kuat dan adiktif, sering kali menggunakan perasa buatan untuk meningkatkan selera.
Baca juga: Street Food dari Berbagai Negara, Wajib Dicoba Saat Berwisata
Secara umum, real food lebih menyehatkan, makanan ini baik untuk pencernaan, memberikan energi tambahan, dan menurunkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Sebaliknya, konsumsi ultra-processed food dalam jangka panjang dikaitkan dengan risiko kesehatan, termasuk obesitas, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan metabolisme lainnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.