Ilustrasi makanan (Sumber gambar: Valeria Boltneva/Pexels)

Makanan Sehat Tak Harus Hambar, Ahli Kuliner Dorong Inovasi Penyelarasan Rasa dan Nutrisi

10 September 2024   |   21:05 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Konsep kepadatan nutrisi dan cita rasa yang memuaskan acap kali dipandang berlawanan dalam dunia kuliner. Pandangan mengenai makanan-makanan yang lebih sehat masih kerap dikaitkan dengan sensasi hambar yang sulit menggugah selera makan kebanyakan masyarakat.

Padahal, Survei Populix (2002)  menemukan fakta bahwa 6 dari 10 orang di Indonesia kini lebih memperhatikan kesehatan mereka melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Menciptakan makanan dengan cita rasa yang menggugah selera dengan nutrisi yang padat telah menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi peneliti-peneliti cita rasa di dunia.

Baca juga: Meatless Monday Indonesia Ajak Anak Muda Seimbangkan Nutrisi & Terapkan Gaya Hidup Berkelanjutan

Peneliti Bidang Kimia Rasa dari Universitas Missouri Amerika Serikat sekaligus Vice President Taste, RD&A, Kerry APAC Middle East and Africa Um Ki Won mengakui bahwa  perusahaan makanan di seluruh dunia kini tengah berjibaku menciptakan keseimbangan antara nutrisi dan rasa ini.
 
Di tengah meningkat drastisnya sektor makanan dan minuman di dunia, persoalan nutrisi masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Tidak hanya pelanggan yang diharapkan mampu memoderasi isi piringnya, perusahaan-perusahaan juga diminta proaktif memberikan tawaran kuliner yang lebih sehat di pasaran.
 
Um berpandangan bahwa memang rasa dan nutrisi seringkali tampak dilihat bertentangan satu sama lain, terutama yang berkaitan dengan pengurangan bahan-bahan seperti gula dan sodium yang biasanya menambah rasa pada makanan.

Menurutnya, gula dan sodium merupakan dua jenis zat yang paling menggugah selera makan. Kedua rasa ini selalu dicari semua orang untuk membuat makanannya menjadi lebih enak.
 
Sayangnya, kelebihan gula dan sodium memberikan efek jangka panjang yang berbahaya bagi tubuh seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Sebagai salah satu peneliti dari ahli cita rasa di dunia, Um menilai tantangannya memang terletak pada bagaimana menyajikan makanan dengan rasa yang tetap memuaskan tanpa mengorbankan aspek kesehatan.

Sebab, kebanyakan masyarakat di dunia tidak ingin sepenuhnya menghilangkan rasa manis dari makanan mereka, tetapi juga ingin mengatasi isu kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.
 

Meal prep makanan sehat. (Sumber foto: Pexels/Ella Olsson)

Meal prep makanan sehat. (Sumber foto: Pexels/Ella Olsson)


"Kami mengerti bahwa keseimbangan antara rasa dan nutrisi harus dicapai tanpa kompromi,” kata Um. 

Menciptakan makanan sehat dengan rasa yang kaya juga beriringan dengan pesatnya permintaan akan makanan sehat dari konsumen di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Survei Populix (2022) mencatat sebanyak 28% responden ingin mengonsumsi makanan yang lebih rendah kalori.
 
Um menilai, ini menjadi bukti bahwa  konsumen kini makin sadar akan pentingnya nutrisi dan kesehatan. Mereka mencari solusi yang memungkinkan agar tetap dapat menikmati makanan lezat tanpa mengorbankan kesehatan. Permintaan ini kian menantang karena negara-negara di seluruh dunia, kata Um, memiliki portofolio rasa yang berbeda-beda.

Maka, perusahaan harus lebih fokus memperhatikan jejak rasa di tiap-tiap negara konsumen sembari mengembangkan teknologi yang mampu membuat keseimbangan antara rasa tersebut dengan nutrisinya.
 
Um juga melihat, negara-negara di dunia mulai proaktif meregulasi batasan-batasan yang terkait dengan kesehatan asupan masyarakat. Regulasi ini dimulai dengan penetapan label gula yang mulai marak tidak hanya di negara maju, begitu juga negara berkembang. Dalam pandangannya, kebijakan kesehatan ini justru harus mendorong perusahaan untuk berinovasi dalam menciptakan alternatif yang lebih sehat.
 
Dia pun mengungkapkan pentingnya kolaborasi untuk mengatasi tantangan ini, "Kolaborasi sangat penting dalam memahami bagaimana menurunkan kadar gula, atau sodium tanpa menghilangkan rasa yang memasang disukai konsumen. Jika rasa tidak sesuai dengan ekspektasi, konsumen tidak akan tertarik untuk membeli produk tersebut," ungkapnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Danjyo Hiyoji Suguhkan Koleksi Monsieur dengan Sentuhan Avant-Garde di PIMFW 2024

BERIKUTNYA

Bisa Translate Lewat Suara, Galaxy Z Fold6 Kenalkan Fitur Listening Mode Berbasis AI

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: