Sejarawan Ambeth Ocampo memberikan kuliah di Kedubes FIlipina (Sumber gambar: Kedutaan Besar Filipina)

Dari Laut ke Laut: Menggali Kembali Sejarah Maritim Indonesia dan Filipina

22 September 2024   |   13:44 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Bagi banyak masyarakat di negara kepulauan di Asia Tenggara pada saat ini, air merupakan salah satu bagian yang dianggap menjadi pemisah dan halangan. Padahal, sebagai negara kepualauan, air sesungguhnya adalah bagian yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lainnya dalam negara dengan budaya maritim.

Dalam kuliah berjudul Maps of the Emergence of the Filipino Nation, Sejarawan Ambeth Ocampo mengungkapkan bahwa Indonesia, Filipina, dan negara kepulauan lain di Asia Tenggara merupakan tempat yang terisolasi sampai bangsa-bangsa dari barat datang.

Pada saat itu, Spanyol ke Filipina, Belanda ke Indonesia. Kemudian, Inggris dan Prancis juga datang ke kawasan ini dan membagi-baginya menjadi negara-negara merdeka. Dengan kata lain, negara-negara di Asia Tenggara adalah negara yang lahir dari pengalaman kolonial.

Baca juga: Sejarawan Ambeth Ocampo Beri Kuliah di Kedutaan Besar Filipina, Ungkap Hubungan Maritim Kuno

“Semuanya adalah negara yang diterima secara lokal. Semuanya adalah negara yang lahir dari pengalaman kolonial. Jadi ketika saya melihatnya, bahkan hingga awal abad ke-20, Anda akan melihat warna peta, tempat mana yang Prancis, Spanyol, Amerika, dan lain-lain,” ujarnya.

Aksi para pendatang dari barat itu memberikan dampak signifikan terhadap kawasan Asia Tenggara, dan terus diajarkan ke banyak generasi pada saat ini. Sekolah-sekolah mengajarkan bahwa Filipina adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau berbeda.

Dalam peta, air menjadi pemisah antara satu tempat dengan tempat yang lain. Masyarakat mendapatkan pelajaran bahwa pulau-pulau dipisahkan oleh air. Di peta, tempat-tempat yang terdapat didalamya juga menunjukkan jalur perairan yang berbeda-beda.

Namun, sesungguhnya, Filipina bukan negara kepualauan yang terpisah, tetapi negara kepulauan yang saling terhubung dengan air. Tidak hanya antara satu pulau dengan pulau yang lain yang ada di Filipina, negara ini juga terhubung dengan negara-negara kepulauan lain di kawasan Asia Tenggara melalui air. “Ini adalah salah satu hal yang telah kita lupakan,” katanya. .

Baca juga: Ini Harapan Dubes Filipina Adakan Kuliah Bersama Sejarawan Ambeth Ocampo


Keterhubungan

Berbeda dengan anggapan banyak orang pada saat ini, masyarakat pada masa lalu menganggap air adalah bagian dari jalur yang saling menghubungkan. Jauh sebelum orang Spanyol datang, jalan raya negara kepulauan di Filipina adalah air – bukan jalan dan jembatan seperti sekarang.

Air adalah jalan yang saling menghubungkan antara satu tempat dengan tempat lain, bukan memisahkan. “Saya rasa ini adalah sesuatu yang kita miliki bersama, tidak hanya dengan Indonesia, tetapi dengan semua negara kepulauan,” ujar Ocampo.

Keterhubungan antara negara-negara di Asia Tenggara itu dapat terlihat dari banyak hal, seperti bahasa dan budaya. Pada saat ini, ada banyak kata yang sama antara Filipina dan Indonesia, seperti pintu, payung, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, penyebutan angka-angka antara Filipina dan Indonesia juga memiliki kemiripan antara satu dengan yang lain. “Jika Anda berasal dari Pampanga, tempat asal ayah saya, bahasa kami paling mirip dengan bahasa Indonesia,” ujarnya.

Ambeth Ocampo mengungkapkan, hubungan antara Indonesia dan Filipina juga dapat terlihat dari karateristik kapal-kapal yang terdapat dalam dinding Candi Borobudur. Karakteristik kapal yang ada di salah satu candi terbesar di dunia itu mirip dengan kapal yang ada di Filipina kuno.

Dengan begitu, dia meyakini ada hubungan di suatu tempat. Namun, arkeolog perlu mempelajari lebih dalam tentang hal itu. Kesamaan lain adalah terkait metode penangkapan ikan, cara memperlakukan laut, dan juga hasil laut.

Kebudayaan antara Filipina dan Indonesia bisa mengalami kesamaan lantaran budaya maritim masyarakat Asia Tenggara sebelum era kolonialisme.

“Ya, karena budaya maritim dan sebelum Belanda datang, sebelum Spanyol datang, saya yakin ada hubungan antara Asia Tenggara yang terlindungi,” katanya.

Budaya maritim antara wilayah yang ada di kawasan Asia Tenggara pada saat itu membuat ada kesamaan antara Indonesia dan Filipina, baik dari sisi bahasa, makanan, dan cara pandang. Pada saat itu, terdapat proses pengiriman antara satu wilayah dengan wilayah lain melalui jalur laut.

Para pedagang dari Indonesia yang datang ke Filipina kuno pada saat itu bisa jadi mempengaruhi budaya yang ada di Filipina. Mereka sudah datang jauh sebelum Spanyol datang ke Filipina. Tidak hanya itu, salah satu tokoh Indonesia, yakni Tan Malaka pernah ke Filipina sebelum Perang Dunia II.

“Jadi, ada banyak sejarah antara kedua negara yang perlu kita teliti [Lebih lanjut]," ujarnya. 

Dia mengungkapkan, penting bagi semua pihak untuk memahami budaya maritim yang ada di wilayah Asia Tenggara, terlebih terkait dengan konflik Laut China Selatan. Dengan paham budaya maritim yang ada, jauh sebelum China mengeklaim garis wilayah negara-negara di beberapa tempat, Asia Tenggara sudah bekerja, menangkap ikan, dan hidup dalam budaya maritim.

Baca juga: Merayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Filipina-Indonesia dengan Membatik Bersama

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Faktor Pemicu Asam Lambung Naik dan Solusi untuk Meredakannya

BERIKUTNYA

Farid Stevy dan Momen Kebangkitan Band Jenny di Panggung Musik

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: