Sejarawan Ambeth Ocampo Beri Kuliah di Kedutaan Besar Filipina, Ungkap Hubungan Maritim Kuno
21 September 2024 |
19:10 WIB
Kedutaan besar Filipina di Jakarta mendatangkan sejarawan Ambeth Ocampo untuk memberikan kuliah dalam acara bertajuk Maps and the Emergency of the Filipino Nation di Kedutaan Besar Filipina, Jakarta, pada Sabtu, 21 September 2024. Sang sejarawan membicarakan tentang Peta dan budaya maritim.
Ahli sejarah Filipina itu mengatakan bahwa dia berbicara tentang west map atau peta yang dibuat oleh negara-negara Barat dan cara peta tersebut berpengaruh terhadap pembangunan negara. Selain itu, Ambeth Ocampo juga berbicara tentang budaya maritim yang ada di Filipina dan juga Indonesia.
"Salah satu hal yang ingin saya bicarakan adalah Filipina dan Indonesia, bahkan sebelum Belanda datang ke sini atau Spanyol datang ke sini, kita sudah memiliki kapal sendiri," katanya di Jakarta, Sabtu (21/09/2024).
Baca Juga: Merayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Filipina-Indonesia dengan Membatik Bersama
Baca Juga: Merayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Filipina-Indonesia dengan Membatik Bersama
Dia mengungkapkan, banyak orang berpikir bahwa pulau-pulau dipisahkan oleh udara ketika orang-orang dari negara Barat datang dan memberikan peta. Namun, semua pihak akan menyadari bahwa ada air yang menghubungkan antara negara-negara di Asia Tenggara sebelum masa penjajahan.
Dia mengatakan bahwa air menyatukan semua negara dan wilayah di Asia Tenggara. Namun, bangsa dari barat yang datang menjajah membawa jalan dan roda.
Menurutnya, orang-orang di Asia Tenggara sudah tahu cara menggunakan air sebagai jalan raya sebelum bangsa dari barat datang. Jadi, dia menegaskan bahwa Filipina dan Indonesia berbagi budaya maritim itu.
"Seperti ketika saya pergi ke Borobudur dan saya melihat gambar-gambar kapalnya, beberapa karakteristik kapal-kapal itu juga seperti kapal-kapal Filipina kuno. Jadi saya yakin ada hubungannya di suatu tempat. Namun, hal itu lebih untuk dipelajari oleh para arkeolog kita," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa ada banyak hubungan antara Filipina dan Indonesia. Namun, masyarakat Filipina tidak banyak tahu tentang Indonesia. Padahal, mereka mengetahui tentang barat, Spanyol, Amerika Serikat, dan sebagainya.
Menurutnya, pedagang dari Indonesia sudah ada yang datang ke Filipina sebelum kedatangan bangsa Spanyol. "Sebelum Perang Dunia II, Tan Malaka pernah ke Filipina. Jadi, ada banyak sejarah antara kedua negara yang perlu kita teliti," ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang sejarah antara Indonesia dan Filipina baru diketahui setelah dirinya tinggal di Indonesia pada 2011. Pada saat itu, dia sedang mempelajari tentang uang di Bank Indonesia, yakni cara negara-negara memasukkan angka dalam uang dan alasannya.
Pada saat itu, dia menyadari ada banyak persamaan antara Filipina dan Indonesia. Sebagai contoh, banyak kata dalam bahasa Indonesia atau di Filipina yang memiliki arti serupa, seperti pintu, payung, dan sebagainya.
"Jadi saya berpikir, bagaimana mungkin kita tidak tahu tentang tetangga kita sama sekali? Dan di Filipina, ada provinsi bernama Pampanga, dan mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda, mereka tidak berbicara bahasa Filipina," ujarnya.
Dia menilai bahwa Bahasa Filipina adalah bahasa yang paling dekat dengan bahasa Indonesia. Jadi, dia mengungkapkan kedekatan bahasa memiliki arti adanya suatu hubungan pada suatu waktu. Namun, dia mengaku masih belum mengetahui secara pasti.
"Jadi, saya kira banyak pelajar muda yang tertarik mempelajari hubungan antara Filipina dan Indonesia agar kita dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan tentang kedua negara kita," ujarnya.
Untuk diketahui, kuliah dari Ambeth Ocampo bertema Maps and the Emergency of the Filipina Nation diadakan oleh Kedutaan Besar Filipina di Jakarta, Indonesia alam rangka memperingati HUT ke-75 Hubungan Diplomatik antara Filipina dan Indonesia, dan perayaan tahunan Bulan Peduli Bangsa Maritim dan Kepulauan (MANA Mo) setiap September.
Kedutaan Besar Filipina di Jakarta bekerja sama dengan Museum Bahari di Jakarta untuk menyelenggarakan diskusi ceramah sebagai acara sampingan dari pameran “Pameran Sementara Arthefact 3.0, Kapal-kapal Monumental: Warisan Budaya Bersama, Berbagi Kenangan” yang diselenggarakan oleh Museum Bahari Jakarta, Indonesia.
Arthefact 3.0 adalah pameran tahunan yang memiliki tujuan untuk menunjukkan seni instalasi kapal-kapal megah sepanjang sejarah dan menekankan budaya maritim Indonesia dan negara-negara lain.
Untuk memamerkan kekayaan warisan maritim Filipina yang membentuk identitasnya sebagai sebuah negara dan kesamaan antara Filipina dan Indonesia sebagai negara maritim, Kedutaan Besar Filipina mengundang Ambeth Ocampo dan menyampaikan kuliah.
Ambeth Ocampo merupakan profesor ternama, sejarawan publik, dan kurator independen yang penelitiannya tentang Filipina abad ke-19: seni, budaya, dan orang-orang yang berperan dalam kelahiran negara tersebut.
Baca Juga: Melihat Keseruan Warga Filipina Membatik
Editor: M. Taufikul Basari
Baca Juga: Melihat Keseruan Warga Filipina Membatik
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.