Ilustrasi perpustakaan (Sumber foto: Unsplash/Jessica Ruscello)

Perpustakaan di Indonesia: Mengapa Tak Menjadi Magnet Bagi Masyarakat?

19 September 2024   |   17:29 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Bagi sebagian orang, perpustakaan sering kali terasa seperti tempat yang asing. Seolah-olah hanya akademisi atau pelajar yang menganggap penting untuk berkunjung ke sana. Atau, mungkin tempat ini kurang menarik untuk dikunjungi. Padahal, Indonesia memiliki lebih dari 170.000 perpustakaan yang tersebar di berbagai daerah.

Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak kedua di dunia setelah India. Setiap tahunnya, jumlah perpustakaan ini terus bertambah. Namun, kuantitas tampaknya belum cukup. Ada banyak hal yang perlu diperbaiki agar perpustakaan ini bisa berkembang optimal, terutama dalam menarik minat masyarakat untuk datang dan memanfaatkan koleksi bukunya.

Baca juga: 4 Perpustakaan Berdesain Futuristik di Dunia yang Lengkap dan Megah

Perpustakaan dan minat baca adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Ketika perpustakaan ramai dikunjungi, gairah membaca masyarakat pun meningkat. Namun, di Indonesia, situasinya masih jauh dari ideal. Berdasarkan laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), nilai budaya literasi di Indonesia pada 2022 mencapai 57,4 poin, meningkat 5,7?ri tahun sebelumnya.

Meski demikian, angka kunjungan ke perpustakaan tetap sangat rendah, dengan hanya 3,99% penduduk yang tercatat mengunjungi perpustakaan atau taman bacaan masyarakat.

Angka ini menunjukkan bahwa perpustakaan belum menjadi tempat yang menarik bagi masyarakat. Ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan hal ini, salah satunya adalah kurangnya pengelolaan yang baik.

Banyak perpustakaan di Indonesia masih terbatas pada fungsi mengoleksi buku atau arsip, tanpa menghadirkan suasana yang menarik untuk berkegiatan. Perpustakaan seharusnya bisa menjadi ruang publik yang menarik, tempat di mana masyarakat merasa nyaman untuk beraktivitas, belajar, atau sekadar bersantai.

Sebagai perbandingan, Singapura bisa menjadi contoh yang baik. Negara ini memiliki tingkat literasi yang sangat tinggi, dengan siswa-siswa yang dikenal sebagai pembaca terbaik di dunia. Pada 2023, perpustakaan di Singapura mencatat 19,8 juta kunjungan, dengan perpustakaan mini dan pop-up yang tersebar di lebih dari 100 lokasi.

Tingginya kunjungan ini tidak lepas dari berbagai program menarik yang ditawarkan, seperti program literasi untuk anak-anak dan orang tua, serta lokasi perpustakaan yang mudah diakses oleh masyarakat.

Pengelolaan perpustakaan yang baik terbukti dapat meningkatkan minat masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai sumber pengetahuan. Indonesia mungkin bisa belajar dari hal ini. Pengelolaan perpustakaan seharusnya tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga menciptakan program-program yang berkelanjutan dan menarik.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah mulai menunjukkan upaya dalam membenahi perpustakaan. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perpustakaan terus bertambah. Pemerintah juga telah menyusun Peta Jalan Pembudayaan Literasi, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk program literasi berbasis keluarga, pendidikan, dan masyarakat. Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial oleh Perpusnas juga bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan produktif.

Seiring dengan perayaan Hari Literasi Internasional pada 8 September lalu, sudah saatnya perpustakaan-perpustakaan di Indonesia berbenah. Perpustakaan harus mampu mengubah wajahnya menjadi lebih atraktif dan menjadi magnet bagi masyarakat untuk berkunjung.

Dari kunjungan yang rutin, diharapkan budaya membaca pun akan tumbuh dengan sendirinya. Pada akhirnya, perpustakaan di Indonesia tidak hanya unggul secara jumlah, tetapi juga dalam kualitas, sehingga menjadi pusat literasi yang relevan dan menarik bagi masyarakat.

Baca juga: Daftar 5 Perpustakaan Terbesar di Dunia, China Masuk

Editor: Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Fendi dan Marni Hadirkan Deretan Busana Klasik dan Megah di Milan Fashion Week 2025

BERIKUTNYA

Instax Mini Link 3, Printer Mini Smartphone dari Fujifilm yang Punya Efek AR

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: