Ada banyak jenis layanan fotografi yang saat ini dibutuhkan publik. (Sumber gambar: Pexels/Louis-Charles Blais)

Bisnis Fotografi Freelance Kian Bersinar di Era Media Sosial

19 September 2024   |   09:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Lanskap bisnis fotografi kini semakin berkembang pesat. Keberadaan media sosial dan semakin luasnya ruang digital membuka peluang baru, membuat jasa fotografi semakin diminati oleh masyarakat. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para fotografer freelance untuk meraih keuntungan.

Meningkatnya permintaan untuk konten visual, juga membuat bisnis fotografi memainkan peran penting dalam industri pemasaran, media, dan hiburan. Banyak usaha kecil dan menengah (UMKM) hingga skala besar juga mencari fotografer untuk meningkatkan citra merek mereka.

Baca juga: Hypereport: Potret Dunia Freelancer, Intip Suka Duka Menjadi Pekerja Lepas

Fotografer Zami Hermanda mengatakan, tren bisnis fotografi memiliki beberapa karakteristik yang mencerminkan dinamika industri kreatif Indonesia. Ada banyak jenis layanan fotografi yang saat ini dibutuhkan publik. Seperti fotografi pernikahan, produk, iklan, mode, hingga potret dan keluarga.

Menurut pengelola Studio Samudera Creative itu, media sosial memiliki peran penting dalam mempromosikan karya-karya fotografer freelance. Tak hanya itu, platform seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan Pinterest juga telah menjadi alat pemasaran utama bagi mereka.

"Namun, bagi para fotografer yang serius biasanya mereka membuat situs web pribadi atau blog untuk menampilkan portofolio. Di platform tersebut mereka menawarkan layanan untuk memudahkan klien dengan jangkauan yang lebih luas," katanya.

Lulusan salah satu kampus swasta di Jakarta itu mengatakan telah menggeluti bisnis ini sejak 2018. Awalnya, dia bekerja di sebuah agensi yang pemasukannya cukup berbeda jauh setelah dia menjadi fotografer lepas untuk berbagai produk fesyen lewat studio yang dibangun sendiri.

Sejauh ini dia memang menyasar market dari berbagai jenama kecantikan atau proyek pribadi yang diinginkan oleh konsumen. Sebagai bentuk promosi dia juga memberikan pilihan paket satuan dan langganan untuk sekali proyek yang biasanya dikerjakan dalam waktu satu bulan.

Adapun untuk biaya jasanya dipatok mulai dari Rp5 juta-Rp6 juta untuk sekali proyek dengan 6-7 foto dan video berdurasi di atas 2 menit. Selain itu, dia juga memberikan paket perjam yang berkolaborasi dengan model hingga make up artis dengan tarif mulai dari Rp1 jutaan.

"Kita juga menawarkan konsep fotografi, alih-alih hanya jasa semata. Proyeknya pun tidak hanya fotografi, tapi juga video yang biasanya dijadikan sebagai portofolio bisnis yang konsumen sedang bangun." katanya.

Evolusi Medsos

Selaras, fotografer lepas Reza Fitriyanto mengatakan, peran medsos cukup banyak memengaruhi bisnis fotografi. Dia mengungkap evolusi Instagram, Twitter/X, Tiktok hingga Youtube telah menjadi media utama pengenalan produk, serta sumber informasi utama masyarakat.

Melihat potensi itulah mantan jurnalis foto ini kemudian terjun ke bisnis fotografi dengan memonetize karya-karyanya di sebuah akun medsos bernama demakijo.cc. Namun, berbeda dengan Dami, Reza justru mengambil segmentasi pasar yang lebih spesifik, yakni di bidang fotografi olahraga sepeda.

"Saya biasanya kasih patokan harga setengah hari atau sekitar 6 jam yang dimulai dari Rp1,5 juta. Proyek ini juga tergantung durasi dan bidang olahraga apa serta detil-detil lain yang dibutuhkan klien," katanya.

Reza menuturkan dampak teknologi dan tren terbaru dalam fotografi memang cukup luas. Oleh karena itu dia tidak bisa merinci seperti apa dampaknya terhadap praktik bisnis ini yang kini juga sudah memiliki banyak keragaman visual yang mengikuti tren style fotografi.

Dia mencontohkan, untuk diunggah ke medsos tren fotografi dan videografi saat ini lebih banyak menuntut 'mobile friendly' yang menggunakan aspek rasio vertikal 16:9. Padahal sebelum tren ini muncul, klien biasanya memilih video yang berorientasi mendatar atau lanskap.

"Singkatnya, tren fotografi yang saya terapkan ketika masih jadi jurnalis pada 2013-2017 tidak semua bisa diaplikasikan karena harus menyesuaikan dan adaptasi dengan berbagai hal yang baru," katanya.

Baca juga: 10 Pertanyaan yang Harus Kalian Jawab sebelum Jadi Freelancer

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Industri Penerbitan Buku Terjepit Regulasi dan Penurunan Minat Baca

BERIKUTNYA

Harga & Spesifikasi BMW i5 Touring yang Meluncur di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: