Residensi Pelaku Budaya Indonesia-Melanesia Dihelat dalam Program Harmony in the Pacific
12 September 2024 |
13:35 WIB
Kolaborasi budaya antara Indonesia Melanesia terus berlangsung cukup signifikan. Berbagai kegiatan seperti pertukaran budaya hingga kerja sama antar lembaga pemerintah juga terus digencarkan untuk memperkuat hubungan antar negara, serta mempromosikan pemahaman lintas budaya.
Terbaru, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI Suva melalui program Harmony in the Pacific.Program ini dihelat untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Pasifik.
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, ihwal diadakannya program ini bukan hanya sekadar memperkenalkan kebudayaan Indonesia, tetapi juga belajar dan berkolaborasi dengan negara-negara tetangga kita di Pasifik, sehingga antar negara bisa saling belajar dan menghargai kekayaan budaya masing-masing.
Baca juga Sinefil Merapat, Ratusan Film Terbaik Asia Pasifik Ramaikan JAFF 2023
Hilmar mengungkap, residensi tersebut akan diselenggarakan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung di Labuan Bajo dan Maumere pada 9 s.d 17 September 2024, di mana para peserta akan berkolaborasi dengan komunitas seni lokal seperti VIDEOGE Arts & Society dan Komunitas KAHE.
Sementara itu, tahap kedua akan berlanjut di Suva, Fiji, dari 18 hingga 28 September 2024, dengan dukungan dari Fiji Arts Council. Hasil kolaborasi ini akan ditampilkan dalam dua showcase, salah satunya di acara resepsi diplomatik oleh KBRI Suva pada 27 September 2024.
“Kebudayaan adalah jembatan yang menghubungkan manusia dan bangsa. Inisiatif ini juga untuk memperkuat kesalingpahaman dan mendorong lahirnya karya-karya baru yang mencerminkan nilai-nilai dan warisan budaya bersama,"katanya dalam siaran tertulis.
Selain residensi, rangkaian kegiatan Harmony in the Pacific juga mencakup Diskusi Warisan Gastronomi dan Demo Memasak pada 25 September 2024 di The University of South Pacific, Suva, Fiji. Ini merupakan program diskusi pertama yang diadakan untuk membangun hubungan budaya dan diplomasi Indonesia dengan negara-negara Pasifik.
Diskusi ini akan melibatkan Helianti Hilman dan Chef Charles Toto, serta tokoh gastronomi dari Fiji, untuk menunjukkan kekayaan warisan kuliner yang dimiliki bersama oleh Indonesia dan negara-negara Pasifik. Dalam program ini juga akan dilakukan pemutaran dan diskusi film karya sineas Indonesia.
Harmony in the Pacific merupakan kerja pendekatan kebudayaan dan warisan bersama lewat program residensi budaya. Tahun ini, residensi tersebut akan mengantar 15 seniman musik/bunyi dan 10 seniman tari/gerak untuk saling bertukar gagasan pengetahuan serta membangun jejaring yang lebih luas.
Para peserta residensi terdiri dari negara Indonesia, Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, Kiribati, Nauru, dan Tuvalu. Mereka semua telah melalui proses kurasi oleh kurator yang mumpuni di bidangnya yaitu Nyak Ina Raseuki dan Josh Marcy yang juga merupakan kurator dari Pekan Kebudayaan Nasional.
Sebagai tambahan informasi, kolaborasi budaya antara Indonesia dan Melanesia sudah banyak dilakukan kedua belah pihak. Media dan seni juga menjadi jembatan penting dalam kolaborasi tersebut. Kesamaan budaya antar wilayah ini juga bisa menjadi peluang untuk saling memahami dan melahirkan karya-karya baru.
Baca juga: Menebar Semangat Bluepreneur Anak Muda di Wilayah Pasifik
Editor: Puput Ady Sukarno
Terbaru, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI Suva melalui program Harmony in the Pacific.Program ini dihelat untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Pasifik.
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, ihwal diadakannya program ini bukan hanya sekadar memperkenalkan kebudayaan Indonesia, tetapi juga belajar dan berkolaborasi dengan negara-negara tetangga kita di Pasifik, sehingga antar negara bisa saling belajar dan menghargai kekayaan budaya masing-masing.
Baca juga Sinefil Merapat, Ratusan Film Terbaik Asia Pasifik Ramaikan JAFF 2023
Hilmar mengungkap, residensi tersebut akan diselenggarakan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung di Labuan Bajo dan Maumere pada 9 s.d 17 September 2024, di mana para peserta akan berkolaborasi dengan komunitas seni lokal seperti VIDEOGE Arts & Society dan Komunitas KAHE.
Sementara itu, tahap kedua akan berlanjut di Suva, Fiji, dari 18 hingga 28 September 2024, dengan dukungan dari Fiji Arts Council. Hasil kolaborasi ini akan ditampilkan dalam dua showcase, salah satunya di acara resepsi diplomatik oleh KBRI Suva pada 27 September 2024.
“Kebudayaan adalah jembatan yang menghubungkan manusia dan bangsa. Inisiatif ini juga untuk memperkuat kesalingpahaman dan mendorong lahirnya karya-karya baru yang mencerminkan nilai-nilai dan warisan budaya bersama,"katanya dalam siaran tertulis.
Harmony for the Pacific literally begins today.
— Dupito Simamora (@SimamoraDupito) September 9, 2024
Twelve young talents from @FijiJakarta, #PNG, #Vanuatu, #SolomonIslands, @TuvaluGov, @Republic_Nauru and #NewCaledonia are now in #Maumere and #Bajo, East Nusa Tenggara, Indonesia for training together. @hilmarfarid @IlanKiloe pic.twitter.com/mFAPJvHAUq
Selain residensi, rangkaian kegiatan Harmony in the Pacific juga mencakup Diskusi Warisan Gastronomi dan Demo Memasak pada 25 September 2024 di The University of South Pacific, Suva, Fiji. Ini merupakan program diskusi pertama yang diadakan untuk membangun hubungan budaya dan diplomasi Indonesia dengan negara-negara Pasifik.
Diskusi ini akan melibatkan Helianti Hilman dan Chef Charles Toto, serta tokoh gastronomi dari Fiji, untuk menunjukkan kekayaan warisan kuliner yang dimiliki bersama oleh Indonesia dan negara-negara Pasifik. Dalam program ini juga akan dilakukan pemutaran dan diskusi film karya sineas Indonesia.
Harmony in the Pacific merupakan kerja pendekatan kebudayaan dan warisan bersama lewat program residensi budaya. Tahun ini, residensi tersebut akan mengantar 15 seniman musik/bunyi dan 10 seniman tari/gerak untuk saling bertukar gagasan pengetahuan serta membangun jejaring yang lebih luas.
Para peserta residensi terdiri dari negara Indonesia, Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, Kiribati, Nauru, dan Tuvalu. Mereka semua telah melalui proses kurasi oleh kurator yang mumpuni di bidangnya yaitu Nyak Ina Raseuki dan Josh Marcy yang juga merupakan kurator dari Pekan Kebudayaan Nasional.
Sebagai tambahan informasi, kolaborasi budaya antara Indonesia dan Melanesia sudah banyak dilakukan kedua belah pihak. Media dan seni juga menjadi jembatan penting dalam kolaborasi tersebut. Kesamaan budaya antar wilayah ini juga bisa menjadi peluang untuk saling memahami dan melahirkan karya-karya baru.
Baca juga: Menebar Semangat Bluepreneur Anak Muda di Wilayah Pasifik
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.