Intip 5 Profil Seniman Muda yang Karyanya Hadir di Art Jakarta Gardens 2023
06 February 2023 |
23:10 WIB
2
Likes
Like
Likes
Pameran seni Art Jakarta Gardens akan kembali digelar pada 7-12 Februari 2023 di Hutan Kota by Plataran, Jakarta. Mengusung pameran dengan konsep ruang terbuka, Art Jakarta Gardens 2023 akan memamerkan sejumlah karya yang didominasi oleh patung dan seni instalasi dari 22 galeri.
Sejumlah galeri yang berpartisipasi di antaranya Andis Gallery, ArtSerpong Gallery, CAN'S Gallery, A+ Works of Art, Gudang Gambar, Museum of Toys, Nadi Gallery, Semarang Gallery, dan RUCI Art Space.
Art Jakarta Gardens tahun ini juga akan menjadi ajang ruang pamer bagi sejumlah karya seni dari para seniman berbakat baik dalam maupun luar negeri. Meski usia mereka masih terbilang muda, karya-karya mereka telah menjadi buruan kolektor. Siapa sajakah mereka? Berikut adalah 5 profil seniman muda yang karyanya akan dipamerkan di Art Jakarta Gardens 2023.
Baca juga: Karya 5 Maestro Patung Bakal Hadir di Art Jakarta Gardens 2023, Cek Profilnya
Seniman asal Banyuwangi, Jawa Timur, ini mulai merintis kariernya di dunia seni rupa saat menempuh studi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Beberapa tahun terakhir ini, namanya mencuri perhatian sejumlah penikmat dan kolektor seni karena karya-karyanya yang tampak atraktif, ngepop, dengan ciri khas tokoh kartun bermata besar.
Meski karya-karyanya berwarna-warni dan tampak menyenangkan, isu atau wacana yang diusung oleh sang seniman cukup serius seperti kritik sosial, perilaku sosial, hingga hubungan sosial masyarakat. Karya-karyanya terlihat surealis pop yang dikerjakan dengan terampil dalam gaya ilustratif dan identik dengan dunia anime.
Selain di Indonesia, karya-karya Ryo juga telah melanglang buana ke berbagai pameran di beberapa negara seperti Filipina, Taiwan, Singapura, Thailand, China, dan Malaysia.
Seniman kelahiran New York, Amerika Serikat dan memiliki darah keturunan Bali ini terkenal karna karya-karya lukisannya yang kental dengan aliran formalisme. Pantulan, simetri, dan motif eksotis lazim ditemukan di karya-karya seni publik pertamanya seperti Isokon Dreams di Borough of Camden, London (2007), dan Party Surprise di Canterbury Christchurch University, Britania Raya (2006).
Karya-karya terkininya masih bertemakan pola dan geometri tetapi mulai menggunakan referensi sejarah, misalnya mengambil warna dan bentuk dari arsitektur karya John Nash abad ke-18 sampai film-film Hollywood seperti Breakfast at Tiffany's.
Tak hanya di Indonesia, karya-karya Sinta juga telah dipamerkan di berbagai negara hingga mendapatkan penghargaan seperti Shortlisted for the Jerwood Contemporary Painting Prize (2010), Westminster Civic Award for Public Arts in London (2007), dan The Deutsche Bank Pyramid Award in Fine Art (2006).
Seniman lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung ini berfokus mengeksplorasi pemasukan material baru seperti polyresin dan akrilik ke dalam praktik artistiknya yang sebelumnya terkonsentrasi pada ukiran batu.
Gabriel telah mengikuti beberapa pameran nasional dan internasional. Dia juga berpartisipasi dalam program residensi seniman di Sungai Segget Public Art Programs, Johor Bahru, Malaysia (2017). Pada tahun 2018, dia melakukan dua pameran tunggal berturut-turut, KONTRAS MATERI (Orbital Dago, Bandung) dan SELA SAWALA (CG Art Space, Jakarta). Dia juga terlibat dalam Melbourne Design Week 2022 sebagai pameran terbarunya.
Yim Yen Sum merupakan seniman asal Malaysia yang terkenal dengan karya-karya instalasi tekstilnya yang mengeksplorasi hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dia juga kerap menyampaikan kritik sosial tentang hancurnya hubungan manusia dengan lingkungan karena pembangunan besar-besaran.
Pada 2016, Yim menerima hadiah utama UOB Painting of the Year 2016 (Malaysia) dengan karya media campurannya bertajuk The Floating Castle dan memenangkan hadiah utama US$25.000 dan residensi di Fukuoka Asian Art Museum. Karyanya ini mencoba menekankan permasalahan ekosistem kebudayaan dan tradisi yang semakin rapuh serta terancam.
Seniman lulusan arsitek interior ini terkenal berkat karya-karyanya yang mengeksplorasi pendekatan arsitektur dengan menggabungkan bentuk geometris, garis, dan warna. Gambarnya secara spontan merespons lingkungannya dan menggunakan pengalaman sehari-harinya atau hal apa pun yang muncul di benaknya, sebagai titik awal dari karyanya.
Karya-karyanya dicirikan oleh penggunaan bentuk tanpa garis yang dikenali melalui penggunaan berbagai warna-warna cerah. Tak hanya di Indonesia, karya-karyanya juga telah dipamerkan di sejumlah pameran di beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat. Pada 2019, dia menjadi Top 100 Le Grand Prix du Carré Hermès dan Top 40 Juried Competition - LACDA di Los Angeles, AS.
Baca juga: Wawancara Khusus Fair Director Art Jakarta Gardens Tom Tandio: Pasar Seni di Indonesia akan Tumbuh Masif
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Sejumlah galeri yang berpartisipasi di antaranya Andis Gallery, ArtSerpong Gallery, CAN'S Gallery, A+ Works of Art, Gudang Gambar, Museum of Toys, Nadi Gallery, Semarang Gallery, dan RUCI Art Space.
Art Jakarta Gardens tahun ini juga akan menjadi ajang ruang pamer bagi sejumlah karya seni dari para seniman berbakat baik dalam maupun luar negeri. Meski usia mereka masih terbilang muda, karya-karya mereka telah menjadi buruan kolektor. Siapa sajakah mereka? Berikut adalah 5 profil seniman muda yang karyanya akan dipamerkan di Art Jakarta Gardens 2023.
Baca juga: Karya 5 Maestro Patung Bakal Hadir di Art Jakarta Gardens 2023, Cek Profilnya
1. Laksamana Ryo
Seniman asal Banyuwangi, Jawa Timur, ini mulai merintis kariernya di dunia seni rupa saat menempuh studi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Beberapa tahun terakhir ini, namanya mencuri perhatian sejumlah penikmat dan kolektor seni karena karya-karyanya yang tampak atraktif, ngepop, dengan ciri khas tokoh kartun bermata besar.Meski karya-karyanya berwarna-warni dan tampak menyenangkan, isu atau wacana yang diusung oleh sang seniman cukup serius seperti kritik sosial, perilaku sosial, hingga hubungan sosial masyarakat. Karya-karyanya terlihat surealis pop yang dikerjakan dengan terampil dalam gaya ilustratif dan identik dengan dunia anime.
Selain di Indonesia, karya-karya Ryo juga telah melanglang buana ke berbagai pameran di beberapa negara seperti Filipina, Taiwan, Singapura, Thailand, China, dan Malaysia.
2. Sinta Tantra
Seniman kelahiran New York, Amerika Serikat dan memiliki darah keturunan Bali ini terkenal karna karya-karya lukisannya yang kental dengan aliran formalisme. Pantulan, simetri, dan motif eksotis lazim ditemukan di karya-karya seni publik pertamanya seperti Isokon Dreams di Borough of Camden, London (2007), dan Party Surprise di Canterbury Christchurch University, Britania Raya (2006).Karya-karya terkininya masih bertemakan pola dan geometri tetapi mulai menggunakan referensi sejarah, misalnya mengambil warna dan bentuk dari arsitektur karya John Nash abad ke-18 sampai film-film Hollywood seperti Breakfast at Tiffany's.
Tak hanya di Indonesia, karya-karya Sinta juga telah dipamerkan di berbagai negara hingga mendapatkan penghargaan seperti Shortlisted for the Jerwood Contemporary Painting Prize (2010), Westminster Civic Award for Public Arts in London (2007), dan The Deutsche Bank Pyramid Award in Fine Art (2006).
3. Gabriel Aries Setiadi
Seniman lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung ini berfokus mengeksplorasi pemasukan material baru seperti polyresin dan akrilik ke dalam praktik artistiknya yang sebelumnya terkonsentrasi pada ukiran batu.Gabriel telah mengikuti beberapa pameran nasional dan internasional. Dia juga berpartisipasi dalam program residensi seniman di Sungai Segget Public Art Programs, Johor Bahru, Malaysia (2017). Pada tahun 2018, dia melakukan dua pameran tunggal berturut-turut, KONTRAS MATERI (Orbital Dago, Bandung) dan SELA SAWALA (CG Art Space, Jakarta). Dia juga terlibat dalam Melbourne Design Week 2022 sebagai pameran terbarunya.
4. Yim Yen Sum
Yim Yen Sum merupakan seniman asal Malaysia yang terkenal dengan karya-karya instalasi tekstilnya yang mengeksplorasi hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dia juga kerap menyampaikan kritik sosial tentang hancurnya hubungan manusia dengan lingkungan karena pembangunan besar-besaran.Pada 2016, Yim menerima hadiah utama UOB Painting of the Year 2016 (Malaysia) dengan karya media campurannya bertajuk The Floating Castle dan memenangkan hadiah utama US$25.000 dan residensi di Fukuoka Asian Art Museum. Karyanya ini mencoba menekankan permasalahan ekosistem kebudayaan dan tradisi yang semakin rapuh serta terancam.
5. Harishazka Fauzan
Seniman lulusan arsitek interior ini terkenal berkat karya-karyanya yang mengeksplorasi pendekatan arsitektur dengan menggabungkan bentuk geometris, garis, dan warna. Gambarnya secara spontan merespons lingkungannya dan menggunakan pengalaman sehari-harinya atau hal apa pun yang muncul di benaknya, sebagai titik awal dari karyanya.Karya-karyanya dicirikan oleh penggunaan bentuk tanpa garis yang dikenali melalui penggunaan berbagai warna-warna cerah. Tak hanya di Indonesia, karya-karyanya juga telah dipamerkan di sejumlah pameran di beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat. Pada 2019, dia menjadi Top 100 Le Grand Prix du Carré Hermès dan Top 40 Juried Competition - LACDA di Los Angeles, AS.
Baca juga: Wawancara Khusus Fair Director Art Jakarta Gardens Tom Tandio: Pasar Seni di Indonesia akan Tumbuh Masif
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.