Refleksi Perjalanan Artistik Lini Natalini Widhiasi dalam Pameran Infinity Yin Yang
04 September 2024 |
07:00 WIB
Pameran tunggal Infinity Yin Yang dari perupa Lini Natalini Widhiasi resmi dibuka di Galeri Nasional (GNI) Indonesia, Jakarta. Ajang seni ini berlangsung pada 3 September sampai 3 Oktober 2024 di Gedung A Galeri Nasional. Seteleng ini menampilkan karya-karya tiga dimensi berukuran semi gigantik.
Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, ekshibisi ini sudah dipersiapkan sejak 2023. Sebagai seniman, Lini sebelumnya juga pernah melakukan pameran kolektif di Galeri Nasional Indonesia beberapa tahun silam dengan sejumlah perupa di Tanah Air.
Menjadi pameran perdana sejak GNI diubah menjadi badan layanan umum (BLU) di bawah Indonesia Heritage Agency, Jarot mengungkap publik juga sudah banyak yang melakukan registrasi untuk mengunjungi pameran meski berbayar. Momen ini menurutnya menandakan bahwa masyarakat mulai sadar akan kesenian yang semakin baik.
Baca juga: Perupa Lini Natalini Widhiasi Pameran Tunggal di Galeri Nasional Indonesia
Jarot menjelaskan, adanya tarif untuk pengunjung tersebut nantinya akan dialokasikan untuk memperbaiki layanan dan fasilitas GNI. Momen ini menurutnya menjadi kesempatan untuk melihat lanskap seni rupa Tanah Air agar menjadi lebih baik ke depannya.
Sementara itu, dari segi artistik Jarot mengungkap karya Lini kali ini akan berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Alih-alih menggunakan kanvas sebagai media untuk berkarya, perupa asal Surabaya itu bakal menghadirkan sejumlah karya yang lebih banyak menggunakan media alumunium dengan ukuran yang cukup besar.
"Kami yakin dengan sistem baru ini masyarakat bisa berkontribusi langsung terhadap perbaikan dan peningkatan layanan yang diberikan. Intinya semua dana yang masuk ke GNI atau Museum Cagar Budaya akan dikembalikan lagi ke masyarakat," katanya saat press tour pada Selasa, (3/9/24).
Selaras, kurator pameran Citra Smara Dewi mengatakan berbeda dari karya-karya sebelumnya, kali ini sang seniman lebih memilih aluminium dan stainless sebagai gagasan berkarya. Momentum ini menururutnya tak lepas dari pola pencarian artistik Lini yang tak pernah terbendung untuk tetap mengaktualisasikan diri seturut zaman.
Citra menjelaskan, Lini selalu mencari hal-hal baru dalam berkarya dan tak mengenal kata akhir. Di mana dia bermutasi dari satu bentuk kreativitas ke kreativitas lainnya. Bahkan, bidang kanvas juga tak mampu membendung petualangan karyanya yang terus bergulir dari satu medium ke medium yang lain.
Dari segi material dan teknik, sang seniman juga mengopyok perbendaharaan artistik yang ada untuk dimasukan ke bidang karyanya. Mulai dari cat, yang dicipratkan secara langsung menjadi bahasa ekspresif, atau membuat figur-figur bentuk di atas alumunium yang dilukisnya dengan corak khas.
"Jika dibandingkan dengan karya perupa Indonesia yang menggunakan alumunium, karya Lini mengandung narasi cerita. Dan itu tidak saya lihat di perupa-perupa lain, yang lebih banyak mengeksplorasi abstrak," katanya.
Momen ini salah satunya terefleksi dalam karya berjudul Journey of Life (mix media, tanpa ukuran) yang terdapat di sebelah pintu masuk gedung A GNI. Lewat karya tersebut sang seniman menampilkan gerak yang dinamis dari bunga, daun, dan sekawanan burung yang terbang di antara objek-objek yang membujur.
Sebagaimana judulnya, karya ini seolah merefleksikan perjalanan hidup yang kadangkala berjalan lurus atau bengkok. Bahkan sesekali juga mengalami pasang surut hingga lika-liku yang menguji ketahanan seseorang untuk tetap berdaya juang dengan kekuatannya sendiri di tengah gebalau dunia yang makin susah dimengerti.
Dalam refleksi lain, sang seniman juga menuangkan kegelisahannya terhadap sangkan paran, atau dari dan ke mana hidup akan berakhir. Ini terejawantah dalam karya berjudul Infinity Yin Yang, yang melambangkan keseimbangan dan harmoni antar sesuatu yang tampaknya berlawanan, tapi saling melengkapi.
Menjadi karya yang dibuat dalam ukuran gigantik, karya tersebut seharusnya dipasang menjadi satu bentuk yang utuh. Namun, karena keterbatasan ruang, akhirnya dipisah menjadi beberapa bagian yang semuanya masih berkaitan, dan berakhir laiknya perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal.
Kali lain, sebagai perupa perempuan sang seniman juga mempresentasikannya lewat karya Awakening yang berada di fasad utama galeri. Berdimensi sekitar 5 x 4,4 meter karya ini, menggambarkan spirit kebangkitan lewat sosok perempuan yang menengadah, dengan mata terpejam dan tangan mengatup ke langit.
Total, pada seteleng kali ini Lini menampilkan 13 karya instalasi dengan ukuran besar, rata-rata tinggi karya sekitar 2-4 meter, dan lebar karya bervariasi mulai dari 2 meter hingga 18 meter. Ihwal penggunaan medium tersebut menurut sang seniman juga terjadi tanpa kesengajaan, yakni saat bertemu dengan tukang patri.
"Banyak media yang saya coba saat itu, mulai dari resin, batang kayu, dan grafir di atas kaca, tapi tidak ada yang cocok dengan saya. Sampai suatu saat saya bertemu pak Aris, seorang pembuat dandang dan plat nomor. Dari sinilah saya belajar banyak darinya dengan pendekatan artistik yang saya eksplorasi sendiri," kata Lini.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra mengatakan, ekshibisi ini sudah dipersiapkan sejak 2023. Sebagai seniman, Lini sebelumnya juga pernah melakukan pameran kolektif di Galeri Nasional Indonesia beberapa tahun silam dengan sejumlah perupa di Tanah Air.
Menjadi pameran perdana sejak GNI diubah menjadi badan layanan umum (BLU) di bawah Indonesia Heritage Agency, Jarot mengungkap publik juga sudah banyak yang melakukan registrasi untuk mengunjungi pameran meski berbayar. Momen ini menurutnya menandakan bahwa masyarakat mulai sadar akan kesenian yang semakin baik.
Baca juga: Perupa Lini Natalini Widhiasi Pameran Tunggal di Galeri Nasional Indonesia
Jarot menjelaskan, adanya tarif untuk pengunjung tersebut nantinya akan dialokasikan untuk memperbaiki layanan dan fasilitas GNI. Momen ini menurutnya menjadi kesempatan untuk melihat lanskap seni rupa Tanah Air agar menjadi lebih baik ke depannya.
Sementara itu, dari segi artistik Jarot mengungkap karya Lini kali ini akan berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Alih-alih menggunakan kanvas sebagai media untuk berkarya, perupa asal Surabaya itu bakal menghadirkan sejumlah karya yang lebih banyak menggunakan media alumunium dengan ukuran yang cukup besar.
"Kami yakin dengan sistem baru ini masyarakat bisa berkontribusi langsung terhadap perbaikan dan peningkatan layanan yang diberikan. Intinya semua dana yang masuk ke GNI atau Museum Cagar Budaya akan dikembalikan lagi ke masyarakat," katanya saat press tour pada Selasa, (3/9/24).
Dari kiri. Perupa Lini Natalini Widhiasi, Kurator Citra Smara Dewi, dan Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra saat press tour bersama awak media di Galeri Nasional Indonesia, Selasa, (3/9/24). (sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)
Selaras, kurator pameran Citra Smara Dewi mengatakan berbeda dari karya-karya sebelumnya, kali ini sang seniman lebih memilih aluminium dan stainless sebagai gagasan berkarya. Momentum ini menururutnya tak lepas dari pola pencarian artistik Lini yang tak pernah terbendung untuk tetap mengaktualisasikan diri seturut zaman.
Citra menjelaskan, Lini selalu mencari hal-hal baru dalam berkarya dan tak mengenal kata akhir. Di mana dia bermutasi dari satu bentuk kreativitas ke kreativitas lainnya. Bahkan, bidang kanvas juga tak mampu membendung petualangan karyanya yang terus bergulir dari satu medium ke medium yang lain.
Dari segi material dan teknik, sang seniman juga mengopyok perbendaharaan artistik yang ada untuk dimasukan ke bidang karyanya. Mulai dari cat, yang dicipratkan secara langsung menjadi bahasa ekspresif, atau membuat figur-figur bentuk di atas alumunium yang dilukisnya dengan corak khas.
"Jika dibandingkan dengan karya perupa Indonesia yang menggunakan alumunium, karya Lini mengandung narasi cerita. Dan itu tidak saya lihat di perupa-perupa lain, yang lebih banyak mengeksplorasi abstrak," katanya.
Momen ini salah satunya terefleksi dalam karya berjudul Journey of Life (mix media, tanpa ukuran) yang terdapat di sebelah pintu masuk gedung A GNI. Lewat karya tersebut sang seniman menampilkan gerak yang dinamis dari bunga, daun, dan sekawanan burung yang terbang di antara objek-objek yang membujur.
Karya Lini Natalini Widhiasi berjudul Journey of life (mix media, tanpa ukuran). (sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)
Dalam refleksi lain, sang seniman juga menuangkan kegelisahannya terhadap sangkan paran, atau dari dan ke mana hidup akan berakhir. Ini terejawantah dalam karya berjudul Infinity Yin Yang, yang melambangkan keseimbangan dan harmoni antar sesuatu yang tampaknya berlawanan, tapi saling melengkapi.
Menjadi karya yang dibuat dalam ukuran gigantik, karya tersebut seharusnya dipasang menjadi satu bentuk yang utuh. Namun, karena keterbatasan ruang, akhirnya dipisah menjadi beberapa bagian yang semuanya masih berkaitan, dan berakhir laiknya perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal.
Kali lain, sebagai perupa perempuan sang seniman juga mempresentasikannya lewat karya Awakening yang berada di fasad utama galeri. Berdimensi sekitar 5 x 4,4 meter karya ini, menggambarkan spirit kebangkitan lewat sosok perempuan yang menengadah, dengan mata terpejam dan tangan mengatup ke langit.
Karya Lini Natalini Widhiasi berjudul Awakening (sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)
"Banyak media yang saya coba saat itu, mulai dari resin, batang kayu, dan grafir di atas kaca, tapi tidak ada yang cocok dengan saya. Sampai suatu saat saya bertemu pak Aris, seorang pembuat dandang dan plat nomor. Dari sinilah saya belajar banyak darinya dengan pendekatan artistik yang saya eksplorasi sendiri," kata Lini.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.