Moms, Begini Cara Bangun Jiwa Kepemimpinan dan Entrepreneuership pada Gen Alpha
03 September 2024 |
06:00 WIB
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, membekali Generasi Alpha dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi masa depan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan pendidik. Generasi ini, yang tumbuh dengan akses tak terbatas ke informasi, memerlukan pendekatan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan pola pikir.
Salah satu aspek penting yang perlu ditanamkan sejak dini adalah entrepreneurial mindset dan kepemimpinan. Kara Handali, Psikolog Pendidikan mengatakan bahwa anak-anak dari generasi ini memiliki kelebihan yang perlu dioptimalkan untuk membentuk karakter mereka.
Baca juga: 5 Drama dan Film Seru Tayang di VIU Juli 2024, Ada Good Partner dan Alpha Girls
Menurutnya, anak-anak Gen Alpha ini merupakan seorang independent learner yang terbiasa belajar sendiri karena cukup akrab dengan teknologi yang cepat. “Dengan kemudahan akses informasi, rasa penasaran mereka secara alami menjadi lebih luas, dan ini didukung oleh pola asuh yang lebih modern dan terbuka," jelas Kara.
Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship pada anak-anak Gen Alpha, Kara menekankan pentingnya membangun growth mindset sejak dini. Dalam situasi apapun, anak-anak harus diajarkan untuk melihat peluang dan mampu melakukan inovasi.
“Sebagai orang tua, kita perlu memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mandiri dan mencari solusi sendiri ketika menghadapi masalah, tanpa langsung memberikan bantuan," jelas Kara.
Selain itu, permainan yang bersifat project-based juga dianggap efektif membantu anak-anak memahami konsep-konsep kewirausahaan. Menurutnya, permainan yang melibatkan aktivitas fisik dan teknis, terutama yang hands-on, sangat penting untuk anak-anak usia dini hingga praremaja.
“Hal ini membantu mereka untuk belajar dari hal-hal konkret dan memberikan refleksi pada proses belajar yang mereka alami," ungkap Kara.
Sebagai generasi yang akan menjadi pemimpin di masa depan, Gen Alpha perlu dipersiapkan dengan baik melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik mereka. Dengan dukungan yang tepat dari orang tua dan lingkungan, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan yang kuat.
"Kuncinya adalah memberikan kesempatan bagi mereka untuk mandiri, serta terus mengasah curiosity dan kreativitas yang mereka miliki," tutur Kara Handali.
Kezia Tenggono, COO EduALL Junior mengatakan entrepreneurial mindset memang harus diasah sejak dini sebagai bekal mereka beradaptasi menghadapi tantangan di masa depan. Anak-anak perlu diajarkan untuk dapat berpikir kreatif dan solutif dalam menghadapi berbagai situasi sehari-hari.
Misalnya saja, bagaimana mereka dapat melihat tantangan sebagai peluang, atau mengidentifikasi kebutuhan di sekitar mereka serta menciptakan solusi yang inovatif.
Pola pikir entrepreneur tersebut juga mencakup membangun resilience, respons positif terhadap feedback, kerja tim, toleransi terhadap ambiguitas, pemecahan masalah, kreativitas, dan empati. Sebab, menurut Kezia, entrepreneurship pada anak-anak tidak melulus tentang mendapat keuntungan tetapi lebih kepada bagaimana mereka dapat mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi yang tepat.
"Salah satu fokus kami adalah mengasah entrepreneurial mindset pada anak-anak usia 5 hingga 12 tahun. Kami ingin membantu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan pada anak-anak melalui pendekatan yang menyenangkan dan berbasis riset sehingga mereka bisa menjadi project solver yang kreatif,” ucapnya.
Selain jiwa kewirausahaan, Kezia juga menekankan pentingnya social emotional learning pada anak. Bagaimana mereka bisa mengelola emosi, terutama saat menghadapi kegagalan atau tantangan yang sulit. Kemampuan ini sangat penting dalam membangun karakter pemimpin yang tangguh dan tidak mudah menyerah.
Baca juga: Menengok Peran Besar Generasi Alpha Indonesia Sebagai Bonus Demografi
EduALL Junior menggunakan pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan anak. Program ini juga didukung oleh psikolog pendidikan yang mengobservasi perkembangan setiap anak, sehingga proses belajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.
“Dengan dukungan dari psikolog pendidikan, orang tua dapat memahami perkembangan anak mereka secara lebih mendalam dan memberikan dukungan yang tepat di rumah,” ujar Kezia.
Editor: Fajar Sidik
Salah satu aspek penting yang perlu ditanamkan sejak dini adalah entrepreneurial mindset dan kepemimpinan. Kara Handali, Psikolog Pendidikan mengatakan bahwa anak-anak dari generasi ini memiliki kelebihan yang perlu dioptimalkan untuk membentuk karakter mereka.
Baca juga: 5 Drama dan Film Seru Tayang di VIU Juli 2024, Ada Good Partner dan Alpha Girls
Menurutnya, anak-anak Gen Alpha ini merupakan seorang independent learner yang terbiasa belajar sendiri karena cukup akrab dengan teknologi yang cepat. “Dengan kemudahan akses informasi, rasa penasaran mereka secara alami menjadi lebih luas, dan ini didukung oleh pola asuh yang lebih modern dan terbuka," jelas Kara.
Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship pada anak-anak Gen Alpha, Kara menekankan pentingnya membangun growth mindset sejak dini. Dalam situasi apapun, anak-anak harus diajarkan untuk melihat peluang dan mampu melakukan inovasi.
“Sebagai orang tua, kita perlu memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mandiri dan mencari solusi sendiri ketika menghadapi masalah, tanpa langsung memberikan bantuan," jelas Kara.
Selain itu, permainan yang bersifat project-based juga dianggap efektif membantu anak-anak memahami konsep-konsep kewirausahaan. Menurutnya, permainan yang melibatkan aktivitas fisik dan teknis, terutama yang hands-on, sangat penting untuk anak-anak usia dini hingga praremaja.
“Hal ini membantu mereka untuk belajar dari hal-hal konkret dan memberikan refleksi pada proses belajar yang mereka alami," ungkap Kara.
Sebagai generasi yang akan menjadi pemimpin di masa depan, Gen Alpha perlu dipersiapkan dengan baik melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik mereka. Dengan dukungan yang tepat dari orang tua dan lingkungan, mereka dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan yang kuat.
"Kuncinya adalah memberikan kesempatan bagi mereka untuk mandiri, serta terus mengasah curiosity dan kreativitas yang mereka miliki," tutur Kara Handali.
Kezia Tenggono, COO EduALL Junior mengatakan entrepreneurial mindset memang harus diasah sejak dini sebagai bekal mereka beradaptasi menghadapi tantangan di masa depan. Anak-anak perlu diajarkan untuk dapat berpikir kreatif dan solutif dalam menghadapi berbagai situasi sehari-hari.
Misalnya saja, bagaimana mereka dapat melihat tantangan sebagai peluang, atau mengidentifikasi kebutuhan di sekitar mereka serta menciptakan solusi yang inovatif.
Pola pikir entrepreneur tersebut juga mencakup membangun resilience, respons positif terhadap feedback, kerja tim, toleransi terhadap ambiguitas, pemecahan masalah, kreativitas, dan empati. Sebab, menurut Kezia, entrepreneurship pada anak-anak tidak melulus tentang mendapat keuntungan tetapi lebih kepada bagaimana mereka dapat mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi yang tepat.
"Salah satu fokus kami adalah mengasah entrepreneurial mindset pada anak-anak usia 5 hingga 12 tahun. Kami ingin membantu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan pada anak-anak melalui pendekatan yang menyenangkan dan berbasis riset sehingga mereka bisa menjadi project solver yang kreatif,” ucapnya.
Selain jiwa kewirausahaan, Kezia juga menekankan pentingnya social emotional learning pada anak. Bagaimana mereka bisa mengelola emosi, terutama saat menghadapi kegagalan atau tantangan yang sulit. Kemampuan ini sangat penting dalam membangun karakter pemimpin yang tangguh dan tidak mudah menyerah.
Baca juga: Menengok Peran Besar Generasi Alpha Indonesia Sebagai Bonus Demografi
EduALL Junior menggunakan pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan anak. Program ini juga didukung oleh psikolog pendidikan yang mengobservasi perkembangan setiap anak, sehingga proses belajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.
“Dengan dukungan dari psikolog pendidikan, orang tua dapat memahami perkembangan anak mereka secara lebih mendalam dan memberikan dukungan yang tepat di rumah,” ujar Kezia.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.