Ilustrasi generasi Alpha (Sumber gambar: Freepik)

Menengok Peran Besar Generasi Alpha Indonesia Sebagai Bonus Demografi

14 July 2023   |   21:13 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Dikelilingi oleh teknologi sejak kelahirannya, generasi Alpha ke depan akan tumbuh dewasa sebagai generasi yang paling melek digital dibanding generasi sebelumnya. Jumlah mereka juga akan makin besar dan diprediksi mencapai lebih dari 2 miliar pada akhir periodenya, yakni 2025.

Generasi Alpha dimulai pada tahun yang sama saat American Dialect Society menobatkan kata App (aplikasi) sebagai Word of The Year 2010, Instagram memulai debutnya, dan Apple merilis iPad-nya. Setelahnya, era 5G hingga artificial intelligence (AI) juga menemani masa tumbuh kembang mereka.

Baca juga: Moms, Kenali Anak Generasi Alpha & Cara Mendidiknya Yuk

Menurut United Nations, OECD, dan McCrindle, generasi Alpha paling banyak lahir dari India, China, dan Indonesia. Mengingat Indonesia akan menikmati bonus demografi, maka generasi Alpha juga akan menjadi generasi pengisi yang paling muda saat masa itu tiba.

Ketua Departemen Ekonomi CSIS Fajar B Hirawan mengatakan bahwa Indonesia memang akan diisi oleh mayoritas penduduk usia produktif pada 10 tahun hingga 20 tahun mendatang. Generasi Alpha adalah salah satu tulang punggung dalam menghidupi era bonus demografi tersebut.

Namun, bonus demografi benar-benar menjadi bonus ketika generasi pengisi era tersebut jika dibekali dengan keahlian spesifik dan dibutuhkan di lapangan kerja masa depan. Jika tidak, yang terjadi bisa sebaliknya.

“Generasi Alpha ini akan memiliki kontribusi besar pada bonus demografi jika mereka dibekali beberapa keahlian yang memang berkembang ke depannya. Selain itu, yang mesti dipikirkan adalah bagaimana mereka semua bisa diarahkan ke sektor ekonomi high-tech dan bagian dari sektor formal,” ucap Fajar.
 

Perubahan Arah Lapangan Kerja

 

a

Ilustrasi generasi Alpha (Sumber gambar: Freepik)

Menurut Fajar, transformasi struktural dalam ekonomi akan terjadi pada era bonus demografi. Meski demikian, arah perubahan itu sebenarnya sudah menampakkan diri sejak 2007-2008. Saat itu, sektor jasa dan teknologi (tersier) mulai menunjukkan dominasinya dibanding sektor industri manufaktur (sekunder) atau sektor pertanian (primer).

Jadi, jika dilihat tren ke depan, sektor yang beririsan dengan jasa dan teknologi akan memiliki dominasi yang lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, sektor yang lebih capital-intensive dan mampu menghasilkan high-tech product akan menjadi masa depan ekonomi dunia.

Menurut United Nations, OECD, dan McCrindle, ada beberapa jenis bidang pekerjaan yang dibutuhkan pada masa bonus demografi generasi Alpha. Beberapa di antaranya ialah cybersecurity specialist, UX manager, drone pilot, blockchain developer, data designer, virtual reality engineer, dan robotics mechanic.

Kemudian, bidang sleep technician, sustainability officer, driverless train operator, wellbeing manager, AI specialist, life simplified, urban farmer, dan space tourism agent juga akan cukup banyak dibutuhkan oleh dunia kerja.

Terkait dengan produktivitas generasi Alpha ke depan, sebenarnya ada banyak faktor yang memengaruhinya. Hal ini tergantung dari karakteristik tenaga kerja dan siklus bisnis ke depannya.

“Namun, kita perlu memastikan tenaga kerja di Indonesia lebih memiliki keahlian yang memenuhi kebutuhan perkembangan di masa depan,” kata Fajar.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Adu Gaya 5 Selebritas di Paris Haute Couture Fashion Week 2023

BERIKUTNYA

Segera Beroperasi, Cek Fakta Menarik LRT Jabodebek

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: