Konduktor Avip Priatna memimpin orkestra dalam Konser 15 Tahun Simfoni untuk Bangsa Melodi Milenium di Jakarta, Sabtu (31/8/2024). (sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Konser Simfoni untuk Bangsa: Melodi Milenium Hadirkan Nostalgia Band Era 2000-an bagi Generasi Muda

01 September 2024   |   10:32 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Ribuan orang bertempik sorak setelah lebih dari satu jam dihibur Jakarta Concert Orchestra dalam konser bertajuk Simfoni untuk Bangsa: Melodi Milenium. Konser ini menyajikan sepilihan tembang dari musisi Tanah Air dekade 2000-an, yang dihelat di Jakarta Concert Hall, iNews Tower, Sabtu (31/8/24) malam.

Lagu-lagu yang dipopulerkan Padi seperti Hitam, Sesuatu yang Indah, Mahadewi, Begitu Indah, dan Kasih Tak Sampai menjadi overture, atau karya pembuka dalam konser ini. Suara flute, trombon, biola, cello, hingga gitar berjejalin dalam irama yang khas dan selaras dipimpin oleh konduktor Avip Priatna.

Tanpa menunggu jeda, kelimun paduan suara masuk menjejali panggung dan menyanyikan lagu Sahabat Sejati dari Sheila On 7. Kurang lebih 50 remaja dari The Resonanz Children's Choir mengalunkan lagu tersebut setelah diaransmen ulang oleh Fero Aldiansya Stefanus sembari bergoyang di atas panggung.

Baca juga:  Dream Concert World in Japan 2024 Ditunda, Ini Alasannya

Arkian, secara berurutan lagu Masih (Sahabatku, Kekasihku) dari ADA band, AKu Pasti kembali dari Pasto, Air dan Api dari Naif, Jangan Menyerah dari D'Masiv, dan Khayalan dari The Grove mengalun. Suara penyanyi solo Jakarta Concert Orchestra, hingga Batavia Madrigal Singers (BMS) berhasil membuat penonton terbius.
 

Eusebio Chrysnamurti

Batavia Madrigal Singers (BMS) saat beraksi di konser Simfoni untuk Bangsa: Melodi Milenium pada Sabtu (31/8/2024). (sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)


Berselang-seling antar penyanyi dari berbagai grup itulah Melodi Milenium menghadirkan semacam nostalgia bagi generasi milenial yang besar dengan musik-musik MTV atau radio kesayangan. Kala itu pada dekade 2000-an Genhype mungkin kerap mendengar tembang-tembang di muka memuncaki tangga lagu musik Tanah Air.

Keunikan lain dari konser ini adalah hadirnya The Resonanz Children's Choir dari kelas Serunai yang terdiri dari anak-anak berusia 4-9 tahun. Dengan tingkah polos dan kepercayan diri yang kuat, mereka membawakan reportoire lagu Jangan Takut Gelap-Bintang yang dipopulerkan oleh Tasya ft. Duta Sheila on 7 dengan pola-pola yang menggemaskan.

Mengenakan setelan baju merah dan sepatu putih, rombongan anak-anak ini bernyanyi sambil sesekali menggoyangkan badan atau mengangkat tangan mengikuti irama musik. Rendah renyai suara mereka yang merdu sekaligus cempreng juga membuat beberapa penonton mengulum senyum, mengingat-ingat kenangan yang mengendap di kepala.

Total konser Melodi Milenium menyajikan sekitar 20 lagu yang merepresentasikan era keemasan bagi industri musik Indonesia itu. Penampilan solois Farman Purnama, Alexandra Januarvian, Dorothy Averina, dan Quinsha Hutasoit juga memberi warna tersendiri dalam konser ke-15 dari Jakarta Concert Orchestra itu.

ahah

The Resonanz Children's Choir dari kelas Serunai aat beraksi di konser Simfoni untuk Bangsa: Melodi Milenium pada Sabtu (31/8/2024). (sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)
 

Direktur Musik dan Konduktor Jakarta Concert Orchestra, Avip Priatna mengatakan dihadirkannya reportoire dari band-band populer era 2000-an tersebut adalah untuk mengenalkannya kembali pada generasi muda. Sebab, dekade tersebut merupakan era keemasan grup-grup musik karena meninggalkan jejak mendalam bagi sejarah musik Indonesia.

Adapun dari segi pengkurasian lagu, Avip mengandalalkan anak-anak BMS untuk memilih dan memilah tembang-tembang yang akan dimainkan karena mereka tumbuh pada era tersebut. Dari sinilah kemudian mereka mendiskusikan lagu-lagu apa saja yang akan dimainkan, dengan mengedepankan kontrasitas antar satu band dengan band lain.

Tak hanya itu, Avip juga memberi keleluasaan pada arranger untuk mengolah kekhasan setiap musik dari era tersebut dengan pola-pola yang mereka sukai. Sebab, alih-alih sekadar menyanyikan, mereka juga ingin menghadirkan pola pendekatan yang berbeda dalam berkreasi membawakan lagu, tanpa mengesampingkan pesan yang ingin disampaikan sang penulis.

"Saya pengen musik ini tidak hanya dikenal oleh remaja yang dulunya lahir pada dekade 2000-an, tapi anak-anak sekarang juga harus tahu. Namun sebagai music director saya harus memutuskan untuk memainkan lagu yang merepresentasikan era tersebut dengan warna-warna yang berbeda. Jadi kalau misalnya mirip-mirip tidak akan kita bawakan," katanya.

Baca juga: Genshin Concert Tour Kembali Digelar, Catat Tanggal Konsernya di Indonesia

Editor: Puput Ady Sukarno

 

SEBELUMNYA

Yoga atau Pilates, Mana yang Lebih Efektif untuk Membakar Lemak?

BERIKUTNYA

Daftar Peristiwa Penting Dunia pada 1 September, Ada Gempa Dahsyat di Jepang

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: