Perupa Natasha Tontey. (Sumber gambar: Museum MACAN)

Perupa Natasha Tontey Bakal Hadirkan Karya Terbesar di Museum MACAN

31 August 2024   |   16:38 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Perupa Natasha Tontey akan menggelar pameran tunggal perdana di Museum MACAN Jakarta. Ekshibisi yang diberi tajuk Primate Visions: Macaque Macabre atau yang berarti Larik Sungsang Kaum Primata itu akan berlangsung pada 16 November 2024 hingga 6 April 2025.
 
Larik Sungsang Kaum Primata merupakan karya komisi ciptaan Tontey untuk Audemars Piguet Contemporary, program komisi penciptaan karya seni kontemporer. Karya baru yang ekspansif dari perupa berdarah Minahasa ini akan menjelajahi kesinambungan ilmu primata dan fiksi spekulatif. 
 
Karya Tontey menyelidiki hubungan kompleks antara manusia dan alam, yang diungkapkan melalui interaksi yang rumit antara populasi monyet berjambul hitam Sulawesi dan adat tradisi wilayah Minahasa Selatan di Indonesia, tanah kelahirannya.

Baca juga: Sejuta Kisah di Balik Proses Berkarya Seniman Soyo Lee dan Syaiful Aulia
 
Melalui karya ini, Tontey mempertanyakan cara-cara kebudayaan leluhur dapat diselaraskan dengan pemahaman masyarakat atas dunia modern. Adapun, Audemars Piguet Contemporary telah bekerja sama dengan sang perupa dan Museum MACAN, di bawah koordinasi Venus Lau, untuk mempersiapkan presentasi karya ini di Jakarta. 
 
Natasha Tontey adalah seorang perupa kelahiran Minahasa yang berbasis di antara Jakarta dan Yogyakarta. Praktik artistiknya sebagian besar menelusuri sejarah dan mitos seputar ‘manufactured fear’ atau ‘ketakutan buatan’, bagaimana perasaan tersebut dibangun, difasilitasi, dan dibangkitkan.
 
Dalam karyanya, Tontey mengamati pergulatan yang subtil dan personal dari entitas dan makhluk yang terpinggirkan, menghadirkan berbagai kemungkinan alternatif di masa depan.
 
Dalam Primate Visions: Macaque Macabre, karya terbesarnya hingga saat ini, Tontey memanfaatkan estetika video game, video musik, fiksi fantasi, dan produksi swakriya untuk menjembatani budaya mistik masyarakat adat dengan budaya anak muda yang futuristik.
 
Proyeksi dan instalasi multi-layar ini akan menciptakan sebuah lingkungan yang imersif bagi para pengunjung, untuk mengeksplorasi latar dan kostum yang digunakan dalam film.

Dengan menggabungkan instalasi dan video multi-kanal, yang merupakan kali pertama dalam praktiknya, Tontey menciptakan sebuah lingkungan yang fantastis, menawarkan perspektif personal yang baru mengenai pandangan dunia terhadap pelestarian lingkungan dan warisan budaya.
 
Karya ini menjelajahi pembalikan hubungan kuasa antara makhluk hidup, monyet dan manusia, sebagaimana terlihat dari sudut pandang kebudayaan Minahasa. Monyet jambul hitam atau yang disebut Yaki dalam bahasa Minahasa, dianggap sebagai bagian dari struktur sosial dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat adat, sekaligus dianggap hama karena kerap turun ke desa dan mencuri hasil panen.
 

Perupa Natasha Tontey. (Sumber gambar: Museum MACAN)

Perupa Natasha Tontey. (Sumber gambar: Museum MACAN)

Hubungan ini semakin pelik dengan diakuinya Yaki sebagai spesies yang terancam punah, sehingga mendorong organisasi-organisasi internasional untuk menggalakkan pelestariannya. Dengan demikian, karya Tontey mengamati aneka sudut pandang yang bertentangan, menyoroti perbedaan antara perspektif dan praktik.
 
Natasha Tontey menuturkan Primate Visions: Macaque Macabre adalah upaya untuk membongkar, menyingkap, dan mengeksplorasi ketegangan antara manusia dan Yaki, monyet jambul hitam, di Minahasa, yang sering kali kontradiktif dan berpolemik. 
 
Karya ini, paparnya, bekerja dengan dinamika primatologi, ekofeminisme, dan teknologi melalui pendekatan fiksi spekulatif. "Primate Visions: Macaque Macabre adalah sebuah dunia yang menyenangkan sekaligus mengerikan, penuh dengan keganjilan radikal," katanya.
 
Venus Lau selaku Direktur Museum MACAN, menyampaikan di Museum MACAN, pihaknya percaya kekuatan seni dan budaya dapat menghubungkan manusia, memperluas sudut pandang, dan memicu dialog bermakna yang menumbuhkan pemahaman.
 
"Kolaborasi dengan Audemars Piguet Contemporary menggarisbawahi kesamaan komitmen kami atas visi ini," katanya. 

Baca juga: Eksplorasi Unik Seniman Arin Sunaryo Berkarya dengan Material Resin
 
Kurator Audemars Piguet Contemporary, Denis Pernet menuturkan bahwa pameran Tontey mendatang merupakan wujud perluasan program kuratorial ke wilayah baru pihaknya sekaligus merealisasikan konsep visioner sang perupa. Primate Visions: Macaque Macabre, lanjutnya, menandai pameran tunggal terbesar Natasha Tontey hingga saat ini yang menjadi tahapan menarik dalam perjalanan karier sang perupa.
 
"Kami percaya bahwa kreativitas membantu kita memahami diri kita sendiri dan dunia dengan cara yang berbeda. Kami tak sabar untuk mempersembahkan instalasi unik Natasha, yang mengajak kita untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan sesama makhluk hidup juga lingkungan," katanya.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

500 Vendor Pernikahan Tawarkan Paket Menarik di Jakarta Wedding Festival 2024

BERIKUTNYA

Rundown dan Cara Penukaran Tiket Fan Meeting Kim Ji-won di Jakarta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: