Alfredo & Isabel Aquilizan (Sumber gambar: Museum MACAN)

Profil Alfredo & Isabel Aquilizan, Pasangan Perupa Filipina yang Berpameran di Museum MACAN Jakarta

15 August 2023   |   11:07 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Nama Maria Isabel Gaudinez Aquilizan dan Alfredo Juan Aquilizan telah dikenal di kancah seni rupa Asia Tenggara. Mereka adalah pasangan perupa asal Filipina yang mulai aktif berkarya pada akhir 1990-an. Keduanya pindah ke Australia pada 2006 bersama dengan kelima anak mereka dan menetap di Negeri Kangguru hingga saat ini.

Sejak saat itu, mereka telah terlibat dalam berbagai pameran dan bienal di Australia dan dunia internasional. Kini, mereka menggelar pameran besar perdana di Indonesia bertajuk Somewhere, Elsewhere, Nowhere yang dihelat di Museum MACAN, Jakarta, hingga 8 Oktober 2023.

Baca juga: Pakai Material Bekas, Intip 5 Karya Pasangan Perupa Isabel & Alfredo Aquilizan di Museum MACAN

Eksibisi ini menampilkan sejumlah instalasi berskala besar, patung, dan seni gambar yang telah dibuat lebih dari 20 tahun praktik kolaboratif dari pasangan perupa ini.

Pengalaman perjalanan dan migrasi yang dilalui Isabel dan Alfredo turut memberikan pengaruh dalam membentuk perspektif unik yang dituangkan ke dalam karya-karya mereka yang berkutat pada persoalan lingkungan rumah dan keluarga. Dalam membuat karya, mereka kerap menggunakan material sederhana dan mudah ditemukan seperti kardus, sandal jepit, sikat gigi, dan selimut.

Bagi mereka, material-material ini merupakan medium sederhana yang dapat membangkitkan ide-ide mengenai identitas individu, sejarah, perjalanan, dan migrasi. Banyak karya dalam pameran ini yang dibuat dengan tangan baik melalui proses lokakarya ataupun dikerjakan dengan bantuan tangan para artisan.

Alfredo Juan Aquilizan adalah seorang seniman dengan spektrum kekaryaan yang luas meliputi gambar, melukis, memahat, mencampur media, perakitan hingga proyek instalasi. Dia memperoleh gelar sarjana seni rupa dari Philippine Women's University pada 1986 dan gelar master dari Polytechnic University di Norwich, Inggris. Saat ini, dia tengah menempuh studi doktoral di Universitas Griffith di Brisbane, Australia.

Sementara Maria Isabel Gaudinez Aquilizan adalah seorang guru dan seniman performans lulusan Seni Komunikasi di University of Assumption Filipina. Pengalamannya dalam berbagai seni pertunjukan dan berbagai praktik kerja kolaboratif, membuat dia akhirnya bekerja sama dengan sang suami, Alfredo, untuk membuat karya-karya instalasi lintas media dan material.

Karya-karya seni Alfredo dan Isabel kerap mengangkat tema tentang memori rumah dan negara. Memori ini dipandang sebagai proses ingatan yakni mengingat detail dan artefak dari sejarah hidup orang, tempat, dan pertemuan. 

Dalam melakukan proses artistiknya, dia berkolaborasi dengan orang-orang di sekitarnya dan menjalin hubungan di antara mereka. Menggunakan barang-barang keseharian seperti surat-surat, sandal bekas, sweater bayi, sikat gigi, dan selimut, Alfredo mencoba mengembalikan ekologi seni sebagai sistem interaksi, kritik timbal balik terhadap perbedaan, sekaligus wadah mengembangkan komunitas.
 


Semangat praktik seni kolaboratif yang diusung oleh Alfredo dan Isabel tentu tidak bisa dipisahkan dengan keputusan mereka untuk menjadi pasangan seniman. Dua latar belakang sosial yang berbeda dimana Isabel merupakan warga Filipina yang hidup dan tumbuh di perkotaan, sedangkan Alfredo besar di pedesaan, turut mempengaruhi gagasan mereka dalam berkarya.

Berangkat dari kerja sama itu, mereka pun lantas melebarkan spektrum etos tersebut menjadi satu konsep seni yang kolaboratif sekaligus saling memberdayakan orang-orang di lingkungan sekitar mereka. Isabel mengatakan dua latar belakang sosial yang berbeda dari keduanya itu akhirnya menciptakan memori sekaligus cara pandang yang berbeda namun tetap harmonis.

"Latar belakang Alfredo sebagai perupa dan saya yang pernah berkecimpung di seni pertunjukan juga turut membentuk kami memandang dunia," kata Isabel saat diwawancarai Hypeabis.id di Museum MACAN, Jakarta.

Sepanjang praktif kolaboratifnya, Isabel dan Alfredo telah menciptakan sejumlah karya instalasi berskala besar yang menyoroti gagasan mengenai rumah dan keluarga, identitas dan kepemilikan, perjalanan dan perpindahan, merasakan kehadiran dalam ketiadaan, dan akumulasi ingatan.

Sejak akhir 1990-an, keduanya telah terlibat dalam berbagai pameran dan bienal di Australia dan mancanegara. Proyek kolaboratif penting mereka dimulai dengan Project Be-longing (1997), yang kemudian dipamerkan di Sixth Havana Biennale, Havana, Kuba.

Setelah pindah ke Australia, mereka memulai proyek berikutnya berjudul Project Another Country (2008), yang kemudian berkembang menjadi In-Habit: Project Another Country (2012), sebuah pameran yang berkeliling museum dan ruang seni di Australia, di antaranya Sherman Contemporary Art Foundation di Sydney, Pinnacles Regional Art Gallery di Queensland, dan  21st Century Museum of Contemporary Art di Kanazawa.

Sejumlah karya Isabel dan Alfredo juga telah menjadi koleksi dari MAIIAM Museum of Art, Chiang Mai, Thailand, 21st Century Museum of Contemporary Art, Kanazawa, Jepang, Singapore Art Museum, Singapura,  The Cultural Center of the Philippines, Manila, Filipina, dan MSK, Museum of Fine Arts Ghent, Gent, Belgia.

Kini, perjalanan keduanya menapaki karier sebagai perupa pun telah menginjak usia dua dekade. Alfredo mengatakan sebagai seniman sekaligus pasangan suami-istri, keduanya kerap harus berbagai peran dengan seimbang antara bekerja untuk kesenian dan mengatur urusan domestik dan keluarga. Alih-alih menjadi sebuah tantangan, dia mengatakan tak jarang ide atau inspirasi karya-karya mereka justru datang dari rumah.

Diskusi-diskusi yang terjadi di rumah, begitupun dengan kebiasaan-kebiasaan menggunakan barang-barang tertentu turut mendorong mereka dalam menentukan material untuk karya-karya seni mereka. Hal ini pulalah yang turut menginspirasi mereka untuk mulai mengobservasi persoalan domestik dan dituangkan ke dalam karya-karya mereka.

Bagi Alfredo, sama seperti kehidupan, seni juga menjadi kesempatan dan wadah bagi keduanya untuk saling mengerti, memelihara sekaligus menguatkan sebuah hubungan antar sesama manusia.

"Kami telah bekerja bersama [sebagai pasangan] sejak anak-anak tumbuh dewasa. Ini adalah upaya sadar untuk bersatu dan menciptakan sesuatu," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Risiko Cedera Lutut Saat Berlari, Begini Cara Mencegahnya

BERIKUTNYA

Menikmati Momen Matahari Terbenam di Pinggir Tebing Obelix Hills

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: