Menerka-nerka Arti Cinta Bersama Teater Koma
30 August 2024 |
08:43 WIB
Teater Koma mengajak publik menerka-nerka arti cinta lewat lakon Tanda Cinta. "Masih adakah cinta di antara kita" menjadi pertanyaan yang terus disodorkan sepanjang pertunjukan. Menempel di kepala sepanjang menonton lakon ini yang berlangsung pada Kamis (29/8/2024) malam di Teater Salihara Jakarta.
Ini bukan kali pertama Tanda Cinta dipentaskan. Salah satu lakon monumental Teater Koma ini pertama kali dipentaskan pada 25-27 Juli 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Pertunjukan ini dibawakan secara khusus untuk menyambut hari jadi ke-27 pernikahan N. Riantiarno dan Ratna Riantiarno.
Baca juga: Matahari Papua & Refleksi Kemerdekaan Universal Ala Teater Koma
Baca juga: Matahari Papua & Refleksi Kemerdekaan Universal Ala Teater Koma
Meski menjadi kado pernikahan, lakon Tanda Cinta bukan semata membicarakan kisah romansa antara Nano dan Ratna. "Masih adakah cinta di antara kita" menjadi pertanyaan yang bisa bersifat pribadi, tapi bisa juga merupakan pertanyaan laten dari kita semua.
Jika tiada lagi cinta di antara kita, maka 'masa-masa gelap' mungkin masih akan terus berlangsung lama, dan kehadiran orang lain tak lagi punya arti. Pertanyaan yang tampaknya sederhana itu, menjadi penting dan bermakna bahkan sampai hari ini.
Pementasan lakon Tanda Cinta oleh Teater Koma di Teater Salihara Jakarta, Kamis (29/8/2024). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.
Lakon Tanda Cinta mengisahkan seorang suami yang terus mengajukan pertanyaan "masih adakah cinta di antara kita" kepada sang Istri. Lantaran tak kunjung mendapat jawaban yang memuaskan, Suami bertanya pada publik dengan menyebarkan pamflet cinta berisikan pertanyaan itu.
Namun, tidak sebuah pamflet pun yang kembali. Tidak ada jawaban yang datang. Ketika usia kian lanjut, Suami menyadari jawaban tidak perlu dicari terlalu jauh. Istri, yang setia mendampingi, adalah sumber berbagai jawaban. Segalanya bersumber dari cinta.
Menyaksikan pentas Tanda Cinta di satu sisi seperti melihat cuplikan kisah romansa Nano dan Ratna. Namun, di sisi lain, dialog dua pemain utamanya yang dilakonkan oleh Lutfi Ardiansyah dan Tuti Hartati, yang saling bersahutan sejatinya membicarakan cinta yang lebih universal. Cinta yang penting untuk hadir di antara sesama manusia.
Dengan cinta, pemimpin bisa mengayomi rakyatnya. Dengan cinta, orang tua akan terus menyayangi anaknya. Dengan cinta, orang-orang akan saling menjaga. Dengan cinta, segala keburukan seharusnya bisa dicegah. Dengan cinta, manusia, alam, dan makhluk hidup lainnya bisa hidup saling berdampingan. Dengan cinta, perang seharusnya tidak ada.
Namun, realitas kehidupan nyatanya tidak demikian. Banyak pemimpin yang tidak peduli dengan rakyatnya. Negara terus menyengsarakan rakyat. Banyak kerusakan terjadi hanya karena nafsu untuk memperkaya dan memuaskan ego segelintir orang. Konflik perang antarnegara masih ada dan krisis iklim semakin nyata.
Di titik itu, muncul pertanyaan "masih adakah cinta di antara kita". Pertanyaan tersebut yang terus diulang sepanjang pertunjukan seolah menjadi satire jika dihadapkan dengan kondisi kehidupan hari ini. Masih adakah cinta untuk bisa membuat dunia menjadi lebih 'terang' setelah melewati masa-masa gelap yang penuh kesulitan dan kesedihan.
Pementasan lakon Tanda Cinta oleh Teater Koma di Teater Salihara Jakarta, Kamis (29/8/2024). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.
Berbeda dengan pementasan-pementasan Teater Koma yang megah, Tanda Cinta menghadirkan pertunjukan yang terbilang minimalis. Selain dua pemain utama, terdapat juga sejumlah pembawa sentir yang memainkan teatrikal sekaligus menandai pergantian babak.
Kesan minimalis juga hadir dalam penggunaan iringan musik, tata panggung, dan tata lampu. Namun, hal itu justru menciptakan pementasan yang intim, dekat, dan intens. Beberapa larik puisi yang hadir di layar proyektor juga menambah kesan intim sekaligus romantis dari pertunjukan ini.
Rangga Riantiarno selaku sutradara mengatakan lakon Tanda Cinta dipilih untuk dipentaskan dalam Salihara International Performing-Arts Festival (SIP Fest) 2024 sebagai persembahan dirinya untuk mengenang sang ayah, Nano Riantiarno.
Selain itu, lakon ini juga dinilai cocok untuk dipentaskan di Teater Salihara yang memungkinkan tidak adanya jarak yang jauh antara pemain dan penonton. Plus, naskah dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam Tanda Cinta juga dianggap masih relevan dengan kondisi hari ini.
"Masih dalam suasana kita baru memperingati satu tahunnya papa kemarin 20 Januari 2024. Jadi memang tribute plus akhirnya pertanyaan-pertanyaan di dalam naskah juga cocok, baik secara untuk personal ataupun misalnya hal-hal yang lebih global gitu," katanya saat ditemui awak media di Teater Salihara usai pertunjukan, Kamis (29/8/2024).
Pementasan di Salihara menjadi pertunjukan Tanda Cinta yang keempat, setelah dibawakan tahun 2005, 2009, dan 2010. Rangga menuturkan pementasan Tanda Cinta kali ini tidak terlalu banyak mengalami perubahan, selain peran para penari yang digantikan oleh iringan musik dan playback.
Dari segi tata panggung, dia menggunakan set rancangan skenografer mendiang Syaeful Anwar yang digunakan pada pementasan tahun 2009. Begitupun properti-properti yang ada di panggung ialah benda-benda yang dipakai pada pertunjukan tahun 2005.
Termasuk, puisi-puisi yang dihadirkan juga masih sesuai dengan naskah aslinya yang digunakan sebagai media transisi antaradegan. "Tidak terlalu banyak perubahan, cuma penyesuaian posisi dan lampu," katanya.
Para kru dan pemain pementasan lakon Tanda Cinta oleh Teater Koma di Teater Salihara Jakarta, Kamis (29/8/2024). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.
Pada kesempatan yang sama, Ratna Riantiarno selaku konsultan produksi mengatakan meski dibuat dan dimainkan oleh mendiang Nano dan dirinya, lakon Tanda Cinta bisa dipentaskan kapan dan oleh siapa saja dengan interpretasi yang berbeda-beda tentang cinta.
"Tadi saya menonton yang pasti sedih ya karena ingat Mas Nano. Tapi saya menganggap mereka mencari [arti cinta] dengan caranya sendiri," katanya.
Ratna juga mengatakan bahwa lakon Tanda Cinta dibuat bukan hanya bicara soal romansa antarindividu, melainkan menyinggung juga soal cinta yang lebih luas, seperti perasaan cinta dengan negara dan lainnya yang menjadi sangat penting untuk menjadi pertanyaan bersama.
"Jadi memang ini bisa kelihatannya hanya soal kepentingan dua orang, tapi bisa juga kepentingan sebuah keadaan," imbuhnya.
Kurator Teater Komunitas Salihara Hendromasto Prasetyo menilai sebagai kelompok teater di Indonesia, Teater Koma telah cukup mapan dengan bentuk atau basis kreatifnya yang berangkat dari seni tradisi tontonan Indonesia. Sementara dari segi produksi, Teater Koma kerap menampilkan pertunjukan yang besar, melibatkan banyak pemain, dengan durasi yang cukup lama.
Namun, kata Hendro, lakon Tanda Cinta hadir berlawanan dengan itu semua. Pertunjukan ini dipentaskan dengan pemain yang sedikit, properti yang sederhana, dan mengangkat tema yang lebih universal yakni cinta. Berbeda dengan kebanyakan pementasan Teater Koma yang sarat akan tema-tema politik.
"Jadi ya kenapa [lakon Tanda Cinta] ini dianggap penting karena bentuk sama isiannya itu sangat berbeda dengan Teater Koma yang sebagaimana biasa kita tonton," katanya saat diwawancarai Hypeabis.id.
Adapun, lakon Tanda Cinta akan dipentaskan sebagai penutup rangkaian SIP Fest 2024 dari Komunitas Salihara. Pertunjukannya akan berlangsung selama dua hari yakni pada 30 dan 31 Agustus 2024 di Teater Salihara Jakarta. Tiket pertunjukannya bisa dibeli melalui situs tiket.salihara.org.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Adapun, lakon Tanda Cinta akan dipentaskan sebagai penutup rangkaian SIP Fest 2024 dari Komunitas Salihara. Pertunjukannya akan berlangsung selama dua hari yakni pada 30 dan 31 Agustus 2024 di Teater Salihara Jakarta. Tiket pertunjukannya bisa dibeli melalui situs tiket.salihara.org.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.