Aktor Reza Rahadian ikut orasi menolak pengesahan RUU Pilkada. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurrahman)

Waduh! Kebijakan Politik Negara yang Tidak Adil Bikin Trauma Hingga Masalah Mental

22 August 2024   |   21:37 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Situasi politik Indonesia yang sedang memanas akibat rencana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) revisi Undang Undang Pilkada membuat seluruh elemen masyarakat bersuara. Tidak hanya para guru besar, mahasiswa, komika, sineas perfilman, hingga influencer, yang turut bersama rakyat melayangkan protes keras terhadap keputusan ini, namun juga para psikolog. 

Di media sosial, sejumlah psikolog menjawab mengapa mereka atau masyarakat perlu bersuara. Seperti yang diungkapkan Psikolog Audrey Susanto dalam laman Instagramnya.

Dia menyebut situasi yang ada saat ini bisa menimbulkan trauma sistemik. Trauma ini terjadi ketika sekelompok besar orang mengalami tekanan psikologis akibat sistem atau struktur sosial yang menekan atau menindas. “Termasuk kekerasan politik yang berlangsung terus menerus,” tulisnya di Instagram, dikutip Hypeabis.id, Kamis (22/8/2024).

Baca Juga: Reza Rahadian Ikut Demo Tolak RUU Pilkada di Gedung DPR, Begini Isi Orasinya

Situasi penuh kekerasan terus menerus dikategorikan sebagai Continuous Traumatic Situation (CTS). CTS adalah kondisi dimana individu atau komunitas terpapar secara terus menerus terhadap kekerasan atau ketidakpastian. 

Paparan CTS yang terus menerus katanya sangat meningkatkan trauma, seperti kecemasan, merasa tidak aman, dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Dampaknya, trauma sistemik tidak hanya mempengaruhi masyarakat saat ini tetapi juga generasi berikutnya. Anak yang tumbuh di lingkungan kekerasan sering alami gangguan perkembangan emosional.   

Tidak hanya trauma sistemik, Psikolog Klinis Anastasia Satriyo mengungkapkan individu atau kelompok bisa mengalami trauma struktural yang mempengaruhi kesehatan mental.

“Trauma struktural yang sudah ada dapat diperparah oleh kejadian-kejadian politik terkini, terutama ketika masyarakat merasa bahwa hukum dan keadilan tidak ditegakkan dengan baik,” bunyi tulisan di postingan Anastasia.

Sementara itu, Psikolog Klinis Gisella Tani Pratiwi menerangkan menurut teori ekologis Urie Bronffenbrenner, manusia hidup dipengaruhi lingkungan sosialnya. 

Dari lingkungan sosial terdekat sampai sistem sosial yang luas seperti kebijakan sosial politik negara. Gisella lantas membeberkan sejumlah dampak psikologis jika kebijakan negara tidak berkeadilan dan melanggar peraturan. Apa saja? Simak ulasannya di bawah ini yuk, Genhype

 

1. Kehilangan Rasa Aman


Gisella dalam postingan di Instagramnya menyampaikan rasa aman datang dari ada keteraturan, keadilan, dan terpeliharanya hubungan sosial yang terpercaya. Terus menerus berada dalam situasi tidak aman dan mengancam, berisiko menciptakan dampak trauma kompleks. 

 

2. Berada dalam kondisi tidak stabil secara psikologis


Ketidakamanan psikologis memicu reaksi flight, fight or freeze, dimana yang utama adalah menyelamatkan diri. Pada kondisi ini, mudah terpicu secara emosional dan sulit berpikir logis. “Kesehatan mental berada dalam kondisi kurang fit,” sebutnya. 

 

3. Berada dalam kondisi penuh ketidakpastian


Ketidakpastian memicu rasa tidak aman secara psikologis dan menyebabkan reaksi tubuh otomatis berfungsi mempertahankan hidup. Kondisi ini menganggu banyak aspek psikologis dalam diri seseorang. “Bayangkan hal ini terjadi pada banyak individu dalam komunitas yang sama,” tulis Gisella.

Baca Juga: Deretan Artis & Influencer Tanah Air Yang Ikut Demo Tolak RUU Pilkada di DPR

Editor: M. Taufikul Basari 

SEBELUMNYA

Cara Menggulung Sushi Tanpa Makisu atau Tikar Bambu dengan Rapi

BERIKUTNYA

Plaza Indonesia Men's Fashion Week 2024 Digelar Mulai 2 September, Usung Tema Modern Gentleman

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: