Tim repatriasi Indonesia di Belanda siap memulangkan lagi koleksi benda-benda bersejarah yang selama ini disimpan di Belanda. (sumber gambar Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Riset & Produksi Pengetahuan Diperlukan Pasca Repatriasi Benda Bersejarah Indonesia-Belanda

20 August 2024   |   08:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Penikmat sejarah dan benda cagar budaya Indonesia sepertinya siap semringah tahun ini. Sebab tim repatriasi koleksi Indonesia di Belanda direncanakan akan kembali memulangkan benda-benda cagar budaya ke Tanah Air setelah melakukan diplomasi yang cukup alot.

Setelah tahun lalu Indonesia berhasil memulangkan 472 benda bersejarah, kini Tim Repatriasi yang diketuai I Gusti Agung Wesaka Puja, itu siap memulangkan lagi koleksi benda-benda bersejarah yang selama ini disimpan di Negeri Kincir Angin itu.

Baca juga: Indonesia Perlu Lebih Aktif Menggencarkan Repatriasi Benda Bersejarah

Diketahui, sebelumnya, pihak Indonesia sudah mengajukan daftar benda-benda cagar budaya yang terdiri dari 8 kluster untuk direpatriasi berdasarkan surat Ditjen Kebudayaan pada 1 Juli 2022. Namun, sejauh ini baru 4  klaster yang berhasil dipulangkan ke Tanah Air.

Keempat kluster itu adalah sebilah keris Klungkung, 4 arca Singhasari, 132 koleksi seni Pita Maha, dan 335 harta jarahan Lombok. Sedangkan, 4 klaster yang masih dalam tahap diskusi adalah Tali kekang Pangeran Diponegoro, Mahkota Kerajaan Luwu, Alquran milik Teuku Umar, dan Fosil Pithecanthropus Erectus (Manusia Jawa).

Anggota Tim Repatriasi Koleksi Indonesia di Belanda, Sri Margana mengatakan, saat ini pihaknya terus mengupayakan pengembalian 4 klaster tersebut. Kemungkinan besar benda-benda yang tahun ini bisa dipulangkan adalah patung Ganesha era Singhasari, Prasasti Damalung, dan patung Anusapati.

"Untuk fosil Manusia Jawa masih ada perdebatan mengenai status kepemilikan. Sebab masih ada perdebatan di antara para penasihat pemerintah di Belanda yang memandang bahwa benda tersebut tidak termasuk dalam kategori yang bisa dipulangkan," katanya.

Sejarawan Universitas Gajah Mada itu berharap, setelah dipulangkan nantinya juga ada tindak lanjut yang dilakukan negara terhadap benda-benda tersebut. Salah satunya dengan melakukan penelitian dan penulisan mengenai fungsi, nilai, dan konteks historis seturut zaman.
 

Sejumlah pengunjung menikmati koleksi arca di Museum Nasional (Sumber foto: JIBI/Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Sejumlah pengunjung menikmati koleksi arca di Museum Nasional (Sumber foto: JIBI/Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)
 

Momen setelah repatriasi inilah menurutnya yang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia. Sebab, jika tidak ditindaklanjuti dengan riset oleh ilmuwan, sejarawan, arkeolog, dan filolog, maka tidak akan ada produksi pengetahuan baru, sehingga cita-cita awal dari repatriasi hanya akan menjadi kejumudan.

"Benda-benda tersebut di Belanda kan cuma disimpan saja. Bahkan bagian besar tidak dipajang di museum, tapi ada di gudang museum. Kemudian kalau di sini nanti kondisinya sama saja, ya itu nggak akan menghasilkan apa-apa," imbuhnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid mengatakan, perwakilan tim repatriasi Indonesia saat ini memang sudah berangkat ke Belanda dan berkomunikasi langsung dengan tim pilot project, PROCE (Provenance Research on Objects of the Colonial Era), atau Commissie Koloniale Ceollecties.

Sebelumnya, Indonesia juga sudah mengirim surat batch ke-2 ke Belanda. Namun karena terjadi peralihan pemerintahan, pihaknya masih menunggu jawaban tersebut."Dengan kata lain surat kita belum dibalas. Tapi diperkirakan 2-3 minggu dari sekarang begitu mereka sudah punya posisi, akan langsung menindaklanjuti pengiriman itu," katanya.

Menurut Hilmar ihwal dari repatriasi ini juga bukan sekadar mengembalikan benda cagar budaya. Sebab, upaya repatriasi sudah berjalan signifikan antara kedua belah pihak. Oleh karena itu diperlukan cara baru untuk menarasikan dan memproduksi kembali pengetahuan seturut zaman, sebagai bentuk tanggung jawab pada publik.

"Kita bulan Oktober nanti juga merencanakan pameran dari benda-benda tersebut [di Museum Nasional] dengan narasi yang lebih solid. Itu sudah masuk dalam rencana. Mungkin juga akan ada penerbitan [buku] katalog dari benda-benda yang dikembalikan," jelasnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Mengintip Performa Laptop Gaming GTBOOK vs Predator Helios 18, Kuat Mana?

BERIKUTNYA

Wisata Goa Pindul, Dari Tempat Pembuangan Sampah Jadi Pembangkit Ekonomi Warga

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: