Gambaran suasana Goa Pindul. (Sumber gambar: X/GoaPindulJogjaa)

Wisata Goa Pindul, Dari Tempat Pembuangan Sampah Jadi Pembangkit Ekonomi Warga

20 August 2024   |   08:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Susur Goa Pindul menjadi salah satu objek wisata populer ketika berkunjung ke Yogyakarta. Terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, para pelancong bisa menikmati petualangan menyusuri sungai bawah tanah yang begitu mempesona.

Wisatawan akan diajak menyusuri sungai yang mengalir di dalam gua sepanjang 300 meter menggunakan ban pelampung atau disebut juga cave tubing, selama kurang lebih 45-60 menit. Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Mandiri Desa Bejiharjo Sariyanta, menyampaikan selama susur gua, wisatawan akan disuguhi pemandangan yang sangat indah, baik di zona terang, di zona remang, dan di zona gelap.

Baca juga: Menantang Adrenalin dengan Wisata Canyoneering di Curug Cikondang Cianjur

Di dalam gua ini terdapat beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, serta stalaktit dan stalagmit yang indah. Sebuah pilar raksasa yang terbentuk dari proses pertemuan stalaktit dan stalagmit yang usianya mencapai ribuan tahun menghadang di depan. 

Ketika sampai di tengah gua, ada tempat yang menyerupai kolam besar dan biasanya dijadikan tempat beristirahat. Wisatawan dapat berenang atau terjun dari ketinggian. Tiba di mulut keluar gua, wisatawan disambut Bendungan Banyumoto yang dibangun sejak jaman Belanda dengan latar belakang perbukitan karst. 

Wisata susur gua di aliran sungai bawah tanah ini terbilang aman. Sariyanta menyampaikan pihaknya menggunakan ban pelampung yang  bisa menahan beban hingga 150 kg. Pengunjung juga akan diberikan pelampung dan mendapatkan asuransikan. 

Setiap lima orang wisatawan pun didampingi satu orang pemandu wisata yang sudah bersertifikat untuk memastikan keamanan perjalanan.

Wisata Goa Pindul tidak lepas dari inisiatif warga bernama Subagyo. Bersama dengan teman-temannya, Tukidjo, Ratmin, dan Paryo, mereka berhasil mengubah goa yang awalnya menjadi tempat pembuangan sampah, menjadi tujuan favorit destinasi para wisatawan yang sedang berkunjung ke Yogyakarta dan membangkitkan ekonomi lokal sejak 2010 silam.
 

Sariyanta mengatakan sejak dibuka pada Oktober 2010, dampak yang dirasakan warga terbilang luar biasa. Hampir 1.000 orang terlibat dalam wisata Goa Pindul. 

Mematok harga tiket Rp40.000, dikalikan rata-rata 30.000 pengunjung, perputaran uang wisata susur gua melintasi aliran sungai bawah tanah ini mencapai Rp1,2 miliar per bulannya. UMKM di desa tersebut pun bangkit. Warga banyak yang berdagang, membuka penginapan, menjual kerajinan, dan menawarkan atraksi budaya seperti pentas tari, wayang, hingga ketoprak. 

Sariyanta menyampaikan sebelum ada obyek wisata Goa Pindul, hampir semua masyarakat setelah lulus sekolah melakukan urbanisasi. Sulit sekali mencari orang yang bisa mengembangkan desa ini. 

Begitu Goa Pindul dibuka dan dinyatakan menjadi destinasi wisata, masyarakat yang sempat merantau ke kota mencari pekerjaan akhirnya pulang untuk ikut membangkitkan Desa Bejiharjo. Selain itu, anak-anak desa yang dahulu hanya bisa menempuh pendidikan setingkat SMA, kini bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 

Pendapatan Desa Bejiharjo terbilang meningkat drastis akibat berdirinya wisata susur Goa Pindul ini. “Peningkatannya bisa 200% lebih, dulu sama sekali tidak ada,” ungkapnya. 

Dampak nyata ekonomi ini lantaran Wisata Goa Pindul sepenuhnya dijalankan dengan pemberdayaan masyarakat desa. Sariyanta memastikan model ini akan terus diperhatikan karena memang yang didorong adalah ekonomi masyarakat desa.

Ketika masyarakat desa merasakan dampak ekonomi ini, mereka pun semakin memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian aliran sungai bawah tanah Goa Pindul ini. Wisata ini pun telah mengantongi berbagai izin lingkungan seperti AMDAL. 

Sariyanta pun berharap seluruh wisata sungai di Indonesia memiliki standarisasi dengan menggunakan perizinan yang lengkap. Sebab,  banyak pengelolaan wisata yang beroperasi tetapi tidak ada perizinan. Dengan adanya perizinan yang jelas, kelestarian alam seperti sungai bisa terjaga dengan baik.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Riset & Produksi Pengetahuan Diperlukan Pasca Repatriasi Benda Bersejarah Indonesia-Belanda

BERIKUTNYA

Mengenal Subak, Warisan Budaya Dunia yang Jadi Tema Indonesia Bertutur 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: