4 Film Dokumenter Indonesia di Netflix, Ada Pulau Plastik dan Ice Cold Jessica Wongso
19 August 2024 |
12:10 WIB
Indonesia punya banyak film dokumenter berkualitas, beberapa di antaranya bisa disaksikan di platform streaming Netflix. Film dokumenter merupakan tayangan yang bertujuan untuk mendokumentasikan realitas, peristiwa nyata, atau kehidupan sehari-hari, dengan tujuan untuk menginformasikan, mendidik, atau memengaruhi penonton.
Film ini biasanya dibuat berdasarkan fakta, penelitian, dan wawancara dengan pihak yang terlibat sesuai konteks yang dibahas. Tayangan dokumenter sering kali mengeksplorasi berbagai topik dengan pendekatan yang objektif dan mendalam, meskipun beberapa dokumenter juga dapat mengandung perspektif subjektif dari pembuatnya.
Sejumlah film dokumenter Indonesia yang tayang di Netflix membahas mengenai berbagai topik, mulai dari sejarah, budaya, bencana alam, lingkungan hidup, hingga aksi kejahatan yang pernah menarik perhatian banyak orang di tanah air. Nah Genhype, berikut adalah empat film dokumenter Indonesia yang tayang di Netflix.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film & Serial Dokumenter di Netflix dengan Plot Twist yang Enggak Ketebak
Banda The Dark Forgotten Trail adalah sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh Lifelike Pictures, yakni Sheila Timothy dan Abduh Aziz. Disutradarai oleh Jay Subyakto dan naskahnya oleh Irfan Ramli. Sinematografernya dikerjakan oleh Ipung Rachmat Syaiful, serta didukung oleh Davy Linggar dan Oscar Motuloh.
Film ini mengisahkan sejarah panjang Kepulauan Banda di Maluku yang dimulai berabad-abad lalu. Kala itu, pala dari kawasan ini dianggap lebih berharga di pasar Eropa dibandingkan emas. Monopoli rempah-rempah oleh bangsa Arab dan konflik selama Perang Salib memicu Eropa untuk mencari sumber rempah-rempah langsung dari tempat asalnya. Nilai tinggi rempah-rempah menyebabkan persaingan sengit di antara bangsa-bangsa Eropa.
Kepulauan Banda, satu-satunya wilayah yang saat itu menghasilkan pala, menjadi pusat dari berbagai konflik. Bahkan, Belanda rela melepaskan kendali atas Nieuw Amsterdam (kini Manhattan, New York) untuk mengusir Inggris dari kepulauan ini.
Di Banda, terjadi pembantaian massal dan perbudakan pertama di Nusantara, menjadikannya sebagai saksi awal tumbuhnya semangat nasionalisme dan keragaman budaya yang mempengaruhi sejarah dunia.
Kemarin adalah film dokumenter Indonesia yang didasarkan dari peristiwa Tsunami Selat Sunda 2018. Film ini diganti judul Bahasa Inggris menjadi Tsunami Killed My Bandmates. Tayangan ini disutradarai Upie Guava dan diproduksi Mahakarya Pictures bekerjasama dengan Mahaka Media. Dokumenter ini ditayangkan perdana 3 Desember 2020 di bioskop seluruh Indonesia.
Menceritakan tentang perjalanan grup musik Seventeen dari awal masa berkariernya hingga masa perpisahan mereka yang tragis. Tsunami menewaskan tiga personel Seventeen, yakni M Awal Purbani (bas), Herman Sikumbang (gitar), Windu Andi Darmawan (drum). Dua orang kru, dan Dylan Sahara, istri Ifan Seventeen. Kala itu, Seventeen sedang mengisi salah satu acara perusahaan di kawasan Tanjung Lesung.
Kisah tragis Tsunami Banten 2018 direkam dalam 55 jam footage yang mengungkap cerita tentang persahabatan, perjuangan, perpisahan, dan pengorbanan yang dialami oleh anggota grup band Seventeen. Dokumenter ini juga memperlihatkan temuan dari kamera Andi yang merekam momen terakhir mereka sebelum bencana, termasuk saat mengerikan ketika tsunami menghantam panggung.
Tayangan ini juga dilengkapi dengan rekaman video MiniDV Seventeen sejak 2003, yang memiliki total lebih dari 50 jam rekaman, serta penggunaan CGI untuk menggambarkan adegan tsunami yang memilukan.
Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan adalah film dokumenter Indonesia rilisan 2021 yang diproduksi oleh Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan WatchdoC. Film disutradarai oleh Rahung Nasution dan Dandhy Dwi Laksono, sementara naskahnya oleh Nadia Astari.
Film ini menampilkan kisah tentang tiga aktivis yang menolak diam dan terus menggelorakan kampanye menolak plastik sekali pakai. Mereka adalah Gede Robi, vokalis band rock Navicula asal Bali, Tiza Mafira, pengacara muda asal Jakarta, dan Prigi Arisandi, ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Timur dalam menelusuri jejak sampah plastik.
Mereka ingin mengetahui sejauh mana jejak sampah plastik itu menyusup ke rantai makanan dan dampaknya terhadap kesehatan manusia, serta apa yang bisa dilakukan untuk menghentikannya.
Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso adalah sebuah film dokumenter Indonesia-Singapura 2023 yang disutradarai oleh Rob Sixsmith. Film ini mengulas berbagai pertanyaan tak terjawab seputar persidangan Jessica Kumala Wongso selama bertahun-tahun setelah kematian sahabatnya sendiri, Wayan Mirna Salihin. Dokumenter ini dirilis secara perdana pada 28 September 2023 di Netflix.
Film dimulai dengan menceritakan awal mula persahabatan Jessica Wongso dan Wayan Mirna Salihin. Jessica dan Mirna adalah teman kuliah yang kemudian menjadi teman dekat.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama, seperti wisata ke luar negeri. Pada 6 Januari 2016, Jessica dan Mirna bertemu untuk makan siang di Kafe Olivier. Jessica memesan dua cangkir kopi Vietnam, satu untuk dirinya dan satu untuk Mirna.
Setelah minum kopi, Mirna tiba-tiba merasa sakit dan muntah-muntah. Dia dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia karena keracunan sianida. Polisi kemudian menetapkan Jessica Wongso sebagai tersangka. Dia membantah tuduhan tersebut dan mengaku tidak bersalah.
Dokumenter ini juga menampilkan wawancara dengan pihak-pihak terkait, mulai dari ayah Mirna, jaksa, pengacara, dan sejumlah pakar.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film Dokumenter Seni yang Bikin Kalian Semangat Berkarya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Film ini biasanya dibuat berdasarkan fakta, penelitian, dan wawancara dengan pihak yang terlibat sesuai konteks yang dibahas. Tayangan dokumenter sering kali mengeksplorasi berbagai topik dengan pendekatan yang objektif dan mendalam, meskipun beberapa dokumenter juga dapat mengandung perspektif subjektif dari pembuatnya.
Sejumlah film dokumenter Indonesia yang tayang di Netflix membahas mengenai berbagai topik, mulai dari sejarah, budaya, bencana alam, lingkungan hidup, hingga aksi kejahatan yang pernah menarik perhatian banyak orang di tanah air. Nah Genhype, berikut adalah empat film dokumenter Indonesia yang tayang di Netflix.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film & Serial Dokumenter di Netflix dengan Plot Twist yang Enggak Ketebak
1. Banda: The Dark Forgotten Trail (2017)
Banda The Dark Forgotten Trail adalah sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh Lifelike Pictures, yakni Sheila Timothy dan Abduh Aziz. Disutradarai oleh Jay Subyakto dan naskahnya oleh Irfan Ramli. Sinematografernya dikerjakan oleh Ipung Rachmat Syaiful, serta didukung oleh Davy Linggar dan Oscar Motuloh.
Film ini mengisahkan sejarah panjang Kepulauan Banda di Maluku yang dimulai berabad-abad lalu. Kala itu, pala dari kawasan ini dianggap lebih berharga di pasar Eropa dibandingkan emas. Monopoli rempah-rempah oleh bangsa Arab dan konflik selama Perang Salib memicu Eropa untuk mencari sumber rempah-rempah langsung dari tempat asalnya. Nilai tinggi rempah-rempah menyebabkan persaingan sengit di antara bangsa-bangsa Eropa.
Kepulauan Banda, satu-satunya wilayah yang saat itu menghasilkan pala, menjadi pusat dari berbagai konflik. Bahkan, Belanda rela melepaskan kendali atas Nieuw Amsterdam (kini Manhattan, New York) untuk mengusir Inggris dari kepulauan ini.
Di Banda, terjadi pembantaian massal dan perbudakan pertama di Nusantara, menjadikannya sebagai saksi awal tumbuhnya semangat nasionalisme dan keragaman budaya yang mempengaruhi sejarah dunia.
2. Kemarin (2020)
Kemarin adalah film dokumenter Indonesia yang didasarkan dari peristiwa Tsunami Selat Sunda 2018. Film ini diganti judul Bahasa Inggris menjadi Tsunami Killed My Bandmates. Tayangan ini disutradarai Upie Guava dan diproduksi Mahakarya Pictures bekerjasama dengan Mahaka Media. Dokumenter ini ditayangkan perdana 3 Desember 2020 di bioskop seluruh Indonesia.
Menceritakan tentang perjalanan grup musik Seventeen dari awal masa berkariernya hingga masa perpisahan mereka yang tragis. Tsunami menewaskan tiga personel Seventeen, yakni M Awal Purbani (bas), Herman Sikumbang (gitar), Windu Andi Darmawan (drum). Dua orang kru, dan Dylan Sahara, istri Ifan Seventeen. Kala itu, Seventeen sedang mengisi salah satu acara perusahaan di kawasan Tanjung Lesung.
Kisah tragis Tsunami Banten 2018 direkam dalam 55 jam footage yang mengungkap cerita tentang persahabatan, perjuangan, perpisahan, dan pengorbanan yang dialami oleh anggota grup band Seventeen. Dokumenter ini juga memperlihatkan temuan dari kamera Andi yang merekam momen terakhir mereka sebelum bencana, termasuk saat mengerikan ketika tsunami menghantam panggung.
Tayangan ini juga dilengkapi dengan rekaman video MiniDV Seventeen sejak 2003, yang memiliki total lebih dari 50 jam rekaman, serta penggunaan CGI untuk menggambarkan adegan tsunami yang memilukan.
3. Pulau Plastik (2022)
Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan adalah film dokumenter Indonesia rilisan 2021 yang diproduksi oleh Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan WatchdoC. Film disutradarai oleh Rahung Nasution dan Dandhy Dwi Laksono, sementara naskahnya oleh Nadia Astari.
Film ini menampilkan kisah tentang tiga aktivis yang menolak diam dan terus menggelorakan kampanye menolak plastik sekali pakai. Mereka adalah Gede Robi, vokalis band rock Navicula asal Bali, Tiza Mafira, pengacara muda asal Jakarta, dan Prigi Arisandi, ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Timur dalam menelusuri jejak sampah plastik.
Mereka ingin mengetahui sejauh mana jejak sampah plastik itu menyusup ke rantai makanan dan dampaknya terhadap kesehatan manusia, serta apa yang bisa dilakukan untuk menghentikannya.
4. Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023)
Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso adalah sebuah film dokumenter Indonesia-Singapura 2023 yang disutradarai oleh Rob Sixsmith. Film ini mengulas berbagai pertanyaan tak terjawab seputar persidangan Jessica Kumala Wongso selama bertahun-tahun setelah kematian sahabatnya sendiri, Wayan Mirna Salihin. Dokumenter ini dirilis secara perdana pada 28 September 2023 di Netflix.
Film dimulai dengan menceritakan awal mula persahabatan Jessica Wongso dan Wayan Mirna Salihin. Jessica dan Mirna adalah teman kuliah yang kemudian menjadi teman dekat.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama, seperti wisata ke luar negeri. Pada 6 Januari 2016, Jessica dan Mirna bertemu untuk makan siang di Kafe Olivier. Jessica memesan dua cangkir kopi Vietnam, satu untuk dirinya dan satu untuk Mirna.
Setelah minum kopi, Mirna tiba-tiba merasa sakit dan muntah-muntah. Dia dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia karena keracunan sianida. Polisi kemudian menetapkan Jessica Wongso sebagai tersangka. Dia membantah tuduhan tersebut dan mengaku tidak bersalah.
Dokumenter ini juga menampilkan wawancara dengan pihak-pihak terkait, mulai dari ayah Mirna, jaksa, pengacara, dan sejumlah pakar.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film Dokumenter Seni yang Bikin Kalian Semangat Berkarya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.