Panggung Anarta Indonesia Bertutur (sumber : Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek)

Mengintip Megahnya Tiga Panggung Utama Indonesia Bertutur 2024

17 August 2024   |   20:39 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Festival Indonesia Bertutur 2024 yang berlangsung pada 7 Agustus 2024 dan akan berakhir pada 18 Agustus 2024. Festival ini melibatkan lebih dari 900 seniman dari berbagai belahan dunia, baik lokal maupun internasional, serta menampilkan lebih dari 100 karya seni. 

Festival kali ini terbilang cukup menarik karema menampilkan sembilan program utama yang diselenggarakan di tiga lokasi berbeda di Bali yakni Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua. Setiap lokasi menawarkan pengalaman yang unik, mulai dari pementasan seni tradisional hingga instalasi seni kontemporer.

Baca juga: 5 Hal Menarik di Ajang Indonesia Bertutur 2024, Hadirkan Seniman Lokal & Internasional
 
Pada penyelenggaraan Indonesia Bertutur yang berlokasi di Pulau Peninsula, Nusa Dua sejak 14 Agustus 204, terdapat tiga panggung utama yang dirancang untuk menghadirkan program seni yang menarik untuk dapat dinikmati masyarakat secara gratis.

Panggung yang dihadirkan tersebut berbeda dengan panggung festival seni pada umumnya. Sebab, masing-masing panggung memiliki konsep unik dan menawarkan pengalaman artistik beragam bagi para pengunjung. Dengan konsep yang mengedepankan keberlanjutan dan pemanfaatan material lokal, setiap panggung dirancang untuk mencerminkan kekayaan budaya dan kreativitas Indonesia. 

Direktur Festival Indonesia Bertutur Taba Sanchabaktiar berbagi lebih dalam mengenai konsep dan ide di balik ketiga panggung ini.


1. Program Anarta: Menyajikan Pertunjukan Seni Kelas Dunia

 

(Sumber foto: Kemendikbudristek)

Panggung Anarta. (Sumber: Kemendikbudristek)

Program Anarta merupakan jantung dari Indonesia Bertutur 2024, menghadirkan pertunjukan seni besar dari seniman lokal dan internasional. Dari seni tari hingga teater, Anarta memadukan bentuk-bentuk seni tradisional dengan pertunjukan kontemporer dalam tatanan artistik modern. Taba menjelaskan bahwa desain panggung Anarta kali ini mengambil pendekatan berbeda dibandingkan dengan festival sebelumnya di Borobudur. 

"Di Borobudur, kami punya Candi Borobudur yang besar sebagai latar belakang, sehingga semua panggung dibuat rendah. Namun, di Bali, dengan venue yang terbuka tanpa latar, kami membuat desain yang lebih tinggi dan besar, agar bisa menjadi latar yang kuat saat malam hari," ujarnya.

Desain panggung Anarta ini adalah hasil kolaborasi dengan Jaysubiakto. Desain tersebut diciptakan untuk menghasilkan sebuah pengalaman yang memadukan musik dengan elemen visual yang kuat.


2. Program Kiranamaya: Festival Cahaya yang Memukau

 

Sumber : Dewi Andriani

Pagung Kiranamaya. (Sumber foto: Dewi Andriani)

Kiranamaya adalah program yang menawarkan pengalaman visual baru melalui seni instalasi cahaya dan video mapping yang berakar pada budaya Bali. Program ini memanfaatkan teknologi rekayasa cahaya dan ruang untuk menciptakan karya-karya yang kontemporer dan inovatif.

"Kiranamaya membutuhkan area khusus untuk mapping," jelas Taba.

Konsep ini diimplementasikan dengan menggabungkan teknologi canggih dan estetika tradisional Bali, menciptakan sebuah festival cahaya yang tak hanya indah tetapi juga penuh makna. Taba menambahkan bahwa pendekatan desain Kiranamaya juga mempertimbangkan aspek keberlanjutan, dengan memanfaatkan material-material yang tersedia di daerah sekitar.

"Pendekatannya kita coba waktu mendesain kita menyewa struktur besi ntuk mengurangi penggunaan material sekali pakai, kami juga menggunakan material gedek yang memang ada dari Bali. Bentuk kotak-kotak itu sebenarnya dari desain kain poleng yang hitam putih kota-kotak," ujarnya. 

Dari segi visual, Panggung tersebut sebetulnya dibuat menyerupai pintu Gapura Bali tapi dibagi menjadi dua bangunan. Hal tersebut menurutnya merupakan satu bentuk interpretasi seniman muda terhadap desain versi mereka.


3. Program Virama: Merayakan Musik Populer Nusantara

 

Sumber : Dewi Andriani

Panggung Virama. (Sumber foto: Dewi Andriani)

Virama adalah panggung yang dirancang untuk pertunjukan musik populer, mengkurasi ragam musik dari seluruh Nusantara. Selain pertunjukan musik, program ini juga dilengkapi dengan bazar kuliner dan kerajinan tangan lokal, menambah kemeriahan suasana festival. 

Taba menyoroti bahwa pendekatan desain pada Virama juga mencoba untuk menghadirkan sesuatu yang inspiratif dan tidak biasa. "Kami melibatkan banyak desainer dan arsitek muda untuk memberikan interpretasi mereka terhadap desain yang merefleksikan nilai-nilai budaya dalam konteks modern," tambahnya.

Dengan menghadirkan ketiga panggung utama ini, Indonesia Bertutur 2024 tak hanya menjadi ajang perayaan budaya, tetapi juga wadah untuk inovasi dan kreativitas, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keberlanjutan dalam setiap aspek festival.

"Kami berharap pengunjung tidak hanya menikmati pertunjukan, tetapi juga mendapatkan inspirasi dari konsep dan desain yang kami hadirkan," pungkas Taba.

Festival Indonesia Bertutur 2024 menjanjikan sebuah pengalaman yang tak terlupakan, dengan panggung-panggung yang memadukan tradisi dan inovasi, serta membawa pesan keberlanjutan yang relevan untuk masa kini dan masa depan.

Baca juga: Film Samsara Tampil di Indonesia Bertutur 2024, Bawa Nuansa Mistis Bali dengan Visual Ciamik

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Pagelaran Sabang Merauke Pahlawan Nusantara 2024, Kala Budaya Tradisional & Modern Bertemu

BERIKUTNYA

4 Fakta Menarik Kecanggihan Paspor Baru Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: