Pertunjukan Taksu Ubud (Dok. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)

Hidupkan Geliat Seni Bali, Seniman Berkolaborasi Gelar Taksu Ubud

03 July 2021   |   22:20 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

"Ini bukti kesetiaan dan ikhtiar kami pada pilihan, juga bukti kesetiaan dan ikhtiar kami pada pilihan profesi yang kami perjuangkan."


Kalimat penuh optimisme itu setidaknya, mendasari sinergi Titimangsa Foundation dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi dalam menggelar satu pementasan bertajuk Taksu Ubud, di Bali baru-baru ini.

Pertunjukan yang digarap selama kurang lebih 4 bulan itu berfokus pada ekspresi seniman Ubud dalam menyampaikan perasaannya pada alam dan Sang Pencipta. Pertunjukan yang terdiri atas kolaborasi seni drama, tari, dan pergelaran musik ini menampilkan Ubud sebagai bagian penting dari wajah Bali.

Taksu Ubud adalah satu inisiatif kecil untuk mengadakan kembali suasana Ubud yang sarat akan adat dan tradisi Bali. Pada siang hari, mereka bekerja sebagai petani, pedagang, atau pengajar, tetapi pada malam hari mereka hidup sebagai pelaku kesenian di Ubud.

Pendapatan yang mereka hasilkan dari pekerja harian mereka, dikembalikan untuk pengembangan adat. Acara ini banyak melibatkan seniman-seniman senior Bali seperti Agung Oka Dalem dan Cok Sri (seniman tari), Aryani Williams (aktor), Desak Nyoman Suarti (seniman motif tradisi). Ada pula Made Sukadana Gender (seniman dalang) termasuk aktor papan atas Reza Rahadian dan Christine Hakim,

Taksu Ubud berkisah tentang seorang pemuda Ubud, Umbara, yang sejak kecil tinggal jauh dari Ubud dan ibunya. Tiba saatnya sang ibu meminta Umbara untuk pulang ke Ubud yang membuat Umbara seketika merasa dilema. Haruskah kenyamanan dan kemudahan yang dia dapatkan selama di perantauan harus ditinggalkan demi cinta kepada ibunya dan Ubud, sebuah tempat leluhur yang terasa asing baginya?

 

DD
 

 

Pertunjukan Taksu Ubud (Dok. Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek)


Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid mengatakan, dengan melakukan kesenian, masyarakat Ubud berhubungan dengan Tuhannya dan membina hubungan baik juga dengan sesama manusia. 

“Berkesenian bagi masyarakat Bali, khususnya Ubud, bukan hanya menjadi kerja kebudayaan, tetapi juga berlaku sebagai ibadah kepada Tuhannya, sebuah identitas diri dan masyarakat serta pengejawantahan dari taksu, jiwa masyarakat Ubud itu sendiri,” ujarnya dalam penjelasan resmi yang diterima Hypeabis.id, Sabtu (3/7/2021).

Produser acara, yang juga pendiri sekaligus ketua Titimangsa Foundation, Happy Salma, mengatakan bahwa Taksu Ubud terinspirasi dari alam, gerak, tutur, dan rasa ikhlas yang tidak berputus asa dari teman-teman di Bali, khususnya Ubud yang memang memiliki keterikatan secara personal dengannya.

“Poin paling utama dalam proses kali ini adalah menyatukan energi kerja kolaborasi, rasa yang menurut saya perlu dimiliki dalam situasi serba sulit seperti sekarang ini,” ujarnya.


 
1
2


SEBELUMNYA

Giri Wijaya, Kampus Megah Calon Leader yang Terapkan Arsitektur Nusantara

BERIKUTNYA

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Tayang Perdana di Locarno Film Festival 2021

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: