Ilustrasi kekerasan pada pasangan. (Sumber gambar: Rdne/Pexels)

Kasus KDRT Kembali Viral, Ini Penyebabnya Menurut Psikolog

15 August 2024   |   17:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sebuah rekaman video CCTV baru-baru ini viral memperlihatkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh influencer Cut Intan Nabila. Dalam video yang telah ditonton lebih dari 200 juta views itu menampilkan sang influencer yang mendapatkan kekerasan fisik dan verbal dari suaminya.
 
Perempuan asal Aceh itu tampak mendapatkan terlihat mendapatkan pukulan hingga tamparan berkali-kali dari sang suami yang diketahui bernama Armor Toreador. Terlihat pula momen saat sang suami menghujani tubuh Cut Intan Nabila dengan pukulan keras bertubi-tubi.
 
Bahkan, anak Cut Intan Nabila yang masih bayi sempat tertendang oleh suaminya itu. Lewat keterangan unggahannya, Cut Intan Nabila mengaku bukan kali ini saja dia mendapatkan perlakuan buruk dari sang suami. Dia juga menyebut masih mempertahankan rumah tangganya demi sang anak tercinta. 

Baca Juga: Mengenal Siklus KDRT & Alasan Korban Mempertahankan Hubungannya
 
Setelah videonya viral, Cut Intan Nabila langsung melaporkan suaminya ke polisi. Tak lama, Armor langsung diringkus pihak kepolisian dan ditetapkan sebagai tersangka akibat perbuatannya.
 
Kasus yang dialami selebgram Cut Intan Nabila menambah daftar angka kasus KDRT di Indonesia yang masih tinggi. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat, terdapat 15.459 kasus kekerasan sejak awal hingga pertengahan tahun 2024.
 
Dari angka tersebut, sebanyak 13.436 kekerasan dialami oleh perempuan dan 3.312 oleh laki-laki. KemenPPPA mencatat kekerasan dalam rumah tangga menjadi kasus tertinggi.
 
Di sisi lain, Komnas Perempuan mencatat sejak 2001, KDRT terus menjadi data kekerasan tertinggi yang dilaporkan. Laporan 21 Tahun Catatan Tahunan dari Komnas Perempuan mencatat sebanyak 2,5 juta kekerasan terjadi di ranah personal.
 
Dari data tersebut, kekerasan terhadap istri (KTI) yang paling banyak dilaporkan yaitu sebanyak 484.993 kasus, dan  kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP) yang dilakukan oleh anggota keluarga menjadi urutan ketiga sebanyak 17.097 kasus.
 
 

Merasa Insecure & Powerless

Ilustrasi KDRT (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi KDRT (Sumber gambar: Freepik)



Psikolog klinis dewasa Pingkan Rumondor menjelaskan KDRT bisa terjadi dalam beberapa macam, mulai dari kekerasan fisik, psikologis, pembatasan finansial, hingga pembatasan sosial.
 
KDRT terjadi bisa disebabkan oleh beberapa hal baik dari sisi psikologis personal maupun sosio-kultural. Dari segi psikologis personal, salah satu penyebab utamanya ialah untuk menunjukkan power atau kekuatan seseorang terhadap pasangannya. Ketika pasangannya tidak menurut, lantas kekerasan pun terjadi. 
 
Pingkan menjabarkan ada beberapa faktor yang membuat seseorang terdorong untuk menunjukkan power-nya kepada pasangannya. Dari sisi psikologis, bisa saja hal itu terjadi lantaran dia merasa insecure dan tidak ingin dilihat tidak berdaya (powerless), sehingga mekanisme pertahanan diri yang dipilih dengan melakukan kekerasan semata untuk menunjukkan kekuatannya.
 
Perasaan insecure atau powerless itu pun bisa disebabkan banyak faktor, salah satunya ialah rasa trauma atau pernah menjadi korban kekerasan sehingga merasa bahwa mekanisme pertahanan yang tepat untuk dirinya yakni dengan melakukan kekerasan pada orang lain.
 
"Mereka enggak tahu bagaimana untuk handle [mengatasi] perasaan powerless yang mereka alami," katanya kepada Hypeabis.id, Kamis (15/8/2024).
 
Selain merasa powerless atau insecure, tindakan KDRT juga bisa didorong karena merasa frustasi dengan perasaan dan kondisi yang tengah dihadapi, lalu merasa jalan keluar satu-satunya ialah dengan kekerasan.
 
"Bisa jadi ada tambahan bahwa dia belajar, mungkin di dalam situasi keluarganya, kalau ada situasi powerless atau frustasi, jalan keluarnya adalah kekerasan. Bisa jadi dia melihat itu dari orang-orang terdekatnya, bisa jadi dia mengalami itu ketika dia masih anak-anak," kata Pingkan.
 
Sementara dari sisi sosio-kultural, KDRT juga bisa disebabkan oleh pemahaman masyarakat yang masih cenderung patriarkis bahwa posisi laki-laki berada lebih tinggi daripada perempuan, sehingga berhak berkuasa terhadap kaum hawa. 

Baca Juga: Duh Kasus KDRT Meningkat, Yuk Putus Mata Rantainya Bersama NU Women

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Konser Lifetime Tribute to Chrisye Siap Digelar 16 September di Istora Senayan

BERIKUTNYA

GenAI Bantu Industri Keuangan Lebih Aman dan Efisien, Termasuk Deteksi Penipuan Canggih

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: