Mural berjudul Together karya seniman George Rose dan Tutu di Taman Ismail Marzuki (sumber gambar Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Australia-Indonesia Buat Mural di Taman Ismail Marzuki

28 March 2024   |   21:38 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Ada visual yang berbeda prominade, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Sebab, di salah satu temboknya terdapat karya mural gigantik penuh warna yang merepresentasikan berbagai simbol-simbol unik. Nuansa hangat penuh energi positif, terpampang dalam karya yang didominasi kesumba itu.

Berjudul Together, karya kolaborasi seniman George Rose (Australia) dan Tutu Airlangga (Indonesia) dalam merayakan hari jadi 75 tahun hubungan diplomatik Australia Indonesia. Menggunakan media cat akrilik dan aerosol, mural tersebut tampak istimewa menghiasi selasar planetarium TIM.

Secara umum, karya kolaborasi ini mengimak simbol-simbol botani dari masing-masing negara. Beberapa diantaranya seperti bunga melati, anggrek bulan dan rafflesia arnoldi yang berada di Indonesia. Sedangkan, tanaman endemik asal Australia adalah wattle emas yang juga menjadi simbol persatuan. 

Baca juga:  Karya-karya yang Mencuri Perhatian di Jakarta Mural Art Festival 2024

Uniknya saat dibidik lewat aplikasi Instagram, bunga bunga tersebut seolah hidup dan mekar di layar gawai. Tak hanya itu, lewat teknologi augmented reality, publik juga seolah bisa berinteraksi dengan karya seni tersebut. Sehingga, ada pengalaman berbeda alih-alih hanya menatap mural tersebut dari kejauhan.
 

Duta Besar Australia untuk Indonesia Williams (kiri) dan Direktur Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir berbincang di dekat mural dan logo saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (28/3/2024)

Duta Besar Australia untuk Indonesia Williams (kiri) dan Direktur Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir berbincang di dekat mural dan logo saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (28/3/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)


Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams mengatakan, dibuatnya mural tersebut untuk merepresentasikan hubungan Australia Indonesia yang sudah lebih dari tujuh dekade. Sebagai salah satu negara yang sedari awal mendukung kemerdekaan Indonesia, hubungan bilateral antar dua negara ini pun patut dirayakan dengan cara yang unik.

Menurut Penny Williams, pemilihan karya seni mural untuk merayakan hubungan Australia Indonesia juga menjadi bentuk representasi hubungan antara masyarakat. Selain itu, seni juga bisa menjadi medium yang tepat untuk mengantarkan pesan pada publik mengenai hubungan antara dua negara yang bertetangga ini.

"Seni bisa menjadi pintu untuk melakukan kerja sama antara seniman dan antar negara. Pemilihan mural di TIM ini juga memiliki kenangan personal bagi saya yang semasa muda pernah sekolah di Jakarta, serta mengenal masyarakat di sini," katanya saat ditemui wartawan di TIM pada Kamis, (28/3/24).

Selaras, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Indonesia, Abdul Kadir Jailani mengatakan, karya seni memang bisa menjadi pintu masuk untuk lebih mempererat hubungan antar negara. Tak hanya itu, meski setiap negara memiliki latar budaya dan kesenian yang berbeda, tapi lewat seni semua sekat itu seperti dapat melebur jadi satu.

"Oleh karena itu, pembuatan karya mural ini juga menjadi salah satu cara yang bagus untuk lebih memperdalam hubungan baik antara Indonesia dan Australia ke depannya," jelasnya.

Kompetisi Logo

Selain merefleksikan hubungan Australia Indonesia lewat mural, tahun ini kedubes Australia dan Kementerian Luar Negeri Indonesia juga mengadakan kompetisi pembuatan logo 75 tahun hubungan diplomatik antar kedua negara. Diikuti oleh berbagai pekerja kreatif, kompetisi ini dimenangkan oleh Alif Pandu Sofyana.

Seniman asal Yogyakarta itu pada kompetisi ini membuat desain dengan menampilkan simbol nasional antar kedua negara. Yaitu burung garuda dan kanguru yang diimplementasikan dalam dua angka 75 dengan penggunaan palet merah dan biru. Berhasil mengalahkan seniman lokal Indonesia dan Australia lain, Alif mengaku membutuhkan waktu lebih dari sepekan untuk membuat logo tersebut.

Selain mencari inspirasi lewat riset pustaka di internet, Alif mengungkap, pembuatan logo ini juga ingin menampilkan visual yang lebih erat antara kedua negara dalam memandang masa depan. Untuk lebih memberi tambahan informasi dan detail mengenai logo, sang seniman juga menambahkan tahun dimulainya hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia di bagian bawah logo, yakni 1949-2024.

"Sebelumnya saya memang membuat beberapa sketsa untuk logo ini, mungkin sekitar delapan harian. Setelah melakukan riset mengenai hubungan diplomatik Australia Indonesia, akhirnya dipilihlah karya ini untuk diikutsertakan lomba," katanya.

Baca juga:  Seni Graffiti dengan Sentuhan Kritik Sosial 'Bergema' di Jakarta Mural Art Festival 2024

Editor : Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

11 Langkah Mencegah Bau Mulut Saat Berpuasa

BERIKUTNYA

Tantangan & Peluang di Balik Perang Bisnis Air Minum dalam Kemasan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: