Lanskap Desain Istana Kepresidenan Nusantara di Ibu Kota Negara, Kalimantan. (Sumber gambar: Kemenparekraf)

Istana Garuda IKN & Simbol Karya Seni Monumental dalam Merespons Ruang

13 August 2024   |   20:03 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Istana Garuda di IKN Nusantara menjadi ikon utama yang menarik perhatian menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk pertama kalinya, Indonesia bakal memiliki istana presiden buatan anak bangsa.

Istana ini juga didesain dengan masyhur, memadukan arsitektural megah dan karya seni monumental. Bila dilihat dari jauh, Istana Garuda tampak mencolok dengan keberadaan burung Garuda raksasa yang memiliki bentang sayap sepanjang 177 meter dan tinggi 77 meter.

Burung Garuda raksasa di istana tersebut merupakan karya monumental maestro patung Nyoman Nuarta, seniman yang juga mendesain Garuda Wisnu Kencana Bali.

Baca juga: 
Keberadaan karya seni monumental telah begitu karib dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga hari ini. Sejak Indonesia merdeka, sudah ada banyak karya seni monumental yang terbangun di berbagai lokasi-lokasi penting, tak terkecuali ruang-ruang publik.

Beberapa di antaranya adalah Patung Selamat Datang, Patung Dirgantara atau Pancoran, Pembebasan Irian Barat, Tugu Tani, dan masih banyak lagi. Tak hanya berfokus di Jakarta, beberapa seni monumental lain juga terbangun di banyak daerah lainnya juga.

Kurator Sudjud Dartanto mengatakan keberadaan karya seni di ruang publik memiliki beberapa fungsi penting. Sebagai karya seni, sebuah karya bisa menjadi elemen artistik suatu tempat.

Namun, karya seni juga bisa menjadi suatu penanda akan ingatan atau terbentuknya memori kolektif. Hal inilah yang kemudian juga mendasari dibuatnya sejumlah karya seni di ruang publik, seperti Patung Selamat Datang untuk menyambut olahragawan saat gelaran Asian Games 1962 di Jakarta.

Begitu pula yang terjadi pada Istana Garuda IKN. Menurut Sudjud, karya seni yang bersifat monumental, artinya gigantik dan besar, perlu dipahami pula melambangkan sesuatu yang besar. Baginya, ini adalah sesuatu hal yang wajar.

“Bangsa atau negara yang besar akan bangga jika memiliki karya seni rupa yang bersifat monumental. Ini menaikkan level kita sebetulnya sebagai bangsa yang besar,” ujar Sudjud kepada Hypeabis.id

Menaikkan level yang dipahami Sudjud menyangkut banyak hal. Baginya, ciri negara maju tak hanya dipandang dari sisi ekonomi atau pembangunan, tetapi juga dilihat dari apresiasinya pada sebuah seni dan budaya.

Sudjud mengatakan sebuah seni kerap kali tak hanya berbicara tentang hari ini. Namun, juga masa lalu dan era setelahnya. Apa yang dibuat sering kali menjadi penanda penting untuk kemudian diilhami oleh generasi setelahnya.

“Aspek monumental ini penting untuk menandai atau memberi ciri identitas ruang publik. Saya merasa monumentalisme dalam karya seni itu bisa membangkitkan imajinasi. Imajinasi apa? Ya imajinasi masyarakat yang terintegrasi oleh aspek simbolik, yakni karya seni,” imbuhnya.

Dalam hal simbolik ini, ada unsur kreativitas di dalam proses penciptaan seni. Sudjud mengatakan tugas seniman ialah mencoba mengintegrasi masyarakat ke dalam imajinasi simbolik lewat seni rupa.


Daya Interaksi

Di luar itu, keberadaan karya monumental dalam merespons ruang yang ada juga menjadi satu hal yang tak kalah penting. Sebagai karya monumental, aspek skala dan proporsi tak cukup hanya sekadar besar untuk menunjukkan sisi gigantik.

Pasalnya, karya seni monumental juga harus mempertimbangkan lingkungan dan sekitarnya. Pengaruh ini bisa datang dari beberapa hal. Misalnya, di suatu wilayah, ada sejarah spesifik tertentu, itu bisa memengaruhi wujud karya.

Sebuah karya seni monumental, terutama di ruang publik, ia semestinya bisa berinteraksi dengan sekitarnya. Ini bisa melibatkan bagaimana karya itu dapat memengaruhi maupun dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, baik dari bangunan, lanskap wilayah, dan lainnya.

“Karya monumental itu sering kali memiliki fungsi sosial, seperti peringatan peristiwa bersejarah, tokoh penting, maupun pesan moral. Apakah dia harus memiliki aspek fungsional? Tidak semuanya, karena kan karya seni monumental lebih kuat aspek simboliknya, ia mengintegrasikan imajinasi simbolik,” ungkapnya.

Menurut Sudjud, aspek kesederhanaan dan kejelasan makna juga jadi hal penting lainnya dalam karya seni gigantik ini. Hal ini biasanya akan tercermin pada permainan bentuk, tekstur, garis, maupun warna.

“Kesederhanaan ini memastikan bahwa pesan atau makna karya dapat ditangkap dengan mudah. Selain itu, karya juga harus bersifat multisisi, maknanya sama ketika dilihat dari arah depan, kanan, kiri, maupun belakang,” jelasnya.

Baca juga: Menilik Desain Arsitektur Istana Negara di Ibu Kota Baru

Oleh karena itu, karya seni monumental juga mesti memiliki makna simbolik yang kuat. Meski menjunjung kesederhanaan di satu sisi, karya ini juga mesti mencerminkan nilai-nilai sejarah atau peristiwa penting yang akan diabadikan.

Bagi Sujud, dalam karya seni monumental, aspek lokasi dan konteks juga jadi hal krusial. Pasalnya, lokasi karya seni ini dapat memengaruhi tafsir dan dampak. Karya seni publik sering kali ditempatkan di ruang-ruang strategis, seperti alun-alun, taman, atau lainnya.

Kemudian, pada karya seni yang berada di ruang terbuka, aspek bahan dan ketahanan juga harus diperhatikan kekuatannya. Karya seni mesti bisa bertahan lama. Beberapa bahan yang biasa digunakan ialah batu, logam, beton, atau lainnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Bisnis Kreatif Anak Muda Melukis Cuan lewat Nail Art

BERIKUTNYA

Jeonghan dan Jun Seventeen Absen dari Agenda Akhir Tahun 2024, Simak Penjelasan Agensi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: