Kasus Tertinggi Ke-2 di Asia Tenggara, Begini Strategi Pemerintah Eliminasi Kanker Serviks
13 August 2024 |
17:25 WIB
Kasus kanker leher rahim (serviks) di Indonesia terbilang cukup banyak. Menempati posisi kedua sebagai kanker yang dialami kaum perempuan, penyakit ini berisiko tinggi kematian, namun faktanya bisa dicegah dan dieliminasi dengan beberapa langkah strategis.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara menurut data Globocan pada 2020. Total 36.633 kasus kanker ini dialami semua usia. Setiap hari, ada 100 baru kanker leher rahim ditemukan dan 57 wanita penderitanya meninggal dunia.
Baca juga: Ladies Wajib Tahu, Ini 5 Tes Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Yudhi Pramono menyampaikan kematian kanker serviks cukup tinggi karena hampir 70 persen pasien datang dalam stadium lanjut yang memiliki prognosis buruk. Padahal, kanker ini bisa dicegah dan diobati.
Yudhi menyebut Kementerian Kesehatan telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim pada 2023-2030. Ada tiga strategi yang dilakukan, antara lain:
“Majelis Kesehatan Dunia menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam upaya pencegahan dan pengendalian kanker serviks dengan mengintegrasikan program imunisasi, skrining, dan tata laksana dalam layanan kesehatan remaja,” ujar Yudhi dalam diskusi kesehatan di bilangan Sarinah, Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Pemerintah Indonesia katanya juga telah melakukan introduksi pemberian imunisasi HPV yang terintegrasi dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Target sasarannya yakni anak perempuan kelas 5 SD untuk dosis pertama dan kelas 6 SD untuk dosis kedua.
Pemberian vaksin HPV juga berlaku untuk anak perempuan di luar sekolah. “Jadi, mereka yang tidak bersekolah usia 11 dan 12 tahun diberi imunisasi HPV,” tuturnya.
Pemberian imunisasi HPV dilakukan secara bertahap mulai 2016 sampai 2021 di 20 kabupaten/kota. Kemudian pada 2022, pemerintah memperluas pemberian vaksin menjadi 120 kabupaten/kota. Dalam percepatan eliminasi, lantas diperluas secara nasional sejak Agustus 202.
“Cakupan imunisasi HPV saat ini telah mencapai 95 persen untuk dosis pertama dan 90 persen untuk dosis kedua, menunjukkan bahwa imunisasi HPV ini diterima secara luas,” jelas Yudhi.
Sementara itu, skrining kanker yang dilakukan pada wanita usia 30 sampai 69 tahun, uji coba telah dilakukan di 5 wilayah DKI Jakarta. Pada 2024, kegiatan tersebut akan diperluas ke 26 kabupaten/kota di 15 provinsi dan akan diperluas lagi.
Yudhi menyebut pencegahan dan eliminasi kanker serviks juga penting untuk menekan beban biaya penanganan yang dikeluarkan BPJS setiap tahunnya. Menurut data BPJS pada 2023, biaya penanganan kanker serviks mencapai sekitar Rp5,9 triliun.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara menurut data Globocan pada 2020. Total 36.633 kasus kanker ini dialami semua usia. Setiap hari, ada 100 baru kanker leher rahim ditemukan dan 57 wanita penderitanya meninggal dunia.
Baca juga: Ladies Wajib Tahu, Ini 5 Tes Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Yudhi Pramono menyampaikan kematian kanker serviks cukup tinggi karena hampir 70 persen pasien datang dalam stadium lanjut yang memiliki prognosis buruk. Padahal, kanker ini bisa dicegah dan diobati.
Yudhi menyebut Kementerian Kesehatan telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim pada 2023-2030. Ada tiga strategi yang dilakukan, antara lain:
- 90 persen anak perempuan dan laki-laki berusia 15 tahun menerima vaksinasi HPV.
- 75 persen dari seluruh wanita usia 30 sampai 69 tahun menjalani skrining melalui HPV DNA.
- 90 persen wanita yang teridentifikasi menerita lesi pra kanker dan kanker serviks menerima pengobatan sesuai standar.
“Majelis Kesehatan Dunia menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam upaya pencegahan dan pengendalian kanker serviks dengan mengintegrasikan program imunisasi, skrining, dan tata laksana dalam layanan kesehatan remaja,” ujar Yudhi dalam diskusi kesehatan di bilangan Sarinah, Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Pemerintah Indonesia katanya juga telah melakukan introduksi pemberian imunisasi HPV yang terintegrasi dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Target sasarannya yakni anak perempuan kelas 5 SD untuk dosis pertama dan kelas 6 SD untuk dosis kedua.
Pemberian vaksin HPV juga berlaku untuk anak perempuan di luar sekolah. “Jadi, mereka yang tidak bersekolah usia 11 dan 12 tahun diberi imunisasi HPV,” tuturnya.
Pemberian imunisasi HPV dilakukan secara bertahap mulai 2016 sampai 2021 di 20 kabupaten/kota. Kemudian pada 2022, pemerintah memperluas pemberian vaksin menjadi 120 kabupaten/kota. Dalam percepatan eliminasi, lantas diperluas secara nasional sejak Agustus 202.
“Cakupan imunisasi HPV saat ini telah mencapai 95 persen untuk dosis pertama dan 90 persen untuk dosis kedua, menunjukkan bahwa imunisasi HPV ini diterima secara luas,” jelas Yudhi.
Sementara itu, skrining kanker yang dilakukan pada wanita usia 30 sampai 69 tahun, uji coba telah dilakukan di 5 wilayah DKI Jakarta. Pada 2024, kegiatan tersebut akan diperluas ke 26 kabupaten/kota di 15 provinsi dan akan diperluas lagi.
Yudhi menyebut pencegahan dan eliminasi kanker serviks juga penting untuk menekan beban biaya penanganan yang dikeluarkan BPJS setiap tahunnya. Menurut data BPJS pada 2023, biaya penanganan kanker serviks mencapai sekitar Rp5,9 triliun.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.