Ilustrasi parfum. (Sumber gambar: Karolina Grabowska/Pexels)

Parfum Jadi Primadona Produk Kecantikan 2024, Tren Personalisasi Jadi Kunci

09 August 2024   |   22:10 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Parfum menjadi produk kecantikan yang saat ini paling dicari oleh masyarakat Indonesia. Hal itu terungkap dalam laporan bertajuk Beauty Consumer Behavior and Trend Report yang dirilis oleh Insight Factory by SOCO. Tak hanya soal wewangian, parfum kini diminati dengan menekankan unsur personalisasi. 

Laporan yang dirilis pada 7 Agustus 2024 itu menemukan parfum menjadi kategori produk kecantikan yang paling diincar sepanjang 2023 oleh generasi Z dan milenial, dua kelompok usia yang kini mendominasi pasar industri kecantikan.

Hal itu tercermin dari peningkatan penjualan parfum yang mencapai 304 persen di kalangan konsumen generasi Z, dan 160 persen di kalangan milenial. Selain itu, pencarian kata kunci (keyword) parfum di aplikasi kecantikan Sociolla juga mengalami peningkatan dari 2022, yakni sebesar 102 persen pada 2023. 

Baca juga: 6 Tren Skincare 2024, Produk Sunscreen sampai Acne Patch

Tren serupa juga tercermin dalam laporan perusahaan riset pasar Compas, yang menyebut bahwa parfum dan wewangian menjadi salah satu kategori produk perawatan kecantikan yang banyak dibeli konsumen e-commerce di Indonesia.

Pada semester I 2024, tercatat ada 27 juta produk parfum dan wewangian yang terjual di e-commerce besar dalam negeri, yakni Shopee, Tokopedia, dan Blibli. Riset dilakukan menggunakan metode crawling atau penelusuran digital periode Januari-Juli 2024. Data yang dikoleksi berupa penjualan dari toko official maupun non-official dengan rating minimal bintang 4.

Dari 10 merek parfum dan wewangian terlaris sepanjang semester I 2024, Evangeline menempati posisi puncak. Merek lokal itu meraih 4,3 persen pangsa dari total volume penjualan parfum dan wewangian di e-commerce pada periode tersebut.

Berikutnya ada Fresh & Natural dengan pangsa 3,2 persen, diikuti parfum lokal lainnya sepert Saff & Co. dengan pangsa 3 persen, dan MyKonos 2,5 persen. Sisanya diisi oleh sejumlah merek parfum dan wewangian lainnya seperti Bonavie, Scentplus, Miniso, Morris, Scarlett, dan Posh.
 

Ilustrasi parfum. (Sumber gambar: Valeriya/Pexels)

Ilustrasi parfum. (Sumber gambar: Valeriya/Pexels)

Tren Personalisasi & Layering 

Menariknya, konsumen kini tertarik membeli parfum tak cuma bicara tentang aroma, melainkan wewangian yang membawa pada emosi dan imajinasi tertentu. Banyak konsumen mencari bahan-bahan aktif pada parfum yang bisa membangkitkan emosi tertentu, sekaligus solusi aroma yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan.

VP Data Management & Business Intelligence Social Bella, Amanda Melissa, mengatakan saat ini ada dua hal yang menjadi tren dalam bisnis parfum di Indonesia. Pertama, saat ini banyak merek yang menjual produk bukan hanya menonjolkan dari sisi wewangiannya, melainkan juga membangun imajinasi tertentu pada konsumen lewat bahan-bahan aktif racikan khusus.

Fungsi wewangian telah berada pada level berikutnya bukan hanya memberikan aroma yang menyenangkan, tetapi juga bisa mendorong suasana hati tertentu bagi penggunanya, misalnya manfaat untuk menenangkan, penguat suasana hati, dan sebagainya. 

"Misalnya, parfum yang baunya kaya enggak ada apa-apa, nama fragrance-nya smells like nothing. Atau parfum yang baunya kaya fresh laundry, bisa dibayangin itu baunya kaya apa. Jadi itu imajinatif dan lagi happening banget. Jadi, banyak merek parfum yang menjual emosional sebagai bahan-bahan aktifnya," katanya dalam acara konferensi pers di Jakarta. 

Kedua ialah banyak brand parfum kini yang mulai menjual produk wewangian yang bisa dilapis atau layer parfume. Jika dahulu menggunakan parfum mungkin cukup hanya dengan satu aroma, kini trennya berubah. Banyak orang yang mulai gemar mencampurkan beberapa aroma wewangian alias parfume layering

Minat tersebut juga mendorong sejumlah brand parfum menciptakan wewangian yang bisa dikombinasikan atau layering-friendly dengan aroma-aroma lainnya. Hal ini juga pada akhirnya menciptakan tren personalisasi unik pada wewangian yang didorong dengan anggapan bahwa parfum juga menjadi bagian dari identitas personal. 

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder & CEO Social Bella, Christopher Madiam menilai saat ini kebanyakan konsumen tidak melihat parfum secara brand-centric. Berbeda dari beberapa tahun sebelumnya ketika masih banyak orang yang menjadikan brand sebagai pertimbangan utama dalam memilih parfum, utamanya merek-merek mewah dari luar negeri.

Namun, kini, kebanyakan konsumen justru mencari parfum dengan lebih mempertimbangkan dari sisi fungsionalitasnya yang disesuaikan dengan kebutuhan personal, serta keunikan lainnya yang membuat wewangiannya berbeda dari kebanyakan orang. 

"Per hari ini, minat perfum itu lebih ke fungsionalitasnya, keunikannya dari sisi memorinya atau apa pun itu. Parfum juga menjadi kategori produk yang sudah bergeser dari sesuatu yang mungkin orang beli karena aspirasi, jadi sesuatu yang lumayan fast moving item. Saya pikir ini baru permulaan, sehingga menarik untuk melihat trennya kedepan," katanya. 

Baca juga: Aroma Parfum Cepat Hilang? Cek 5 Tips Agar Wanginya Tahan Lama 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Begini Susunan Upacara Bendera Peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI

BERIKUTNYA

Grup Jaz LOVE IS Bakal Bawakan Repertoar Made to Believe Pertama Kali di SIPFest 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: